VATICAN CITY �Beliau telah melayani tidak kurang dari lima Paus, sejak Pius XII sampai Benediktus XVI dengan kesetiaan mutlak. Kami berbicara tentang Kardinal Urbano Navarrete Cortes, seorang Spanyol dari Camarena de la Sierra, yang menajdi Rektor Universitas Kepausan Gregorian sejak tahun 1980, seorang imam Yesuit yang termasyhur, dan ahli Hukum Kanon, yang diangkat menjadi Kardinal dalam konsistori 24 Novemnver 2007.
Yang Mulia, apakah Anda memiliki cerita yang dapat dibagikan kepada kami mengenai pelayanan Anda selama melayani Gereja?
�Saya punya banyak cerita dan anekdot, tetapi jika Anda berkenan, saya lebih senang memusatkan perhatian saya kepada dua Paus yang paling saya sayangi, tanpa mengurangi peranan dan rasa sayang saya kepada yang lain.�
Mari kita mulai berdasarkan urutan waktu dengan membahas Pius XII.
�Mengenai beliau, telah ada banyak fitnah dan catatan sejarah yang tidak tepat telah ditulis dan dibicarakan yang perlu dibantah sekali untuk selamanya. Misalnya, mengenai tuduhan bahwa beliau itu anti-Semit: ini adalah penipuan yang berteriak menuntut pembalasan! Saya sendiri sadar bahwa ada fakta-fakta yang belum pernah dipublikasikan dan sampai sekarang belum dibuka�
Tolong, katakanlah kepada kami!
�Saat saya menjadi Rektor, beberapa pengajar yang berusia lebih tua daripada saya mengatakan kepada saya bahwa selama Perang Dunia II, Paus Pacelli telah merancang dan memerintahkan- saya tekankan bahwa beliau �memerintahkan�- sebuah istana untuk dijadikan tempat pengungsian Yahudia di bagian subterran Universitas Gregorian untuk menyelamatkan mereka. Saya bertanya kepadamu: Dapatkah kenyataan ini selaras dengan tuduhan bahwa Pius XII itu anti-Semit?
Namun diamnya Pacelli dengan kasus Shoah seringkali dikecam oleh masyarakat.
�Seriuslah! Apa lagi yang dapat ia lakukan? Ia diam bukan karena tidak peduli tetapi karena pertimbangan yang matang berdasarkan situasi sejarah. Sebenarnya Pius XII memilih keburukan yang lebih kecil, bersikap diam saja ini ditujukan agar tidak memperburuk keadaan orang Yahudi dan mencegah mengganasnya penganiayaan Nazi terhadap mereka. Hal ini juga membuktikan Pacelli tidak pernah menjadi anti-Semit, dan saya menantikan saatnya ia dinyatakan kudus sambil tetap menghormati keputusan Gereja.�
Mari beralih kepada Hamba Allah Paulus VI.
�Saya mengenalnya secara pribadi dan dapat memberikan kesaksian mengenai kekudusannya. Dia orang yang sangat teliti, kaku dan dengan tekun memperhatikan setiap detail. Jadi, sungguh menyenangkan sekaligus sulit untuk bekerja dengannya.�
Seperti apakah kepribadian Paus Montini?
� Ia penyendiri dan pendiam. Tetapi setelah Vatikan II, ia merasa terluka, diserang dan dalam arti tertentu ia tidak lagi menjadi dirinya sendiri.�
Dalam arti apa?
�Ia disalahkan atas kekacauan paska-Konsili: Ia merasa diserang dan dituduh bahkan oleh mereka yang umum disebut faksi progresif dalam Gereja. Saya dapat meyakinkan kamu bahwa hal itu sangat menyakitkan baginya.�
Dalam pandangan Anda, apakah yang dimaksud oleh Paulus VI dengan ungkapan �asap Setan dalam Gereja�?
�Saya ingin mengingatkan kamu akan apa yang saya katakana sebelumnya. Ungkapan ini diucapkannya sesudah Konsili, ketika hidup telah menjadi sulit baginya. Jadi, pada masa itu, menurut beliau, kehadiran asap setan dalam Gereja terdapat pada gagasan bernuansa memberontak yang dianut oleh beberapa pejabat Gereja yang telah meninggalkan dia sendirian.�
Apa yang sebenarnya Paulus VI pikirkan tentang Konsili Vatikan II pada akhir Konsili?
�Dia tidak menafsirkannya sebagai pemutusan terhadap masa lalu. Sebaliknya, ia mempertahankan gagasan bahwa sungguh salah menggambarkan Konsili sebagai semacam revolusi, sebaliknya ia mendorong supaya Konsili �dibaca� dalam terang kesinambungan dengan tradisi Gereja�
Mari berbicara mengenai �kreatifitas liturgi� ibu dari begitu banyak pelecehan sepanjang Misa Kudus.
