Saturday, October 31, 2009
Dari Ortodoks Koptik Menjadi Katolik Koptik
Catholic Answer Forum: My Witness by mardukm
Keterangan Istilah:
Ortodoks Timur= Gereja-gereja Ortodoks yang mengakui 7 Konsili Oikumenis pertama dan berada dalam persekutuan dengan Patriarkh Konstantinopel, serta baru memisahkan diri dari Gereja Katolik sejak tahun 1054.
Ortodoks Oriental= Gereja-gereja Ortodoks yang memisahkan diri sejak Konsili Chalcedon, dan karenanya juga disebut sebagai non-Chalcedonian. Termasuk ke dalam Gereja-gereja ini adalah Gereja Ortodoks Koptik dan Gereja Ortodoks Syria.
Katolik Koptik= Salah satu dari 22 gereja otonom dalam persekutuan Gereja Katolik. Gereja ini terdiri dari orang-orang Koptik yang kembali ke dalam persekutuan Katolik.
Kristos Anesti!
(Kristus Bangkit!)
Saudara-saudari dalam Kristus
Beberapa waktu lalu, saya telah menerima beberapa permintaan untuk menceritakan pengalaman perpindahan Gereja saja. Saya selalu merasa enggan melakukannya karena merasa tidak punya cukup waktu untuk itu. Bagaimanapun juga, perhatian utama saya adalah saya khawatir orang-orang akan berpikir mengenai sesuatu yang salah dengan iman Ortodoks Koptik saya. Namun, sejak saya kembali online sekitar dua minggu yang lalu, saya telah menerima sejumlah permintaan melalui pesan pribadi atau e-mail (kebanyakan adalah orang yang tak pernah saya temui di Catholic Answers Forum; saya menduga mereka memiliki status �sekedar pembaca� atau saya hanya tidak berjumpa dengan mereka), mereka ini adalah orang-orang Timur, Oriental, dan Barat yang ingin agar saya memberikan kesaksian tentang perpindahan saya. Setelah banyak berdoa, akhirnya saya memutuskan untuk memberikan kesaksian perpindahan saya. Saya sendiri tidak pernah berhenti untuk membela atau mewartakan iman Ortodoks Koptik di forum-forum yang saya ikuti, jadi saya pikir saya bisa berterus terang mengenai hal ini tanpa melanggar perhatian utama yang saya sampaikan di atas.
Sebelum mulai, saya ingin menyampaikan suatu pengamatan bahwa salah satu permintaan itu ada yang menyatakan �Saya belum pernah menemui seorang Oriental yang berpengetahuan dan tampak Romawi seperti Anda.� Dalam tradisi Koptik saya, belajar dipuji sebagai sarana yang penting untuk mengenal Allah, secara istimewa adalah mempelajari Kitab Suci, Bapa-bapa Gereja, dan kehidupan para kudus. Saya selalu berusaha untuk menjadi seorang pelajar yang serius (sayangnya belakangan ini tidak, karena tanggung jawab dunia nyata saya meningkat dengan sangat dramatis). Saya memiliki waktu tiga tahun unuk memutuskan kepindahan saya- karena mempelajari kesamaan antara Ortodoks Koptik dan Katolisisme Barat, rasanya setara dengan gelar Master bagi saya! Walaupun saya kira saya belum menerima gelar Doktor. Tetapi, sebenarnya, pernyataan saya mengenai kesamaan antara Ortodoks Koptik dan Katolisisme hanyalah masalah penelitian. Seelumnya saya tidak tahu apapun tentang Katolisisme selain dari apa yang dikatakan oleh orang-orang non-Katolik. Hanya melalui pembelajaran yang intensif saya menemukan betapa banyak hal yang dimiliki bersama oleh Ortodoks Koptik dan Katolisisme. Hal-hal itu mungkin membuat saya, entah bagaimana, terilah �Romawi�. Tetapi, saya hanya menundukkan pendirian saya tidak lebih daripada bersifat patristik. Ada banyak hal dimana ketika saya mempertahankan Kekatolikan sebenarnya adalah pembelaan terhadap warisan Ortodoks Koptik saya- ajaran Penebusan, spiritualitas penitensial (termasuk gagasan penderitaan dapat menuntun pada kesempurnaan), iman dan akal budi, sekerta eklesiologi yang bersifat yuridis/hierarkial, eklesiologi Agustinian (sejauh dibedakan dari Cyprian), sikap mengenai kewajiban suci terhadap Allah sebagaimana diarahkan oleh hierarki, kesederhanan Allah, penghargaan terhadap ungkapan teologis yang berbeda dan definisi-definisi dalam Gereja, pandangan ekumenis, tidak dapat putusnya perkawinan/pelaksanaan pembatalan perkawinan, kanon Kitab Suci yang identik, ajaran tentang kejatuhan manusia dari keadaan rahmat, tekanan akan keadilan Ilahi, dst.
Menariknya (sebuah kata euphemistic dibutuhkan di sini), orang-orang Ortodoks Timur/Byzantine (khususnya para polemis) melihat semua ini dengan semangat pertentangan, dan bahkan kebencian, ketika dihadapakan dengan Katolisisme, tetapi jika berhadapan dengan Ortodoks Koptik (dan Ortodoks Oriental secara umum), entah bagaimana kebencian itu hilang dan masalah bisa diatasi dengan mudah! Kita sering mendnegar gagasan bahwa perbedaan antara Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental adalah dua kodrat Kristus. SALAH. Saya menghargai ketika orang Ortodoks Timur memandang seorang Koptik (dan Ortodoks Oriental secara umum) sebagai saudara mereka dalam Ortodoksi, tetapi saya kira hal ini adalah hasil dari kurangnya pengetahuan mengenai Ortodoksi Oriental dan Katolisisme, dan setidaknya ada dua keberatan yang muncul dari ekumenisme palsu semacam ini: 1) Penolakan untuk mengakui perbedaan tradisi dan spiritualitas dari Gereja-gereja Ortodoks Oriental pada umumnya, dan Gereja Ortodoks Koptik pada khususnya; 2) Hal itu secara menyedihkan dan nyata semakin mengekalkan prasangka buruk terhadap Gereja Katolik. Hal yang terakhir ini bukan hanya sekedar fakta saja, tetapi juga menghalangi perwujudan dari DOA KRISTUS SENDIRI bagi kesatuan Tubuh-Nya. Maka, jika sekarang ini saya menyoroti perbedaan antara Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental, saya tidak bertujuan untuk mendukung sksima. Tidak ada niat untuk itu! Sebaliknya tujuan saya adalah agar orang mengenali tradisi dan spiritualitas Ortodoks Oriental yang khas, yang seringkali tidak terwakili dan tidak diakui, dan juga untuk mengajak orang-orang Ortodoks Timur agar berpikir- �Jika kalian bisa mengatasi perbedaan-perbedaan ini dengan saudara-saudara Orientalmu mengapa kamu tidak melakukannya dengan saudara-saudara Katolikmu? Mengapa menyorotinya (mungkin tanpa disengaja) akan memperpanjang skisma dengan Katolisisme, sementara kamu mengabaikan kesulitan-kesulitan itu ketika kamu berpikir tentang Ortodoksi Oriental?�
Hal semacam ini memiliki dampak yang besar dalam perpindahan saya ke Gereja Koptik Katolik. Saya tak pernah melihat usaha seorang Koptik Katolik untuk membujuk seorang Ortodoks Koptik berpindah Gereja, namun saya telah menemui orang Ortodoks Timur melakukannya terhadap orang Koptik, DAN bahkan seorang Ortodoks Timur yang berpindah ke Ortodoksi Oriental, justru berusaha memaksakan pandangan Timur tertentu kepada saudara-saudara non-Chalcedonian saya, khususnya mengenai pandangan yang berkaitan dengan (walaupun tidak terbatas pada) penebusan, kesederhanaan Allah, dan padangan non-ekumenis mereka terhadap Gereja Katolik. Saya menolak usaha apapun dari pihak Timur untuk memaksakan posisi mereka ke dalam identitas/tradisi Oriental yang khas (yang saya sebut sebagai helenisasi, dan tanda bagus untuk melihat seberapa jauh seorang Oriental ter-helenisasi adalah penghormatannya kepada Gregorius Palamas sebagai santo), sebagaimana orang Timur menolak Latinisasi.
Ortodoksi Timur telah memiliki terlalu banyak anggota yang menunjukkan intoleransi, ketidaktahuan, dan kesombongan, daripada buah-buah rohani kebaikan, pengertian, kebijaksanaan dan kerendahan hati. Saya memiliki kesan ini sejak saya masih seorang Ortodoks Oriental sebelum perpindahan saya ke Gereja Koptik Katolik; sedih memang, hanya sedikit bukti yang berkebalikan dengan hal itu telah saya lihat sebagai seorag Ortodoks Oriental yang memiliki persekutuan dengan Roma.
Jadi apa yang memulai perjalanan saya kepada Kekatolikan? Awalnya hanya perubahan sederhana dalam Liturgi Koptik yang hampir tidak dirasakan perubahannya, yaitu penghapusan frase �kepala para Rasul� dari gelar St. Petrus dan Paulus. saya ingin tahu alasan perubahannya, jadi saya menyelidiki Bapa-bapa Gereja. Hal ini dimulai sebagai sekedar penelitian ilmiah terhadap frase �kepala para Rasul� dalam Gereja perdana yang akhirnya mengantar kepada penerimaan yang nyata dna penuh akan Kebenaran yang diajarkan oleh Gereja Katolik.
Tentu saja ada hal-hal doktrinal yang memisahkan Ortodoksi Koptik dari Gereja Katolik- berbeda dari Kekatolikan, dan lebih dekat dengan Ortodoksi Timur, saya dapat menyebutkan sejumlah hal seperti: Pengandungan Tanpa Noda Bunda Allah, Filioque, Api Penyucian, dan Kepausan (sebagai masalah berbeda dari eklesiologi, karena eklesiologi Oriental lebih serupa dengan eklesiologi Katolik daripada eklesiologi Ortodoks Timur)- saya hanya menyebutkan hal ini karena hanya hal-hal itulah yang benar-benar bisa disebut masalah (hal lain seperti ikon, penggunaan roti tak beragi untuk Ekaristi, co-Mediatrik, dst. TIDAK TERMASUK). Saya tidak merasa bahwa saya harus masuk ke dalam masalah-masalah doktriner ini di sini, karena saya sudah melakukannya dalam banyak topik lain yang muncul di sini. Dan saya mengundang siapapun yang ingin mengetahui pandangan saya untuk mencari tanggan-tanggapan saya tentang topic-topik itu di forum ini. Dalam kesaksian, saya ingin membicarakan proses batin saya dalam memahami, menerima, dan merasa damai dengan apa yang saya (pada titik ini masih sebagai seorang Ortodoks Koptik TIDAK dalam persekutuan dengan Roma) tangkap sebagai perbedaan dalam hal ajaran.
1) Pertama dan terutama, dalam memahami masalah-masalah tertentu, hendaklah selalu memilih penjelasan dari mulut kuda dan bukan dari mulut sapi. Bedakan antara interpretasi yang mungkin dengan apa yang pada dasarnya dimaksud oeh ajaran itu. Dengan kata lain, terimalah ajaran-ajaran ini SEBAGAIMANA MEREKA ADA, bukan berdasarkan karikatur yang dikenakan kepada ajaran-ajaran itu oleh para polemis. Hal ini membutuhkan banyak pembelajaran dan pemahaman. Misalnya, mengenai masalah Filioque, keberatan umum yang disampaikan adalah bahwa ajaran ini mengaburkan pembedaan antara Pribadi Bapa dan Putera (beberapa polemic bahkan lebih jauh mengatakan bahwa ajaran ini mengaburkan SEMUA Pribadi Trinitas). Bagaimanapun, penafsiran semacam ini tidak dapat ditemukan dalam ajaran Gereja Katolik. Sebaliknya, Gereja Katolik malahan SECARA TEGAS mengajarkan pembedaan diantara Pribadi-pribadi Ilahi.
2) Dalam memahami sebuah masalah khusus, hendaklah selalu membiarkan argumen mengalir sampai selesai. Pada satu titik , pihak lain tidak akan dapat menjawabnya. Terimalah kata akhir, terutama JIKA hal itu logis. Misalnya, berkaitan dengan kepausan, tidak perduli dalam hal apa diskusi (atau argumen) mengenai kepausan dimulai, hal itu selalu berakhir dengan argumen dimana saya tidak pernah mendapatkan jawaban, �Kamu percaya akan prinsip apostolik tentang kerekanan (i.e. sebuah badan yuridis dengan kepala yuridis). lalu, apa yang membuatmu berpikir bahwa prinsip ini harus berhenti pada tingkat Kepatriarkan? Tidakkah hal itu juga harus diterapkan pada Gereja sebagai keseluruhan dan bukannya hanya pada Gereja-gereja lokal?� (Tentu, saya mengakui bahwa retorika semacam itu akan gagal untuk meyakinkan seorang Ortodoks Timur yang memiliki paradigm eklesiologi yang berbeda).
3) Saat menfsirkan suatu latar belakang sejarah, pilihlah yang mengakomodasi SEMUA fakta. Hal ini membutuhkan kebijaksanaan. Mislanya, dalam hal pendudukan Konstantinopel, biasanya orang-orang non-Katolik akan menyalahkan Paus atas seluruh kejadian ini. Para polemis ini tidak pernah memperdulikan bahwa Paus secara eksplisit melarang para prajurit perang salib untuk pergi ke Konstantinopel sebelum pergi ke tanah suci, dan bahwa penyebab langsung dari kehadiran tentara salib di Konstantinopel adalah seorang Yunani dari Konstantinopel sendiri.
4) Pelajarilah para Bapa Gereja awal. Hal ini memerlukan kesetiaan. Pembelajaran yang mendalam akan sejarah Gereja awal pada millennium pertama akan menunjukkan kebenaran yang menuntun kita menjadi satu sebagai Tubuh Kristus lagi. Pembelajaran ini akan menunjukkan semua Tradisi Aposolik yang kita miliki bersama daripada apa yang umumnya kita pahami atau salah pahami sebagai hal yang memisahkan kita.
5) Selalu menunda penilaian dan selalu mau untuk mendekati suatu masalah sebagai murid. Hal ini membutuhkan pengendalian diri dan kerendahan hati.
6) Selalu mau untuk mengakui bahwa Anda salah ketika fakta-fakta menunjukkan kita salah. Hal ini memerlukan kerendahan hati.
7) Pastikan hati nurani bersih dari segala tanda-tanda kemunafikan saat seseorang menuduh pihak lain atau semacanya. Hal ini membutuhkan pengertian dan kerendahan hati. Inilah pendekatan batin yang sungguh membantu saya. Semakin saya mampu melihat ke dalam dengan mata saya, saya semakin memahami bahwa saya tidak memiliki dasar yang kuat untuk sebagian besar, atau malah semua, kesalahpahaman saya mengenai Gereja Katolik. Misalnya, mengenai Maria dikandung tanpa noda. Saya dulu (sebelum perpindahan saya) pernah mengatakan kepada teman Katolik saya, �Jika pengandungan Maria tanpa noda menghindarkan Maria dari kemampuan berdosa, maka hal itu menghindarkannya dari kehendak bebas.� Ia menjawab, �Yesus tidak punya kemampuan berbuat dosa. Apakah kamu juga mempercayai bahwa Yesus tidak punya kehendak bebas? Hal ini tidak dapat dibantah adalah sesuatu yang sangat logis bagi saya. Sekarang saya sering menggunakan retorika itu, dan hasilnya selalu sama, entah pengakuan, atau kebungkaman. Tentu saja, cara berpikir ini tergantung pada poin 6 di atas- kemauan dan kerendahan hati untuk mengakui saat seseorang bersalah.
8) Mengampuni. Dalam pembelajaran saya akan Katolisisme, saya menerapkan setiap poin-poin ini, menghidupinya dengan banyak doa, dan menghasilkan buah-buah Roh. Saya mengakui bahwa momentum dari lahirnya sudut pandang ini adalah pengalaman saya sebagai seorang Arab-Amerika yang sejak masih kecil telah menerima banyak prasangka. Ketika saya tumbuh besar, saya dihadapkan pada pilihan: 1) Menyerah kepada kebencian, dan melakukan kepada orang lain seperti yang mereka lakukan padamu; 2) Menyerah pada apatisme; 3) Mencari kebaikan terlebih dahulu daripada menerima kejahatan, atau lakukan kepada orang lain apa yang kamu ingin mereka lakukan padamu. Berkat rahmat Allah, saya memilih pilihan yang terakhir. Contoh: Saat Bapa Suci Paus Yohanes Palus II dalam kenangan terberkati ingin mengunjungi Russia dengan Ikon dari Kazan (seingat saya itulah namanya), seorang pengamat Ortodoks Timur memberi dua kemungkinan: 1) Melihat kebaikan, dan memandang pemberian itu sebagai tindakan kerendahan hati; 2) Melihat yang jelek, dan melihat hadiah itu sekedar sebagai semacam sogokan. Saya menemukan banyak orang Ortodoks Timur yang memilih pilihan 1, tetapi yang memilih pilihan 2 lebih heboh dan menerima perhatian media. Karena pengalaman saya dengan prasangka, saya mencela kemunafikan dan ketidaktahuan.. Saya lebih bisa menerima keidaktahuan, dan selalu ingin mengoreksinya dengan pengetahuan yang disertai kesabaran, tetapi saat saya berhadapan dengan kemunafikan, saya aku, saya mendapat lebih banyak gairah untuk mempertahankan Gereja Katolik.
Saya juga sering ditanya mengenai perasaan saya tentang perubahan Liturgi di Gereja Barat. Bukankah ini suatu tanda bahwa Gereja Katolik mengkhianati tradisinya dan seharusnya mencegah saya dari menjadi Katolik? Hal ini, sekali lagi, menunjukkan kesamaan antara paradigm Katolik dan Koptik. Bagi orang Koptik, Uskup adalah penjaga jiwa kita, sebagaimana dinyatakan oleh Kitab Suci, dan dalam otoritas mereka ada kekuasaan untuk mengikat dan melepaskan untuk menentukan cara dan sarana yang melaluinya kita diilahikan; bentuk Liturgi ada dibawah pengawasan Uskup. Bagi orang Koptik dan Katolik, Liturgi terutama diarahkan untuk mendekatkan kita dengan Kristus., dan puncak dari Liturgi adalah Ekaristi, semua unsur lain dalam Liturgi diakui hanya sebagai sarana untuk menyiapkan diri atau merenungkan Ekaristi dengan cara yang layak. Dengan memperhatikan dua hal ini, sebagai orang Koptik saya tidak punya urusan untuk menilai Liturgi Barat. Dan jika saya harus menilainya, maka penilaian saya didasarkan pada dua kriteria di atas- 1) Apakah perubahan Liturgi ini dilakukan oleh otoritas yang berwenang; 2) apakah perbuahan ini untuk mempermudah atau meingkatkan persatuan dengan Kristus? Saya menemukan bahwa Gereja Katolik Barat telah memenuhi kedua kriteria ini (tentu saja perubahan ini tidak mengabaikan bahwa ada unsur-unsur tertentu dalam Misa/Liturgi yang mutlak harus ada agar Misa/Liturgi menjadi valid). Tuduhan sensasionalis terhadap gereja lokal yang melakukan ini dan itu jelas bukan kesalahan Magisterium Katolik, karena kesalahan-kesalahan ini muncul pada tingkat paroki (i.e. praktek-praktek ekstrim ini juga tidak diadakan oleh Uskup lokal).
Mungkin saja bahwa banyak orang Kristen Oriental terhelenisasi secara berlebihan. Hal ini terjadi karena kebanyakan literatur berjudul �Ortodoksi� yang dapat diperoleh datang dari Ortodoks Timur. Juga dipahami, bahwa orang-orang Kristen Oriental kerapkali melihat Ortodoksi Timur sebagai acuan bagi pemahaman spiritualitas, makna Liturgi, eskatologi, eklesiologi, dll. Hal yang menyedihkan adalah bersamaan dengan semua ini datanglah suatu cara pandang anti-Latin yang kuat. Segala sesuatu yang tampak dan berbau Latin, harus dianggap sebagai penyusupan terhadap tradisi Timur/Oriental yang �asli�. Hal ini JAAAAUHHH dari kebenarannya saudara-saudariku dalam Kristus. Orang Timur memiliki tradisi mereka sendiri yang terhormat, dan sebagai orang Oriental kita juga memiliki identitas khas kita sendiri, tanpa dipengaruhi oleh polemik Timur dan Barat dari abad 12 sampai abad 15.
Satu hal terakhir yang ingin saya sampaikan dan seringkali saya ulangi: Saya tidak datang ke dalam persekutuan Katolik dengan pandangan bahwa ada sesuatu yang salah dengan Ortodoksi Koptik. Saya tidak menolak apapun dari warisan Koptik saya untuk menjadi Katolik; saya hanya menolak kesalahpahaman dan ketakutan tentang Gereja Katolik yang dulu saya pegang. Inilah sebabnya saya tidak pernah dan tidak akan pernah menganggap keputusan saya menjadi Katolik sebagai suatu pertobatan, tetapi perpindahan. Perpindahan ini jelas merupakan suatu berkat khusus yang hanya dapat ditemukan dalam Gereja Katolik diantara keluarga Gereja-gereja Apostolik. Dan saya mengundang setiap orang untuk mempelajari Gereja Katolik dan menikmati damai Kristus yang tidak dapat dipahami.
Saya berdoa agar tulisan ini mencukupi sebagai jawaban bagi mereka yang meminta saya untuk memberikan kesaksian tentang harapan yang ada pada saya. Maafkanlah saya jika saya telah menyinggung seseorang. Dan silahkan menghubungi saya untuk pertanyaan lebih jauh.
Berkat,
Marduk.
Friday, October 16, 2009
Peringatan St. Ignatius Dari Anthiokhia
Dalam surat-suratnya Ignatius menekankan pentingnya untuk hidup selaras dengan kehendak Allah dan untuk mengasihi Allah dan sesama. Ia juga menekankan pentingnya kesetiaan kepada Uskup yang sah dan agar umat Kristen menjauhkan diri dari berbagai pengajaran sesat. Ignatius adalah orang pertama yang menggunakan nama �Gereja Katolik� untuk menyebut persekutuan murid-murid Yesus pertama kalinya, ia juga menegaskan peranan Uskup dan Sakramen Ekaristi dalam Gereja.
Dalam suratnya kepada Gereja Roma, Ignatius menyebut Gereja Roma mengajar Gereja lain, dan ia menolak memberi perintah (mengajar) Gereja Roma karena Rasul Petrus dan Paulus telah mengajar Gereja Roma. Mengenai Paulus memang jelas dari Kitab Suci bahwa ia menulis surat ke Roma dan dihukum mati di kota itu. Tetapi mengenai Petrus, Kitab Suci tidak secara eksplisit menunjukkan ia pergi ke Roma atau menulis suatu surat kepada Gereja itu. Maka, pernyataan Ignatius ini menunjukkan bahwa Tradisi mengenai Petrus tinggal di Roma dan menjadi Uskup di kota itu adalah tradisi yang berasal nyaris se-zaman dengan para Rasul.
Di bawah ini ada beberapa kutipan dari pengajaran St. Ignatios yang tentunya juga masih relevan untuk kehidupan Kristen kita pada zaman ini.
Saya tidak memberi perintah kepada kamu seolah-olah saya adalah orang besar. Tetapi, saya terikat karena nama Kristus, saya belum sempurna dalam Yesus Kristus. Sekarang saya mulai menjadi murid-Nya, dan saya berbicara kepadamu sebagai sesama murid Kristus. Iman saya sendiri pun pernah sungguh dikuatkan oleh kamu melalui nasehat, kesabaran, dan penderitaanmu. Tetapi cinta juga mendesak saya untuk tidak diam mengenai kamu, maka saya telah menggunakan kesempatan ini pertama-tama untuk menasehati kamu agar menjalankan segala sesuatunya selaras dengan kehendak Allah. Karena Yesus Kristus, yang tak terpisahkan dari hidup kita, adalah manifestasi dari kehendak Bapa. (Ad Ephesians, I)
Saya mendorong kalian untuk memiliki hanya satu iman, satu macam pewartaan, dan satu Ekaristi. Karena hanya ada satu daging Tuhan Yesus Kristus dan darah-Nya yang ditumpahkan-Nya bagi kita adalah satu; karena hanya satu roti yang dipecahkan bagi semua penerima Komuni, dan satu piala dibagikan bagi mereka semua, dan hanya ada satu Altar bagi seluruh Gereja, dan satu Uskup dengan para Penatua dan Diakonnya. JUga karena hanya ada satu Allah, Bapa yang kekal, dan satu Putera yang Tunggal, Allah, Firman dan manusia, dan satu Penghibur, roh Kebenaran; dan hanya ada satu pewartaan, satu iman, dan satu baptisan, dan satu Gereja yang didirikan oleh Para Rasul dari ujung-ujung bumi dengan Darah Kristus, dan dengan keringat dan usaha mereka sendiri; maka hendaknya kamu juga, sebagai orang yang dikhususkan, dan sebagai bangsa yang suci, lakukanlah segala sesuatu dengan keselarasan dalam Kristus. (Ad Philadelphian, IV)
Janganlah seorangpun melakukan apapun yang berkaitan dengan urusan Gereja tanpa Uskup�Di mana Uskup ada, hendaklah di sana kawanan berada sebagaimana, di mana Yesus Kristus ada, di situlah Gereja Katolik berada.(Ep. ad Symraean, VIII)
Kalian tidak pernah memusuhi siapapun, kalian telah mengajar yang lain. Sekarang saya ingin agar hal-hal itu, melalui kelakukanmu, dipersatukan dalam pengajaran kalian. Hanya satu permintaanku dari jiwa dan ragaku, yaitu semoga aku tidak hanya berbicara, tetapi sungguh-sungguh mengendakinya, sehingga aku tidak hanya disebut Kristen, tetapi sungguh ditemukan Tuhan sebagai orang Kristen�.Aku tidak menyampaikan perintah bagimu, sebagaimana Petrus dan Paulus telah menyampaikannya bagimu. Mereka itu Rasul-rasul, dan aku ini orang terkutuk; mereka bebas, sementara aku sampai saat ini adalah hamba. Tetapi, saat aku menderita aku akan menjadi manusia bebas bagi Yesus, dan akan bangkit bersama Dia. Dan sekarang, sebagai seorang tahanan, aku belajar untuk tidak menginginkan yang duniawi dan fana. (Ad Roman III,IV)
Thursday, October 15, 2009
Surat Dari Biara St. Maron Kepada Paus Hormisdas
Kepada Yang Tersuci dengan kekudusan yang mendalam, Hormisdas, Patriarkh Universal, yang duduk di Tahta Petrus, Pangeran Para Rasul. Kami menyampaikan permintaan penuh doa dari hamba yang hina pemimpin biara-biara di wilayah Syria II dan semua biarawannya.
Karena rahmat Kristus, Penyelamat kita, mendorong kami berlari kepadamu Yang Terberkati [sapaan khas Gereja-gereja Timur kepada seorang Uskup], seperti orang yang berlindung dari hujan badai di pelabuhan yang aman, kami percaya, bahwa engkau adalah perlindungan kami, walaupun kami menderita kesusahan yang teramat berat, kami menanggungnya dengan sukacita, karena kami percaya, bahwa penderitaan dunia ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kemuliaan abadi yang akan disingkapkan bagi kami.
Karena Kristus, Allah kita, telah menetapkan engkau sebagai Pemimpin dan Gembala dan Tabib bagi jiwa-jiwa, adalah tugas kami untuk menyampaikan kepadamu penganiayaan yang telah kami derita, agar engkau menyadari bahwa ada serigala yang tanpa belas kasih, yang memecah belah kawanan domba Kristus dan kami memohon kepadamu agar engkau dengan tongkatmu mengusir para serigala ini dari kawanan domva, dan untuk menyembuhkan jiwa dengan pengajaran Sabda Tuhan, dan rawatlah mereka dengan doa-doamu� baik Severus [Patriarkh Antiokhia] dan Petrus [Uskup Apamea]�karena mereka berusaha memaksa kami untuk menolak ajaran yang benar dari Konsili Chalcedon.
Saat kami sedang dalam perjalanan menuju Biara St. Simon untuk kepentingan Gereja, kami diserang oleh orang-orang jahat yang membunuh 350 orang dari antara kami dan melukai banyak lainnya. Bahkan ada diantara kami yang melarikan diri ke gereja-gereja untuk berlindung, tetap dibunuh di hadapan Altar. Maka kami memohon kepadamu Bapa Suci bangkitlah dengan kekuatan dan ketekunan dan berbelaskasihlah atas tubuh kami yang terluka ini; karena engkau adalah kepala dari semua�karena engkau adalah gembala sejati dan tabib yang merawat domba-domba dan keselamatan mereka: �Aku mengenal domba-domba-Ku, dan domba-dombaku mengenal Aku..�[Yoh10:14-16]. Jadi janganlah mengabaikan kami Yang Tersuci, karena setiap hari kami berhadapan dengan luka-luka yang mematikan.
Tertanda
Saya, Alexander, karena rahmat Allah, Imam, Pimpinan Biara St. Maron.
[Menyusul tanda tangan semua biarawan di Biara itu dan para Imam lainnya]
Sumber: Dau, B 1984. History of the Maronites- Religious, Cultural and Political. London: Lebanese Maronite Order. p.172-175
Surat ini sedikit banyak mengingatkan kita kepada Konsili Chalcedon sendiri dimana surat Paus Leo dibacakan dan para Bapa Konsili berseru:
�Inilah iman para bapa, inilah iman Para Rasul. Kami semua mempercayainya, inilah kepercayaan ortodoks. Terkutuklah mereka yang menolaknya. Petrus telah berbicara melalui Leo. Begitulah ajaran Para Rasul. Dengan saleh dan benar Leo mengajarkannya, begitu juga Cyril. Kenangan abadi akan Cyril. Leo dan Cyril mengajarkan hal yang sama, terkutuklah mereka yang tidak mempercayainya. Inilah iman yang benar. Kami yang ortodoks mempercayainya. Inilah iman para bapa.� (Ekstrak dari Akta sesudah pembacaan surat St. Leo)
Monday, October 12, 2009
Purgatory Dalam Pandangan Timur
Versi asli silahkan dibaca di
http://www.east2west.org/doctrine.htm#Purgatory
Dapatkah Anda menjelaskan perbedaan antara teologi Latin mengenai Dogma Api Penyucian dengan berbagai Gereja-gereja Timur?
Secara umum, semua orang Kristen Timur tidak menggunakan kata �Api Penyucian�. Hal ini berlaku baik orang Katolik Timur maupun Ortodoks Timur. Kata �Api penyucian� sendiri merupakan suatu hal yang khusus bagi tradisi Latin, dan memiliki sejumlah muatan historis yang tidak nyaman bagi orang-orang Kristen Timur.
Di lingkungan Barat pada abad pertengahan, banyak teolog ternama yang mendefinisikan Api Penyucian sebagai suatu tempa khusus, di mana orang-orang pada dasarnya ditempatkan didalamnya dan mengalami penderitaan. Sejumlah teolog bahkan melangkah lebih jauh hendak mengatakan bahwa secara literal memang ada api yang membakar mereka yang menderita di Api Penyucian. Juga merupakan suatu hal yang populer untuk mengaitkan sejumlah periode waktu yang akan dijalani seseorang di Api Penyucian untuk berbagai pelanggaran. Perlu diperhatikan bahwa teologi Latin sekarang ini (syukurlah) telah meninggalkan pendekatan semacam itu, dan beralih kepada pendekatan yang lebih berakar pada ajaran para Bapa Gereja mengenai Api Penyucian.
Dalam pemahaman Katolik, hanya dua hal yang dogmatis berkenaan dengan Api Penyucian ini: 1) Bahwa ada tempat (atau keadaan) peralihan/transformasi bagi mereka yang akan masuk Surga, dan 2) Doa-doa berguna bagi arwah yang berada dalam keadaan ini.
Gereja-gereja Katolik Timur dan Ortodoks Timur sepenuhnya sepakat dengan Gereja Latin mengenai hal-hal ini. Praktisnya, kami secara rutin merayakan Liturgi Ilahi bagi mereka yang telah meninggal, dan mempersembahkan sejumlah doa bagi arwah-arwah itu. Kami tidak akan berbuat demikian jika kami tidak setuju dengan dua poin dogmatis di atas.
Tetapi sekali lagi kami sampaikan bahwa kami tidak menggunakan istilah Api Penyucian karena dua alasan. Pertama, hal itu adalah sebuah kata Latin yang pertama kali digunakan di Barat pada abad pertengahan, dan kami menggunakan bahasa Yunani untuk menggambarkan teologi kami. Kedua, kata Api Penyucian masih membawa muatan abad pertengahan yang kami merasa tidak nyaman dengannya.
Penting untuk diperhaikan bahwa Gereja Katolik Byzantine saya sendiri tidak pernah disyaratkan untuk menggunakan kata Api Penyucian. Piagam persatuan kami dengan Roma, �Traktar Brest: yang secara resmi diterima oleh Paus Klemens VII, tidak mewajibkan kami untuk menerima pengertian Barat tentang Api Penyucian.
Pasal V dari Traktat Brest menyatakan �Kita tidak boleh berdebat mengenai Api Penyucian�� menandakan bahwa kedua pihak dapat sepakat untuk tidak sepakat mengenai detail dari apa yang oleh orang-orang Barat disebut sebagai Api Penyucian.
Di Timur, kami memiliki kecenderungan untuk memandang secara lebih positif peralihan dari kematian ke Surga. Daripada menyebutnya �Api Penyucian� kami memilih menyebutnya �Pengilahian Terakhir� (Final Theosis). Hal ini mengacu kepada proses pengilahian dimana sisa-sisa kodrat manusiawi kita diubah sehingga kita dapat berbagai hidup dengan Tritunggal Mahakudus. Ketimbang memandangnya sebagai tempat untuk �menanti dan menderita�, para Bapa Gereja Timur mendefiniskan Pengilahian Terakhir ini sebagai suatu perjalanan. dan sekalipun perjalanan ini dapat mengandung kesulitan, namun juga ada secercah sukacita yang kuat.
Yang menarik adalah Muder Angelica (seorang biarawati pendiri stasiun televisi Katolik EWTN) telah berulangkali mengungkapkan pengertian yang sangat positif akan Api Penyucian sebagai keadaan yang penuh sukacita daripada sebagai tempat penderitaan. Dalam arti tertentu pengertiannya sungguh sejalan dengan pemahaman Timur mengenai Pengilahian Terakhir.
Walaupun kami tidak menggunakan kata-kata yang sama, orang Ortodoks Timur dan Katolik Timur serta Latin secara mendasar mempercayai hal yang sama dalam hal yang penting ini.
Harap diperhatikan juga bahwa teologi Timur mengajarkan bahwa pengilahian adalah proses tidak terbatas (infinite), dan tidak berhenti saat orang memasuki surga. Istilah �Pengilahian Terakhir� tidak dimaksudkan untuk menunjukkan hal yang sebaliknya.
Catatan Penerjemah:
Pandangan Dr. Dragani mewakili tradisi teologi Byzantine, sementara tradisi Alexandria (Koptik) dan Antiokhia (Syria) tampak seperti suatu jalan tengah antara pandangan Latin dan Byzantine. Tradisi Oriental (Syria dan Koptik) misalnya meskipun secara dominan masih menekankan aspek sukacita dari �Api Penyucian� namun memiliki tekanan yang lebih akan penderitaan dan hukuman dibandingkan tradisi Byzantine, dan karena itu juga lebih mendekati tradisi Latin walaupun secara umum mereka tetap lebih dekat dengan tradisi Byzantine.
Tuesday, May 19, 2009
Kebajikan Iman
Pengertian
Menurut Kitab Suci tanpa iman tidak seorangpun dapat berkenan kepada Allah, sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia (Ibr 11: 6). Penjelasan Kitab Suci ini menunjukkan bahwa iman tidak hanya merupakan kunci bagi penyelamatan tetapi juga kunci untuk menerima karunia-karunia Allah. Namun, apakah iman itu? Surat kepada orang Ibrani menggambarkannya sebagai dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr 11:1). Melengkapi penjelasan ini Katekismus Santo Pius X mendefiniskan iman sebagai �kebajikan supranatural, yang dicurahkan Allah ke dalam jiwa manusia, dan yang dengan mendasarkan diri kepada otoritas Allah sendiri, kita percaya kepada apa yang Allah wahyukan dan disampaikan oleh GerejaNya untuk dipercayai (On Virtues and Vices: Question 9)�.
Iman, sama seperti kebajikan harapan dan kasih, dicurahkan Allah ke dalam diri kita saat Dia menghiasi kita dengan rahmat pengudus dan melalui penerimaan sakramen (terutama pembaptisan) kita semakin diperkaya tidak hanya dengan kebajikan-kebajikan ini tetapi juga dengan tujuh karunia Roh Kudus. Namun, peneriman kebajikan teologal ini pada waktu pembaptisan tidaklah cukup untuk keselamatan bagi orang-orang Kristen yang mencapai usia mampu untuk menimbang (age of reason), kita juga perlu untuk melaksanakannya sebaik mungkin dalam seluruh hidup kita (On Vrtues and Vices: Question 6-8). Karena alasan ini iman, merupakan suatu hal yang sangat penting bagi semua orang Kristen, tidak hanya bagi mereka yang baru bertobat tetapi juga bagi yang sudah lama menjadi Kristen, sebab iman menentukan hubungannya tidak hanya dengan Allah tetapi juga dengan sesamanya, karena semua kebajikan moral yang menata hubungan kita dengan sesama didasarkan kepada iman kita akan Allah (KGK. 2087).
Seorang Kristen diharapkan untuk memiliki iman yang dewasa sebagai bagian dari jawaban kita terhadap perintah Allah untuk mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa dan budi kita. Iman kita hendaknya ditandai dengan kepercayaan yang utuh, bebas dari keraguan, dan tanpa kecurigaan atau ketakutan. Iman kita hendaknya mencerminkan hubungan kita dengan Allah sebagaimana digambarkan oleh Kitab Suci yaitu kedekatan seorang anak dengan Bapanya yang teramat baik dan setia serta ketaatan seorang hamba kepada Tuannya. Karena cinta kepada Allah hendaknya kita selalu memperkuat dan melindungi iman kita dengan bijak dan tekun dan menolak segala sesuatu yang melemahkan atau bertentangan dengannya (KGK. 2088).
Dasar-dasar Iman
Beberapa orang beranggapan iman itu seperti sebuah takhyul karena menurut mereka sedikit saja dasarnya. Iman Kristen adalah tanggapan kepada Allah yang mewahyukan diriNya kepada manusia melalui Kitab Suci, Tradisi dan ajaran GerejaNya, ketiga hal ini kerap disebut sebagai wahyu umum yaitu yang mengikat semua orang beriman. Mereka yang mengaku dirinya Kristen dengan sendirinya wajib menerima ketiga hal ini.
Allah juga berbicara kepada kita secara pribadi melalui dorongan hati kita atau melalui orang lain. Kita dapat saja keliru mengenali dorongan Roh dalam diri kita, maka yang penting disini adalah keterbukaan terhadap dorongan Roh yang disertai dengan kerendahan hati untuk mengakui bahwa kita dapat saja keliru mengenali dorongan Allah. Hal-hal yang lebih khusus mengenai ini akan dibahas dalam topik discernment. Selain itu kita juga dapat mengenali Allah dengan pengertian akan kodratNya, hal ini berlaku terutama ketika berhadapan dengan situasi yang tidak spesifik disebut dalam Kitab Suci dan tanpa dorongan-dorongan yang istimewa, misalnya kita memohon penyembuhan bagi seorang yang sakit, padahal dalam Kitab Suci Allah tidak pernah berkata bahwa Ia akan menyembuhkan semua orang dari penyakit fisiknya dan juga tidak ada dorongan istimewa untuk berbuat demikian, namun dengan mendasarkan iman kepada belaskasihan Allah dan bahwa Allah akan memberi yang terbaik bagi si sakit, kita dapat memohon penyembuhan karena menurut kita itulah yang baik bagi si sakit dan menyerahkan kerinduan kita itu kepada Dia yang penuh belaskasihan.
Beberapa orang sering mempertentangkan iman dan akal budi. Bagi seorang Kristen iman dan akal budi tidak bertentangan. Iman memang melampaui akal budi namun iman tidak dapat bertentangan dengan akal budi, karena keduanya bersumber kepada Allah yang satu dan sama, dan kebenaran tidak dapat berkontradiksi. Karena itu iman Kristen yang sehat dan dewasa akan selalu memiliki unsur rasio.
Iman penuh pengharapan
Iman dapat kita bedakan menjadi tiga jenis: iman persetujuan, iman kepercayaan, dan iman penuh pengharapan. Iman persetujuan berarti menerima kebenaran-kebenaran ajaran Kristen, sementara iman kepercayaan berarti selain menerima kebenaran-kebenaran ajaran Kristen juga mempercayakan hidup kita kepada Tuhan, dan akhirnya iman penuh pengharapan berarti selain kedua jenis iman yang telah disebut sebelumnya juga melibatkan keberanian kita untuk mengharapkan pemenuhan janji-janji Allah dalam hidup kita.
Pada prinsipnya dari setiap orang Kristen diharapkan untuk memiliki iman pengharapan. Sekedar iman kepercayaan tidaklah cukup, sebab kata St. Yakobus setan-setan pun demikian (Yak 2:19). Iman kepercayaan membuat orang mampu melangkah lebih jauh lagi, yakni dengan mempercayakan seluruh hidup kepada Tuhan, namun sekedar mempercayakan tanpa adanya keberanian untuk berharap seringkali membawa orang kepada penyerahan yang pasif dan bahkan fatalis, maksudnya segala sesuatu yang terjadi dalam diterima begitu saja sebagai kehendak Allah tanpa pemeriksaan yang lebih mendalam baik kepada janji-janji Allah maupun kepada kehidupannya sendiri. Kedua jenis iman ini belumlah �iman� dalam arti yang sepenuhnya.
Iman penuh pengharapan merupakan penyerahan diri yang aktif. Maksudnya orang berani terbuka, mempercayakan segala keinginan dan harapannya kepada Allah karena Allah itu baik dan pasti akan memberi yang terbaik (Mat 7: 7-11) dan karena Allah ingin menyatakan kelimpahan rahmatNya di dalam dan melalui kita (Yoh 15:7-8). Memiliki iman yang penuh pengharapan akan menjadikan hidup kita penuh sukacita (Yoh 16: 24) karena kebaikan Allah menjadi pengalaman hidup kita sehari-hari.
Hampir pasti kita akan merasa gambaran di atas ini terlalu ideal dan terlampau lebar jarak antara iman penuh pengharapan dengan kehidupan iman kita sehari-hari. Iman semacam itu memang pada umumnya tidak muncul dalam semalam tetapi merupakan hasil pergumulan hidup rohani yang panjang dan penuh jatuh bangun. Untungnya Allah mengerti keadaan kita itu, gambaran Kitab Suci mengenai tokoh-tokoh iman mencatat dengan jelas pergumulan hidup dan iman mereka. Masalah mereka kerap kali sama dengan masalah kita. Kadang kita seperti Abraham merasa bahwa Allah bertindak kurang adil atau keadilanNya terlalu keras, dan bersama Abraham juga kita pernah merasa bahwa Allah menuntut terlalu banyak dari diri kita. Kita yang mengalami keluarga kita bagaikan neraka tentu mendapatkan �teman senasib� dalam diri Daud yang keluarganya berantakan luar biasa, anak-anaknya saling bunuh dan Daud sendiri pernah hendak dibunuh oleh anak kesayangannya yaitu Absalom yang menghendaki kekuasaan ayahnya. Kita juga seperti Ayub pernah merasakan ditinggalkan oleh Allah dan diperlakukanNya secara tidak adil ketika kemalangan bertubi-tubi menghantam diri kita. Bersama Petrus dan seorang ayah yang kehilangan anak perempuannya kita juga sering merasa kesulitan untuk percaya kepada Kristus. Dan bersama Tuhan kita juga bisa terkejut karena melihat orang yang dianggap tidak beriman malah lebih mudah percaya dibandingkan kita yang sudah lebih mengenal Allah. Contoh-contoh semacam ini dapat diperpanjang meliputi hampir semua tokoh Kitab Suci.
Kitab Suci secara umum tidak menyediakan dasar teori atau saran-saran praktis tentang bagaimana kita mengatasi kesulitan-kesulitan dalam beriman tetapi menawarkan suatu sharing pengalaman dari pribadi-pribadi yang telah mendahului kita dalam menempuh jalan ini. Dari sharing mereka inilah kita mengenal suatu �seni� untuk menjalani hidup bersama Allah, suatu cara hidup yang sebagai orang Kristen kita pandang sebagai hidup ideal.
Iman: jawaban yang menyeluruh
Kita beriman dengan seluruh diri kita, maksudnya dengan seluruh kemampuan inderawi kita. Iman selalu melibatkan intelek, kehendak, perasaan, dan tindakan kita. Dengan beriman berarti kita menyetujui apa yang Allah wahyukan dan kita berkehendak untuk menata hidup kita sesuai wahyuNya, mewujudkannya dalam tindakan kita. Proses ini berlangsung seumur hidup dan karenanya iman merupakan suatu jawaban yang terus-menerus. Iman merupakan suatu cara hidup yang dengannya kita berpikir, berbicara, bertindak selama hidup kita.
Biasanya terdapat dua ekstrim, yaitu ada beberapa orang yang sangat menekankan sisi intelektualitas dalam iman dan yang lainnya menekankan kepada perasaan. Baik perasaan dan intelek adalah bagian dari diri kita, tentu saja beriman juga melibatkan kedua unsur ini, namun sewajarnya saja. Perasaan kadang datang dan pergi tanpa diduga, kadang orang dapat saja meluap-meluap dalam perasaan-perasaan seperti sedih, senang atau terharu yang muncul sebagai semacam �hadiah� dari Tuhan, namun hal ini tidak terjadi setiap hari. Dengan intelek juga begitu, kadang pertambahan pengetahuan tentang agama atau Kitab Suci dianggap begitu saja sebagai pertumbuhan iman, menambah pengetahuan itu baik tetapi itu tidak merupakan ukuran pertumbuhan iman, bertambahnya pengetahuan hanya menunjukkan bahwa yang bersangkutan belajar lebih baik dan tidak berhubungan secara langsung dengan pertumbuhan imannya.
Bertumbuh dalam Iman
a. Yang menghalangi:
a. Ketakutan bahwa apa yang kita harapkan tidak sejalan dengan yang Allah inginkan. Hal ini muncul dari ketidakpastian pribadi, takut gagal, serta pendekatan iman yang tegang.
b. Penekanan yang berlebih-lebihan pada perasaan (emosionalisme).
c. Tidak percaya diri dimana kita seringkali merasa ragu bahwa Allah menggunakan kita yang kecil, lemah dan berdosa ini. Pada hari pemilihannya Paus Benediktus XVI mengatakan bahwa dirinya berada diantara perasaan takut menghadapi beratnya tugas namun pada saat yang sama ia juga percaya bahwa Allah sanggup mengerjakan hal-hal besar dengan menggunakan alat-alat yang sederhana. Kesadaran akan kelemahan diri hendaknya jangan menghalangi berkaryanya Allah dalam diri kita melainkan menambah kepercayaan dan penyerahan diri kita kepadaNya.
d. Setan yang memang selalu ingin menjauhkan kita dari Allah.
b. Langkah positif kepada iman:
a. Sabda Allah dan Sakramen.
St. Paulus menegaskan bahwa iman timbul dari pendengaran akan sabda Kristus (Rom 10:7) dan surat kepada orang Ibrani meminta kita agar jangan menjauh dari pertemuan ibadat (Ibr 10: 25). Kitab Suci dibaca baik secara bersama dalam ibadat ataupun secara pribadi. Pewartaan Kitab Suci secara umum (publik) memiliki kaitan yang erat dengan sakramen-sakramen yang menyalurkan rahmat dan menumbuhkan iman.
b. Bacaan rohani.
Manusia memiliki pikiran dan pikiran kita sangat mempengaruhi cara hidup dan tindakan kita. Pikiran kita menjadi maju kalau dibina dengan baik, salah satunya adalah dengan membaca bacaan-bacaan yang bermutu. Karena iman melibatkan seluruh diri dan termasuk pikiran kita, maka dalam menumbuhkan iman kita juga perlu membinanya dengan bacaan-bacaan yang isinya menguatkan kita dalam iman.
c. Doa pribadi.
Doa adalah ungkapan iman yang paling langsung, sederhana, dan mudah. Doa seorang Kristen merupakan komunikasi antara kita dengan Allah. Banyak hal bisa dibahas tentang doa dan ini membutuhkan bahasan tersendiri yang lebih mendalam.
d. Doa iman.
Langkah ini secara langsung memohon kepada Tuhan tambahan iman. Akhirnya perlu ditekankan kembali bahwa tidak ada cara lain untuk memiliki iman selain diberi oleh Allah, karena itulah kita perlu meminta iman secara khusus. Kitab Suci memberi contoh doa iman yang sangat polos, sederhana namun menggugah, �Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini� (Mrk 9: 24). Doa sederhana ini menggambarkan dengan jelas iman sebagai suatu anugerah, manusia hanya dapat membuka hati dan Allah-lah yang memberi.
Daripada Pergi Kepaksa Mending Gak Usah ?
Monday, May 18, 2009
Ensiklik Leo XIII Tentang Kehadiran dan Kuasa Roh Kudus "Divinum Illud Munus"
Kepada Saudara-saudara Kami yang terhormat, Patriarkh, Primat, Uskupagung, Uskup dan Ordinaris Lokal lainnya yang berada dalam Damai dan Persekutuan dengan Tahta Suci.
Saudara Terhormat, Kesehatan dan Berkat Apostolik.
1. Tugas perutusan ilahi yang diterima Yesus Kristus dari BapaNya untuk kesejahteraan seluruh umat manusia, yang dipenuhiNya dengan sempurna, memiliki tujuan akhir untuk menempatkan manusia kepada kehidupan abadi dan kemuliaan, dan sepanjang peredaran zaman menjaga mereka tetap dekat pada kehidupan rahmat ilahi, yang ditentukan untuk pada akhirnya berbuah dalam kehidupan surgawi. Karenanya, Penyelamat kita tak pernah berhenti untuk mengundang, dengan perhatian yang tak terbatas, semua manusia, dari setiap suku dan bahasa, ke dalam pangkuan GerejaNya: �Datanglah kalian semua kepadaKu,� �Akulah Kehidupan,� Akulah Gembala Baik.� Walaupun begitu, menurut kebijaksanaanNya yang tak terpahami, Ia tidak berkehendak untuk menyelesaikan dan memenuhi semua tugas ini sendiri sementara Ia masih di dunia, tetapi sebagaimana Ia terima dari Bapa, Ia menyerahkan pemenuhannya kepada Roh Kudus. Adalah menghibur untuk mengingat jaminan yang diberikan Kristus kepada tubuh para muridNya sesaat sebelum Ia meninggalkan dunia: �Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Paraclete itu tidak akan datang kepadaMu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu (Yohanes 16:7). Dalam kata-kata ini Ia memberikan alasan utama kepergian dan kembalinya Dia kepada Bapa, manfaat yang paling jelas bagi para muridNya dari kepergian itu adalah kedatangan Roh Kudus, dan pada saat yang sama, Ia membuat jelas bahwa Roh Kudus secara setara diutus- dan karena itu berasal- dari diriNya dan Bapa; dan Roh itu akan memenuhi, tugasNya sebagai Pengantara, Penghibur, dan Guru, karya yang telah dimulai oleh Kristus sendiri dalam hidup duniawiNya. Karena, dalam penebusan dunia ini, penyempurnaan karya itu oleh Penyelenggaraan Ilahi dikhususkan kepada bermacam-macam kuasa yang dimiliki Roh itu, yang dalam penciptaan, �menghiasi langit� (Ayub 26:13) dan �memenuhi seluruh dunia� (Kebijaksanaan 1:7)
2. Sampai sekarang Kami telah berjuang sekuat tenaga, dengan pertolongan rahmatNya, untuk mengikuti teladan Kristus, Penyelamat kami, Gembala Utama, dan Penilik Jiwa kami, dengan menjalankan tugas dariNya yang Ia percayakan kepada Para Rasul dan terutama kepada Petrus �yang kewibawaannya tidak jatuh, bahkan dalam diri para penggantinya yang tak pantas� (St. Leo Agung, Sermon ii, Pada Ulangtahun Terpilihnya). Untuk mencapai tujuan ini Kami telah berketetapan untuk mengarahkan semua usaha Kami dan melakukannya terus-menerus selama masa kepausan Kami yang panjang kepada dua tujuan utama; pada tempat pertama, untuk memulihkan, dalam diri penguasa dan rakyat, prinsip-prinsip hidup Kristen dalam masyarakat sipil dan domestik, karena tidak ada kehidupan sejati untuk manusia kecuali dari Kristus; dan, kedua, untuk mendukung persatuan kembali dari mereka yang telah meninggalkan Gereja Katolik entah karena bidaah atau skisma, karena tanpa diragukan lagi adalah kehendak Kristus bahwa semua harus disatukan dalam satu kawanan dibawah satu Gembala. Tetapi sekarang Kami mendekati hari-hari terakhir hidup Kami, jiwa Kami secara mendalam tergerak untuk mempersembahkan kepada Roh Kudus, yang adalah Cinta yang memberi hidup, semua karya yang telah Kami kerjakan selama masa kepausan Kami, semoga Dia membawanya kepada kesempurnaan dan menghasilkan buahnya. Dan agar kehendak Kami ini dijalankan lebih baik dan lebih sempurna, Kami memutuskan untuk menjelaskan kepada kalian di saat menjelang Pentakosta ini mengenai kehadiran dan kuasa yang menakjubkan dari Roh Kudus; dan cara serta dayaguna tindakanNya baik dalam seluruh tubuh Gereja dan dalam jiwa setiap individu anggotanya, melalui kelimpahan rahmat ilahiNya yang mulia. Dengan tulus kami mengharapkan, sebagai hasil pengajaran kami ini, meningkatnya iman dalam budimu tentang misteri Tritunggal yang terpuji, dan khususnya agar semakin meningkat dan membara kesalehan kepada Roh Kudus, yang kepadaNya secara khusus kita semua berhutang rahmat untuk mengikuti jalan kebenaran dan kebajikan; karena seperti yang dikatakan St. Basilius, �Siapa yang menyangkal bahwa segala keistimewaan berkaitan dengan manusia, yang telah dibuat oleh Allah dan Penyelamat kita yang besar, Yesus Kristus, menurut kebaikan Allah, telah dipenuhi melalui rahmat Roh?� (Tentang Roh Kudus, c. xvi, v. 39).
3. Sebelum Kami masuk ke dalam topik ini, adalah berguna dan sesuai dengan keinginan Kami untuk menyampaikan beberapa kata tentang Misteri Tritunggal Mahakudus. Dogma ini disebut oleh para doktor Gereja sebagai �substansi Perjanjian Baru� maksudnya ialah, yang terbesar dari semua misteri karena misteri ini adalah sumber dan dasar dari semuanya. Untuk mengetahui dan merenungkan misteri ini, diciptakan malaikat di surga dan manusia di bumi. Untuk mengajarkan misteri ini secara lebih penuh, yang ada namun tersamar dalam Perjanjian Lama, Allah sendiri datang dari antara para malaikat untuk manusia: � Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakanNya� (Yohanes 1 :18). Siapapun yang menulis atau berbicara tentang Tritunggal harus memperhatikan peringatan yang tepat dari Doktor Para Malaikat: �Saat kita berbicara tentang Tritunggal kita harus melakukannya dengan teliti dan rendah hati, karena seperti yang dikatakan oleh St. Agustinus �, tidak ada lagi kesalahan berbahaya dibuat, atau penelitian menjadi lebih sulit, atau penemuan lebih berbuah� (Summ. Th. 1a., q. xxxi. De Trin. 1 1., c.3). Bahaya yang muncul tidak kurang adalah Pribadi Ilahi yang satu dicampurkan dengan yang lain dalam iman atau ibadat, atau satu Hakekat dalam mereka dipisahkan: karena �Inilah Iman Katolik bahwa kita harus menyembah satu Allah dalam Tritunggal dan Tritunggal dalam Kesatuan�. Karenanya pendahulu Kami Innocentius XII, secara tegas menolak petisi dari mereka yang menginginkan pesta khusus untuk menghormati Allah Bapa. Karena, walaupun sejumlah misteri berbeda yang terhubung dengan Sabda yang menjadi daging dirayakan pada hari-hari tertentu, tidak ada pesta khusus apapun dimana Sabda dihormati menurut Kodrat IlahiNya semata. Dan walaupun Pesta Pentakosta telah ditetapkan sejak masa-masa paling awal, namun tidak ditujukan semata untuk menghormati Roh Kudus sendiri, tetapi untuk mengenangkan kedatanganNya, atau misi eksternalNya. Dan semua ini telah ditetapkan dengan bijaksana, agar dalam membedakan Pribadi orang tidak terpancing untuk membedakan Hakekat Ilahi. Lebih lagi Gereja, dengan tujuan memelihara anak-anaknya dalam kemurnian iman, menetapkan Pesta Tritunggal Mahakudus, yang oleh Yohanes XXII diperluas bagi Gereja Universal untuk seterusnya. Dia juga mengizinkan altar-altar dan gereja-gereja didedikasikan kepada Tritunggal Mahakudus, dan dengan persetujuan ilahi, mengakui Ordo untuk Pemeliharaan para Tawanan, yang secara khusus didedikasikan kepada Tritunggal Mahakudus dan memakai namaNya. Banyak fakta meneguhkan kebenaran ini. Penghormatan kepada para malaikat dan para kudus, kepada Bunda Allah, dan kepada Kristus sendiri, akhirnya terarah kepada kehormatan Tritunggal Mahakudus. Dalam doa ditujukan kepada Yang Satu melalui Putera, juga disebutkan yang lainnya; dalam litani-litani setelah Pribadi Ilahi disebut secara khusus dan terpisah, seruan bersama kepada seluruhnya ditambahka: semua mazmur dan himne ditutup dengan doksologi kepada Bapa, Putera dan Roh Kudus; berkat, ritus kudus, dan sakramen disertai atau ditutup dengan seruan kepada Tritunggal Mahakudus. Hal ini sudah dinubuatkan oleh para Rasul dalam kata-kata : �Segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan selama-lamanya!� (Roma 11: 36), dan karenanya menandakan baik Ke-Tritunggal-an Pribadi dan Kesatuan Hakekat: karena hal ini adalah satu dan sama dalam setiap Pribadi, sehingga bagi setiap Pribadi terdapat kemuliaan tertinggi yang setara, sebagaimana kepada Allah yang satu dan sama. St. Agustinus mengomentari kesaksian ini dengan menulis: �Kata-kata Rasul, dari Dia, dan oleh Dia, dan dalam Dia tidak untuk dimengerti secara terpisah; dari Dia mengacu kepada Bapa, melalui Dia kepada Putera, dan dalam Dia kepada Roh Kudus� (De Trin. 1. Vi., c. 10; 1. i., c.6). Gereja secara tepat terbiasa untuk mengenakan kepada Bapa karya keilahian yang berkaitan dengan kuasa surgawi, kepada Putera yang berkaitan dengan kebijaksanaan surgawi, dan cinta surgawi kepada Roh Kudus. Tidak berarti bahwa semua kesempurnaan dan karya eksternal tersebut tidak dimiliki bersama oleh seluruh Pribadi Ilahi; karena �karya dari Tritunggal tidak terbagi, bahkan sama seperti hakekat Tritunggal adalah tidak terbagi� (St. Agustinus., De Trin., 1. 1, cc. 4-5); karena sebagaimana tiga Pribadi Ilahi ini tidak terbagi , maka mereka juga bertindak tanpa terpisah� (St. Agustinus., ib). Tetapi dalam arti tertentu, karya-karya ini dapat diatributkan, atau sebagaimana biasa dikatakan �dikenakan� kepada Satu Pribadi ketimbang yang lain. �Seperti kita melacak kesamaan atau keserupaan yang kita temukan dalam ciptaan untuk menunjukkan manifestasi dari Pribadi Ilahi, juga kita menggunakan atribut esensial mereka; dan manifestasi Pribadi-pribadi melalui atribut essensial mereka disebut �penggenaan� (St. Th. 1a., q. 39, xxxix., a.7). Dengan cara Ini Sang Bapa, yang adalah �dasar seluruh keilahian� (St. Agustinus. De Trin. 1 iv., c. 20) adalah juga penyebab langsung dari segala hal, dari penjelmaan Sabda, dan pengudusan jiwa-jiwa; �dari Dia lah segala sesuatu: dari Dia, mengacu kepada Bapa. Tetapi Putera, Sang Sabda, Gambaran Allah juga adalah penyebab acuan, karena semua ciptaan meminjam bentuk dan keindahan, tatanan dan keselarasan mereka dari Nya. Bagi kita Dia adalah Jalan, Kebenaran, dan Hidup; Pendamai manusia dengan Allah. �Melalui Dia lah segala sesuatu�: Melalui Dia mengacu kepada Putera. Roh Kudus adalah penyebab akhir dari segala sesuatu, karena kehendak dan segala sesuatu yang lain akhirnya memiliki Dia sebagai tujuan akhir mereka, sehingga Dia, yang adalah Kebaikan Ilahi dan Hubungan Cinta antara Bapa dan Putera, memenuhi dan menyempurnakan, dengan KuasaNya yang lembut, karya yang tersembunyi bagi keselamatan abadi manusia. �dalam Dia lah segala sesuatu�: dalam Dia, mengacu kepada Roh Kudus.
4. Setelah menyinggung iman dan penyembahan kepada Tritunggal Mahakudus, yang harus ditingkatkan lebih dan lebih lagi diantara orang-orang Kristen, sekarang Kami beralih untuk menjelaskan kuasa Roh Kudus. Dan, pertama-tama, kita harus memandang kepada Kristus, Pendiri Gereja dan Penebus bangsa manusia. Diantara semua tindakan eksternal Allah, yang tertinggi dari semuanya adalah misteri Penjelmaan Sabda, yang didalamnya kegemilangan kesempurnaan ilahi bersinar begitu terang sehingga tidak dapat dibayangkan apa lagi yang lebih mengagumkan darinya, dan tidak ada lagi yang dapat lebih menyelamatkan bagi umat manusia. Sekarang karya ini, walaupun merupakan milik keseluruhan Tritunggal, namun tetap dikenakan secara khusus kepada Roh Kudus, sehingga Injil berbicara tentang Perawan yang Terberkati: �Dia ditemukan mengandung anak dari Roh Kudus,� dan �anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus� (Matius 1: 18, 20). Dan hal ini secara tepat dikenakan kepadaNya yang adalah cinta Bapa dan Putera, karena �misteri saleh yang agung� (1 Timotius 3:16) ini berasal dari cinta Allah yang tak terbatas bagi manusia, seperti dikatakan St. Yohanes: �Allah begitu mencintai dunia ini sehingga Ia memberikan PuteraNya yang Tunggal� (Yohanes 3: 16). Lebih lagi, karena melaluiNya kodrat manusia diangkat ke dalam persatuan pribadi dengan Sabda, dan kelayakan ini diberikan, bukan berdasarkan jasa apapun, tapi seluruhnya dan secara mutlak melalui rahmat, dan secara khusus melalui rahmat istimewa Roh Kudus. Pada titik ini St. Agustinus menulis: �Cara yang dengannya Kristus dikandung dari Roh Kudus, menunjukkan kepada kita rahmat Allah, dimana manusia tidak memiliki jasa yang mendahului, sejak saat pertama keberadaannya, telah disatukan dengan sabda Allah, dengan persatuan pribadi yang begitu intim, sehingga Dia, yang adalah Putera Manusia, juga adalah Putera Allah, dan Dia yang adalah Putera Allah juga adalah Putera Manusia� (Enchir., c. xl. St. Th., 3a., q. xxxii., a. 1). Melalui karya Roh Kudus, bukan saja pengandungan Kristus yang dipenuhi, tetapi juga pengudusan JiwaNya, yang oleh Kitab Suci, disebut pengurapanNya (Kisah Para Rasul 10: 38). Karenanya semua tindakannya �dilakukan dalam Roh Kudus� (St. Basil de Sp. S., c. xvi), dan secara khusus kurban diriNya sendiri: �Kristus, oleh Roh Kudus, mempersembahkan diriNya tanpa noda kepada Allah� (Ibrani 9: 14). Dengan memperhatikan semua ini tak seorangpun heran karena semua rahmat Roh Kudus dicurahkan ke dalam jiwa Kristus. Dalam Dia berdiam kepenuhan rahmat, dengan cara terbesar dan paling berdaya guna; dalam Dia terdapat semua harta kebijaksanaan dan pengetahuan, rahmat yang diberikan dengan bebas (gratis datae), kebajikan, dan semua anugerah yang disebutkan dalam nubuat Yesaya (Yesaya 11;2, 61:1), dan juga ditandai dengan merpati ajaib yang muncul di Yordan, saat Kristus, dengan PembaptisanNya, menguduskan airnya untuk Perjanjian Baru. Tentang kata-kata ini sangat tepat untuk mengutip St. Agustinus: �Adalah bodoh untuk mengatakan bahwa Kristus menerima Roh Kudus saat Dia telah berusia 30 tahun, karena Dia datang untuk dibaptis tanpa dosa, dan karenanya tidak tanpa Roh Kudus. Pada saat itu (saat Dia dibaptis), Dia berkenan menjadi pratanda bagi GerejaNya, yang di dalam Gereja itu orang yang dibaptis menerima Roh Kudus� (De. Trin. 1., xv., c. 26). Karenanya, melalui penampakan jelas Roh Kudus atas Kristus dan dengan kuasaNya yang terlihat dalam jiwaNya, misi ganda Roh Kudus terselebung, yaitu, Misi lahiriah dan terlihatNya dalam Gereja, dan rahasia kediamanNya dalam jiwa orang yang dibenarkan.
5. Gereja, yang telah dikandung, berasal dari sisi Adam kedua dalam tidurNya di Salib, pertama kali menunjukkan dirinya pada hari raya Pentakosta. Pada hari itu Roh Kudus mulai memanifestasikan anugerahNya dalam Tubuh Mistik Kristus, yaitu melalui pencurahan ajaib yang sebelumnya telah dinubuatkan Nabi Yoel (2: 28-29), karena Sang Paraclete �duduk atas para Rasul sebagai mahkota rohani yang ditempatkan di atas kepala mereka dalam bentuk lidah api� (S. Sirilius Hier. Catech. 17). Kemudian para Rasul �turun dari gunung,� seperti ditulis oleh St. Yohanes Chryostomus �tidak seperti Musa yang membawa loh batu di tangannya, tetapi membawa Roh dalam budi mereka, dan mencurahkan harta dan sumber ajaran dan rahmat (In Matt. Hom. 1., 2 Cor. Iii, 3). Dengan itu dipenuhilah janji terakhir Kristus kepada Para RasulNya untuk mengutus Roh Kudus, untuk memenuhi, dan kemudian, memateraikan harta pusaka ajaran yang dipercayakan kepada mereka dibawah inspirasiNya. �Masih banyak hal yang harus Ku katakan kepadaMu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya; tetapi apabila Dia datang, Roh Kebenaran, Ia akan mengajar kamu semua kebenaran� (Yohanes 16: 12-13). Karena Dia yang adalah Roh Kebenaran, adalah juga Dia yang berasal baik dari Bapa, yang adalah kebenaran abadi, dan dari Putera, yang adalah kebenaran hakiki, menerima dari keduaNya hakekat dan kepenuhan semua kebenaran. Kebenaran ini Ia sampaikan kepada GerejaNya, dijagaiNya Gereja itu dengan bantuan penuh kuasa sehingga tak pernah jatuh dalam kesesatan, dan dibantuNya Gereja untuk meningkatkan secara lebih dan lebih lagi dari hari ke hari benih ajaran ilahi dan untuk membuatnya berbuah bagi kesejahteraan semua orang. Dan karena untuk kesejahteraan orang-orang, Gereja telah didirikan, secara mutlak tugas ini harus berlanjut untuk selama-lamanya, maka Roh Kudus secara kekal menyalurkan hidup dan kekuatan untuk memelihara dan meningkatkan perkembangan Gereja.
6. Oleh Dia para Uskup ditetapkan, dan melalui pelayanan mereka dipergandakanlah bukan hanya anak-anak, tetapi juga para ayah- yaitu, para imam- untuk memerintah dan memberi makan Gereja dengan Darah Kristus yang telah menebus Gereja. �Roh Kudus telah menempatkan kamu sebagai Uskup untuk menggembalakan Gereja Allah yang diperolehNya dengan Darah PuteraNya sendiri� (Kisah Para Rasul 20: 28). Dan baik Uskup dan Imam, dengan anugerah ajaib dari Roh, memiliki kuasa untuk mengampuni dosa, menurut kata-kata Kristus kepada Rasul: Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya akan diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada� (Yohanes 20: 22-23). Bahwa Gereja adalah lembaga ilahi tampak jelas terbukti dari kegemilangan dan kemuliaan anugerah-anugerah dan rahmat yang menghiasinya, yang pencipta dan pemberinya adalah Roh Kudus. Maka cukuplah untuk menyatakan bahwa, sebagaimana Kristus adalah Kepala Gereja, maka Roh Kudus adalah jiwanya. �Sebagaimana jiwa dalam tubuh kita, begitulah Roh Kudus dalam Tubuh Kristus, yaitu Gereja� (St. Agustinus., Serm. 187, de Temp.). Demikianlah, agar tidak lebih jauh dan lebih penuh lagi �manifestasi pewahyuan Roh Ilahi� dibayangkan atau diharapkan; karena apa yang ada dalam Gereja sekarang adalah kemungkinan yang paling sempurna, dan akan tetap begitu sampai Gereja sendiri, menyelesaikan jalan perjuangannya, dan diangkat ke dalam sukacita para kudus yang berjaya di surga.
7. Cara dan tingkat kehadiran karya Roh Kudus dalam jiwa pribadi tidaklah kurang indah, walaupun lebih sulit untuk dijelaskan, karena hampir seluruhnya tidak terlihat. Pencurahan Roh itu begitu melimpah, sehingga Kristus sendiri, yang dariNya lah seluruh anugerah itu berasal membandingkannya dengan sungai yang mengalir, seperti kata-kata St. Yohanes: � Dia yang percaya kepadaKu, seperti kata Kitab Suci : Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup� yang tentang ini kesaksian Penginjil menambahkan keterangan: �Yang dimaksudkanNya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepadaNya� (Yohanes 7: 38-39). Adalah benar bahwa dalam diri orang benar yang hidup sebelum Kristus, Roh Kudus berdiam melalui rahmat, sebagaiamana kita baca dalam Kitab suci mengenai para nabi, Zakaria, Yohanes Pembaptis, Simeon dan Hanna; sehingga para hari Pentakosta Roh Kudus tidak menyalurkan diriNya seperti �untuk pertama kalinya mulai berdiam dalam diri orang kudus, tetapi dengan mencurahkan diriNya secara lebih melimpah; Ia memahkotai, bukan memulai anugerahNya; bukan memulai karya baru, tetapi memberi secara lebih melimpah� (St. Leo Agung, Hom. Iii., de Pentec.). Tetapi jika mereka juga terhitung anak-anak Allah, mereka itu berada dalam keadaan seperti hamba, karena �selama mereka masih berstatus anak-anak mereka tidak berbeda dari hamba, yaitu beraa dibawah perwalian dan pengawasan� (Galatia 4: 1,2). Lebih lagi tidak hanya keadilan mereka berasal dari jasa Kristus yang akan datang, tetapi komunikasi Roh Kudus setelah Kristus juga lebih berlimpah, sebagaimana harga melampaui nilai yang sebenarnya dan kenyataan melampaui bayangan. Karena itulah St. Yohanes menyatakan: �Sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan� (Yohanes 7: 39). Maka, segera setelah Kristus �naik ke tempat tinggi,� masuk ke dalam kemuliaan KerajaanNya yang dimenangkanNya dengan perjuangan berat, Dia dengan melimpah-ruah mencurahkan harta Roh Kudus: �Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia� (Efesus 4: 8). Karena � pemberian atau pengutusan Roh Kudus setelah pemuliaan Kristus tidak pernah seperti sebelumnya; bukan karena sebelumnya tidak pernah diberikan tetapi tidak pernah diberikan secara demikian� (St. Agustinus., De Trin., 1. iv. c. 20).
8. Kodrat manusia adalah hamba Allah karena kebutuhan: �Ciptaan adalah hamba, kita adalah hamba Allah karena kodrat� (St. Sirilius Alex. Thesaur.1. v., c. 5). Bagaimanapun, karena dosa asal, seluruh kodrat kita telah jatuh ke dalam kesalahan dan kehinaan sehingga kita telah menjadi musuh Allah. �Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai� (Efesus 2:3). Tidak ada kuasa apapun yang dapat mengangkat dan membebaskan kita dari kekacauan dan pemusnahan abadi. Tetapi Allah, Pencipta manusia yang belaskasihNya tak terbatas, melalui PuteraNya yang Tunggal, yang melalui jasaNya membawa pemulihan derajat dan harkat manusia yang telah jatuh, dan masih menghiasi manusia dengan rahmat yang lebih melimpah. Tidak satupun yang dapat mengungkapkan kebesaran karya rahmat ilahi didalam diri manusia ini. Karena itu baik di dalam Kitab suci maupun dalam tulisan para bapa, manusia disebut sebagai telah dilahirkan kembali, ciptaan baru, peng-ambil bagian dalam Kodrat Ilahi, anak-anak Allah, serupa dengan Allah, dan sebutan-sebutan lain yang serupa. Sekarang berkat-berkat luar biasa ini secara tepat dikenakan atau secara khusus berasal dari Roh Kudus. Dia adalah �Roh yang mengangkat kita menjadi anak, sehingga kita dapat berseru: Abba, Bapa.� Dia memenuhi hati kita dengan kemanisan cinta kebapaan: �Roh sendiri memberi kesaksian kepada roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah� (Roma 8: 15-16). Kebenaran ini serupa dengan yang diamati oleh doktor Malaikat mengenai karya Roh Kudus; karena melalui Dia �Kristus dikandung dalam kekudusan untuk menjadi Anak Allah karena kodrat,� dan �yang lainnya dikuduskan untuk menjadi anak Allah karena pengangkatan� (St. Th. 3a, q. xx ii., a. 1). Kelahiran rohani ini berasal dari cinta yang jauh lebih mulia daripada cinta kodrati: yaitu, dari Cinta yang tidak tercipta.
9. Permulaan dari kelahiran baru dan pemulihan manusia adalah Baptisan. Dalam sakramen ini ketika roh najis diusir dari jiwa, Roh Kudus memasukinya dan membuatnya serupa dengan diriNya. �Apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh� (Yohanes 3: 6). Roh yang sama juga memberikan diriNya secara lebih melimpah dalam Krisma, menguatkan dan meneguhkan hidup Kristen; yang darinya mengalirlah kemenangan para martir dan kejayaan para perawan mengatasi godaan dan kebobrokan. Kami telah mengatakan bahwa Roh Kudus memberi diriNya sendiri: �cinta kasih Allah dicurahkan kedalam hati kita oleh Roh Kudus yang diberikan kepada kita� (Roma 5: 5). Karena Ia tidak hanya memberikan kepada kita anugerah-anugerah ilahiNya tetapi juga Sumbernya dan itu adalah DiriNya sendiri sang Anugerah tertinggi, yang berasal dari hubungan cinta Bapa dan putera, yang secara tepat diimani dan disebut sebagai �Anugerah Allah Mahatinggi�. Untuk menunjukkan hakekat dan dayaguna anugerah ini adalah baik untuk mengulang kembali penjelasan yang diberikan oleh para doktor Gereja tentang sabda Kitab Suci. Mereka mengatakan bahwa Allah hadir dan ada dalam segala sesuatu, �dengan KuasaNya, karena semua hal adalah subyek bagi kekuasaanNya; dengan kehadiranNya, karena semua hal telanjang dan terbuka bagi mataNya; dengan hakekatNya, sebagaimana Ia hadir bagi semua sebagai penyebab keberadaan mereka� (St. Th. Ia, q. viii., a. 3). Tetapi Allah dalam diri manusia, bukan hanya seperti Ia berada didalam hal-hal yang tidak berjiwa, tetapi karena Ia lebih diketahui dan dicintai oleh manusia, karena bahkan oleh kodrat kita secara spontan mencintai, menginginkan, dan mencari segala yang baik. Lebih lagi, karena rahmat Allah berdiam di dalam jiwa orang benar seperti didalam kuil, dengan cara yang teramat intim dan istimewa . Dari sini muncullah persatuan cinta yang melaluinya jiwa dibawa semakin mendekat kepada Allah, sedemikian sehingga lebih daripada persatuan antara teman yang paling dicintai dan mencintainya, dan jiwa tersebut menikmati Allah dalam segala kepenuhan dan kemanisan. Persatuan yang amat indah ini, secara tepat disebut sebagai �berdiam,� dan hanya berbeda dalam derajat atau tingkatan dari dialami Allah dengan para kudusNya di surga, walaupun persatuan ini secara jelas dihasilkan oleh kehadiran seluruh Tritunggal Kudus- �Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia,� (Yohanes 14:23)- namun dikenakan dengan cara yang istimewa kepada Roh Kudus. Karena, sementara jejak kuasa dan kebijaksanaan ilahi nampak dalam manusia yang cela, namun cinta kasih, yang merupakan tanda khusus Roh Kudus, dibagikan hanya kepada orang-orang benar. Sejalan dengan ini, Roh yang sama disebut Kudus,, karena Dia, adalah Cinta pertama dan tertinggi, menggerakan jiwa dan menuntunnya kepada kekudusan, yang akhirnya termasuk dalam cinta kepada Allah. Karenanya ketika Rasul menyebut kita Bait Allah, ia tidak segera menyebutkan Bapa atau Putera atau Roh Kudus: �Tidak tahukah kamu bahwa tubuhmu adalah Bait Roh Kudus, yang diam di dalam kamu, yang kamu peroleh dari Allah?� (1 Korintus 6: 19). Kepenuhan anugerah-anugerah ilahi dalam banyak cara adalah konsekuensi dari berdiamnya Roh Kudus dalam jiwa orang benar. Karena, seperti St. Thomas mengajar �Karena Roh Kudus muncul sebagai cinta, Dia muncul dalam karakter dari anugerah pertamaNya; itulah sebabnya Agustinus berkata bahwa melalui anugerah yaitu Roh Kudus, banyak anugerah-anugerah khusus lainnya dibagikan diantara anggota Kristus� (Summ. Th., 1a. q. xxxviii., a. 2. St. Agustinus. De Trin., xv., c. 19). Diantara anugerah-anugerah ini adalah peringatan-peringatan dan ajakan rahasia, yang dari waktu ke waktu dibisikkan dalam hati dan pikiran kita melalui inspirasi Roh Kudus. Tanpa hal-hal ini tidak ada permulaan hidup yang baik, tidak ada kemajuan, dan orang tidak dapat tiba pada keselamatan abadi. Dan karena kata-kata dan nasehat ini disampaikan dalam jiwa dengan cara yang teramat rahasia, maka bisikan ini beberapa kali dalam Kitab Suci diperbandingkan dengan hembusan angin sepoi-sepoi, dan Doktor Malaikat menyamakan mereka dengan detak jantung yang sepenuhnya tersembunyi dalam tubuh yang hidup. �Jantungmu jelas memiliki kekuatan tersembunyi, dan karenanya Roh Kudus, yang secara tak terlihat menghidupkan dan menyatukan Gereja, diperbandingkan dengan jantung.� (Summ. Th. 3a, q. vii., a. 1, ad3). Lebih daripada ini, orang benar, yaitu mereka yang menjalani hidup dalam kehidupan rahmat dan bertindak dengan kebajikan yang cocok dengan kemampuan mereka, membutuhkan tujuh karunia yang secara tepat dikenakan kepada Roh Kudus. Melalui tujuh karunia tersebut jiwa dilengkapi dan dikuatkan agar dapat lebih mudah mematuhi dengan segera suaraNya dan dorongan dariNya. Begitu bermanfaatnya karunia-karunia ini sehingga mereka menuntun orang kepada tingkat tertinggi kekudusan; dan begitu sempurnanya karunia-karunia ini sehingga mereka tetap berlanjut di surga walaupun dengan cara yang lebih sempurna. Karena anugerah-anugerah ini jiwa begitu terpesona dan didorong untuk mencari dan memperoleh kebahagiaan injil, yang, seperti bunga yang mekardi musim semi, adalah tanda dan awal dari kebahagiaan abadi. Akhirnya adalah buah-buah yang terberkati, yang diurutkan oleh Rasul (Galatia 5: 22), yang bahkan dalam kehidupan fana ini dihasilkan oleh Roh dan dinampakkan dalam diri orang benar; buah-buah ini dipenuhi dengan semua kemanisan dan sukacita karena mereka berasal dari Roh, �yang ada dalam Trinitas, kemanisan baik Bapa dan Putera, memenuhi semua ciptaan dengan kepenuhan dan kelimpahan tak terhingga� (St. Agustinus. De Trin. 1. vi., c. 9). Roh Ilahi, berasal dari Bapa dan sabda dalam cahaya kekal kekudusan, Dia sendiri adalah Cinta dan Anugerah, setelah menampakkan diriNya melalui selubung tanda-tanda dalam Perjanjian Lama, mencurahkan seluruh kepenuhanNya atas Kristus dan atas Tubuh MistikNya, Gereja; dan dengan kehadiran dan rahmatNya memanggil kembali, manusia yang pergi dalam kejahatan dan kebobrokannya, dengan akibat yang menyelamatkan, yaitu manusia itu tidak lagi menjadi makhluk duniawi, mereka menikmati dan mencari hal lain, menjadi yang surgawi.
10. Kebenaran yang mendalam ini, yang dengan begitu jelas menunjukkan tak terbatasnya kebaikan Roh Kudus kepada kita, secara pasti menuntut bahwa kita harus memberikan cinta dan devosi kita yang tertinggi kepadaNya. Orang-orang Kristen dapat melakukan hal ini dengan cara yang paling efektif jika kita setiap hari berjuang untuk mengenal Dia, mencintai Dia, dan berdoa kepadaNya secara lebih mendalam lagi; karena alasan-alasan ini semoga anjuran Kami yang mengalir secara spontan dari hati kebapaan, mencapai telinga orang-orang Kristen. Mungkin pada saat ini masih ada diantara orang-orang Kristen yang walaupun telah menerima Roh Kudus namun mempertanyakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh sebagian orang pada zaman Rasul St. Paulus: �Kami bahkan belum pernah mendengar, bahwa ada Roh Kudus� (Kisah Para Rasul 19: 2). Setidaknya ada diantara mereka yang sangat kurang dalam menjalankan agama mereka, dan iman mereka berada dalam kegelapan yang cukup pekat. Karena itu semua pengkhotbah dan mereka yang ambil bagian dalam pemeliharaan jiwa-jiwa mengingat bahwa adalah tugas mereka untuk mengajar umat mereka secara lebih tekun dan lebih penuh mengenai Roh Kudus- bagaimanapun juga, hal ini harus dijalankan sedemikian dengan menghindari kesulitan dan masalah yang sulit untuk menghindari kebodohan berbahaya dari mereka yang memikirkan misteri ilahi secara sembarangan. Apa yang harus secara utama ditekankan dan diterangkan dengan jelas adalah betapa banyak dan besarnya anugerah yang telah diberikan, dan secara tetap diberikan, kepada kita oleh Pemberi Ilahi., sehingga kesalahan-kesalahan dan ketidaktahuan mengenai hal itu dapat seluruhnya disingkirkan, karena ketidaktahuan semacam itu tidak patut bagi �anak-anak terang�. Kami mendorong hal ini, bukan hanya karena hal ini berkaitan dengan misteri yang melaluinya kita secara langsung dibawa kepada kehidupan kekal, dan yang karenanya harus diimani dengan teguh; tetapi juga agar secara lebih jelas dan lebih penuh yang baik dikenal dan semakin dicintai dengan tulus. Sekarang kita harus memberikan kepada Roh Kudus, seperti yang Kami sebutkan dalam urutan kedua, cinta, karena Dia adalah Allah: �Cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu� (Ulangan 6: 5). Dia juga harus dicintai karena Dialah Cinta yang hakiki, abadi, dan mendahului segalanya, dan tidak ada yang dapat lebih dicintai selain cinta itu sendiri. Dan semua ini berlaku lebih lagi karena Dia telah melimpahi kita dengan anugerah-anugerah terbesar, yang memberi kesaksian baik kemurahan Pemberi dan kewajiban bersyukur dari penerimanya. Cinta ini memiliki dua sisi yang paling mencolok. Pada tempat pertama ia akan mendorong kita untuk memperoleh setiap hari pengetahuan yang lebih jelas tentang Roh Kudus; karena seperti dikatakan oleh Doktor Malaikat, �pencinta tidak puas dengan pengetahuan yang sekedar kulitnya saja mengenai yang dicintainya, tetapi berjuang untuk memperoleh secara lebih mendalam semua yang berkaitan dengan yang dicintainya, dan karena ini masuk kepada apa yang ada didalamnya, dalam kaitannya dengan Roh Kudus, yang adalah Cinta Allah, Ia menyelidiki bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah� (1 Korintus 2: 10; Summ. Theol., 1a. 2ae., q. 28, a2). Pada tempat yang kedua cinta ini akan memperoleh bagi kita secara lebih melimpah lagi pemberian anugerah-anugerah surgawi; karena sementara hati yang sempit menutup tangan Sang Pemberi, hati yang bijak dan penuh syukur membuka tangan itu lebih luas. Karenanya kita harus berjuang agar cinta ini harus sedemikian mendalam sehingga tidak menjadi sekedar spekulasi yang kering atau pengamalan yang lahiriah belaka, tetapi diarahkan kepada tindakan, dan secara khusus menjauhi dosa, yang secara istimewa menyakiti Roh Kudus. Karena apapun kita, kita menjadi demikian karena kebaikan ilahi; dan kebaikan ini secara khusus dikenakan kepada Roh Kudus. Pendosa menyerang Pendermanya sendiri, menyalahgunakan anugerahNya; dan mengambil keuntungan dari kebaikanNya dengan semakin mengeraskan diri dalam dosa hari demi hari. Sekali lagi, karena Dia adalah Roh Kebenaran, siapapun yang bersalah karena kelemahan atau ketidaktahuannya mungkin mendapatkan beberapa kelonggaran di hadapan Allah yang mahakuasa; tetapi dia yang menolak kebenaran dengan sengaja dan berbalik kepadanya, telah berbuat dosa amat berat menentang Roh Kudus. Pada hari-hari ini dosa telah menjadi begitu sering dan masa kegelapan yang dikatakan oleh St. Paulus, dimana manusia telah buta terhadap penghakiman Allah yang adil, menukar kesalahan dengan kebenaran, dan mempercayai �pangeran dunia ini,� yang adalah pendusta dan bapa segala dusta sebagai guru kebenaran: �Allah akan mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta (2 Tessalonika 2: 11). Pada hari-hari terakhir sebagian akan murtad dari iman, dan mempercayai roh-roh penyesat dan ajaran-ajaran setan (1 Timotius 4: 1)�. Tetapi karena Roh Kudus, seperti yang telah Kami katakan, berdiam di dalam kita seperti di dalam baitNya, Kami harus mengulangi peringatan Rasul: �Jangan kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memateraikan kamu� (Efesus 4: 30). Juga tidak cukup hanya dengan menjauhi dosa; tetapi setiap orang Kristen harus bersindar dengan kegemilangan kebajikan untuk menyenangkan Tamu Jiwa yang begitu agung dan murah hati itu; dan pertama-tama dengan kemurnian dan kesucian, karena hal yang murni dan suci pantas untuk sebuah Bait. Karenanya Rasul mengatakan: �Tidak tahukan kamu bahwa kamu adalah Bait Allah dan Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan Bait Allah, Allah akan membinasakan dia. Karena Bait Allah adalah kudus, dan Bait Allah itu adalah kamu� (1 Korintus 3: 16-17); peringatan yang mengerikan namun adil.
11. Akhirnya, kami hendak berdoa dan berseru kepada Roh Kudus, karena setiap kita sangat membutuhkan perlindungan dan bantuanNya. Karena semakin manusia tidak bijaksana., lemah, dan tertekan masalah, condong kepada dosa, semakin ia butuh terbang bersama Dia yang merupakan sumber tak pernah habis dari cahaya, kekuatan, penghiburan, dan kekudusan. Dan terutama pertolongan pertama yang dibutuhkan manusia, pengampunan dosa, harus dicari dariNya: �Adalah karakter istimewa Roh Kudus bahwa Dia adalah Anugerah Bapa dan Putera. Sekarang pengampunan semua dosa diberikan oleh Roh Kudus sebagai Anugerah Allah� (Summ. Th. 3a, q. iii., a. 8, ad3m). Tentang Roh ini kata-kata Liturgi sangat jelas: �Karena Ia adalah pengampunan semua dosa� (Missale Romanum, Kamis setelah Pentakosta). Bagaimana kita harus berseru kepadaNya telah diajarkan dengan jelas oleh Gereja, yang berbicara kepadaNya dalam kerendahan sembah bakti, menyebutNya dengan nama-nama termanis: �Datanglah, Bapa orang miskin! Datanglah Pemberi Anugerah! Datanglah, cahaya hati kami! Oh Penghibur yang ulung, Tamu jiwaku yang manis, kesegaran kami!� (Himne Veni Sancte Spiritus). Gereja dengan tulus memohon kepadaNya untuk membasuh, menyembuhkan, mencuci pikiran dan hati kita, dan untuk memberi kepada kita yang percaya kepadaNya �ganjaran kebajikan, perolehan keselamatan, dan sukacita tak henti.� Tidak dapat diragukan dengan cara apapun bahwa Dia akan mendengarkan doa semacam itu karena kita membaca dalam kata-kata yang diinspirasikanNya sendiri: �Roh sendiri berdoa untuk kita dengan keluhan yang tak terkatakan� (Roma 8: 26). Akhirnya, kita dapat dengan yakin dan terus-menerus memohon kepadaNya untuk menerangi kita setiap hari lebih dan lebih lagi dengan cahayaNya dan membakar kita dengan cinta kasihNya; agar, dengan disemangati oleh iman dan kasih, kita dapat terus melangkah maju menuju ganjaran abadi kita, karena Dia �jaminan bagian kita� (Efesus 1; 14).
12. Jadi, Saudara Terhormat, inilah pengajaran dan anjuran yang Kami pandang baik untuk sampaikan, dalam rangka meningkatkan devosi kepada Roh Kudus. Kami tidak ragu, bahwa terutama karena kerajinan dan ketulusanmu, pengajaran kami ini akan menghasilkan buah berlimpah diantara orang-orang Kristen. Kami sendiri, di masa mendatang, tidak akan melalaikan diri untuk bekerja mewujudkan tujuan yang amat penting ini; bahkan adalah kehendak Kami, dengan cara apapun yang kelihatan cocok, untuk lebih jauh lagi mendorong dan memperluas karya kesalehan yang mengagumkan ini. Sementara, dua tahun lalu, dalam surat Kami Provida Matris, Kami merekomendasikan kepada orang-orang Katolik doa-doa khusus pada Pesta Pentakosta untuk persatuan kembali dunia Kristen, sekarang Kami ingin untuk menetapkan dekrit yang lebih jauh lagi mengenai subyek yang sama.
13. Dari sebab itu, Kami menetapkan dan memerintahkan agar di seluruh Gereja Katolik, mulai tahun ini dan tahun-tahun selanjutnya, harus diadakan suatu Novena yang berlangsung sebelum Minggu Pentakosta, di semua gereja-gereja paroki, dan jika oleh Ordinaris Lokal, dipandang cocok, juga di gereja-gereja dan tempat doa lainnya. Bagi semua yang ambil bagian dalam Novena ini dan dengan tekun berdoa untuk intensi Kami, Kami memberikan untuk setiap harinya Indulgensi tujuh tahun dan tujuh kali empat puluh tahun; lebih lagi, Indulgensi Penuh pada hari apapun dalam Novena tersebut, atau pada Minggu Pentakosta itu sendiri, atau pada hari apapun selama Oktaf Pentakosta; bagi mereka yang menerima Sakramen Tobat dan Ekaristi Kudus, serta dengan tekun berdoa bagi intensi Kami. Kami juga ingin agar mereka yang dengan alasan sah terhalang mengikuti Novena, atau mereka yang berada di tempat-tempat dimana menurut Ordinaris devosi ini tidak dapat dijalankan di dalam gedung gereja, dapat menikmati manfaat yang sama, asalkan mereka mengadakan Novena secara pribadi dan mematuhi kondisi-kondisi yang lain. Lebih lagi, Kami berkenan untuk memberikan, untuk selama-lamanya, dari Perbendaharaan Harta Gereja, kepada siapapun yang selama Oktaf Pentakosta sampai Hari Minggu Trinitas, mempersembahkan sekali lagi baik secara pribadi maupun publik doa-doa apapun, menurut devosi mereka, kepada Roh Kudus, dan memenuhi kondisi-kondisi diatas, dapat memperoleh Indulgensi yang sama untuk kedua kalinya. Kami juga mengizinkan bahwa semua Indulgensi ini dapat dipersembahkan untuk membantu jiwa-jiwa di Api Penyucian.
14. Dan sekarang pikiran dan hati Kami terarah kepada harapan-harapan yang telah Kami sampaikan di awal, dan yang bagi pemenuhannya Kami dengan tekun berdoa, dan akan terus berdoa, kepada Roh Kudus. Kalian pun Saudara Terhormat, satukanlah doa-doamu dengan kami, dan biarlah karena pengajaranmu semua orang Kristen menambahkan doa-doa mereka juga, menyerukan bantuan doa yang penuh kuasa dan selalu diterima dari Perawan Terberkati. Kamu tahu dengan baik hubungan yang sangat mendalam dan indah antara Sang Perawan dengan Roh Kudus, sehingga ia disebut dengan tepat sebagai Mempelai Roh Kudus. Bantuan Doa Perawan Terberkati sangat besar baik dalam misteri Penjelmaan dan kedatangan Roh Kudus atas Para Rasul. Semoga dia tetap menguatkan doa-doa kita dengan penderitaannya, dan di tengah semua tekanan dan masalah bangsa-bangsa, keajaiban ilahi dibangkitkan oleh Roh Kudus, seperti telah dinyatakan dalam kata-kata Daud; �Apabila Engkau mengirim RohMu mereka tercipta, dan Engkau membarui muka bumi� (Mazmur 104: 30).
15. Sebagai tanda perkenanan Ilahi dan kesaksian cinta Kami, dengan senang hati Kami memberikan dalam nama Tuhan, Berkat Apostolik, kepada kalian, para imam kalian, dan seluruh umat kalian.
Diberikan di Basilika St. Petrus di Roma, pada tanggal 9 Mei dalam tahun ke 1897 sejak kedatangan Tuhan, tahun ke 20 masa Kepausan Kami.
LEO P.P. XIII
Terjemahan ini dipersembahkan kepada Roh yang telah menjiwai semua orang kudus dan menghantar mereka kepada kemuliaan abadi.
Diterjemahkan dari teks bahasa inggris yang dimuat di situs Eternal Worldwide Television Network ( http://www.ewtn.com).