�Salah satu penyebab kesedihan Paulus VI adalah pandangan dari begitu banyak tokoh dalam Gereja yang memerintahkan, bahwa sesudah Vatikan II �buanglah semua yang lampau!� untuk memutus semua ikatan dengan masa lalu. �Kreatifitas liturgi� semacam ini telah disalahgunakan untuk melindungi dan mendorong segala kelakuan dan imajinasi dari para Imam yang berpikir bahwa mereka mengendalikan Gereja�
Apakah Anda berharap bahwa Pius XII dan Paulus VI akan dibeatifikasi dalam waktu dekat?
�Bagi saya, keduanya sudah menajdi orang kudus karena apa yang telah mereka lakukan dan karena penderitaan yang mereka tanggung demi iman mereka. Perkataan saya ini, saya serahkan kepada penilaian Gereja.�
Dalam motu proprio �Summorum Pontificum� telah membebaskan perayaan Misa Kudus menurut buku-buku liturgi Santo Pius V. Apakah Anda setuju dengan gagasan Benediktus ini?
�Tentu saja. Paus telah menjalankan suatu tindakan kejujuran intelektual dan kebijaksanaan, juga kebebasan dan keadilan. Saya sendiri bertanya, bagaimana mungkin suatu ritus yang telah menguatkan banyak generasi orang beriman dilarang atas nama modernisme yang absurg? Saya percaya bahwa orang-orang tradisionalis memiliki hak untuk merayakan Misa Kudus menurut ritus kuno dalam persekutuan dengan Pengganti Petrus, terutama karena hal ini tidak bertentangan dengan Novus Ordo�
Apakah Anda menemukan keagungan, spiritualitas dan Misteri dalam Misa secara lebih baik dalam ritus St. Pius V?
�Untuk lebih jelasnya, saya tidak memiliki apapun untuk menentang tata cara Misa Paulus VI, dan saya menganggapnya valid sebagaimana tata cara St. Pius V. Tetapi, pada kenyataannya, Misa Pius V, melalui Kanon Romawi lebih terarah kepada Allah daripada Kanon yang terlalu singkat (Doa Syukur Agung II). Maka, saya piker Misa St. Pius V lebih terarah kepada Allah dibandingkan dengan Misa Novus Ordo, selain dalam pandangan saya doa-doa dalam Misa St. Pius V lebih lengkap dibanding Novus Ordo.
Apa pendapat Anda mengenai Komuni di tangan?
�Saya percaya lebih baik membagikan Ekaristi di lidah daripada di tangan, untuk mencegah bagian atau remahnya disentuh tangan yang kotor. Saya tidak ikhlas mengizinkan pembagian Komuni di tangan; dibutuhkan suatu pendidikan yang jauh lebih baik, juga karena Komuni di tangan cenderung membuat orang menganggap enteng menerima Komuni.
?
Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Daniel P. dari terjemahan Inggris oleh Carlos Antonio Palad:
http://rorate-caeli.blogspot.com/
Versi asli Italia:
http://www.papanews.it/dettaglio_interviste.asp?IdNews=8150#a
Showing posts with label Liturgi. Show all posts
Showing posts with label Liturgi. Show all posts
Thursday, January 6, 2011
Interview dengan Kardinal Urbano Navarrete Cortes
Terjemahan Indo- Surat Benediktus XVI Yang Menyertai Summorum Pontificum
Saudara-saudaraku terkasih para uskup,
Dengan penuh kepercayaan dan harapan, Saya menyerahkan kepada kalian selaku gembala-gembala teks dari Surat Apostolik yang baru �Motu Proprio data� tentang penggunaan liturgi Romawi sebelum pembaruan tahun 1970. Dokumen ini adalah buah dari banyak permenungan, konsultasi, dan doa.
Ada banyak berita dan penilaian yang dibuat tanpa informasi yang cukup, dan telah menciptakan banyak kebingungan. Ada berbagai reaksi terhadap dokumen ini, yang nyatanya isinya belum diketahui, mulai dari yang menerima dengan gembira sampai yang menolak dengan keras.
Dokumen ini ditentang secara keras terutama karena dua ketakutan, yang sekarang ingin saya bahas lebih jauh dalam surat ini.
Pertama-tama, ada ketakutan bahwa dokumen ini menyimpang dari otoritas Konsili Vatikan II, yang salah satu keputusan mendasarnya- pembaruan liturgi- sedang dipertanyakan. Ketakutan ini tidak berdasar. Dalam hal ini, harus dikatakan bahwa pertama-tama Misale yang diterbitkan oleh Paulus VI dan kemudian diterbitkan kembali dalam dua edisi oleh Yohanes Paulus II, tetap menajdi bentuk yang normal-bentuk biasa- dari liturgi Ekaristi. Versi terakhir dari Missale Romanum sebelum Konsili, yang diterbitkan dengan otoritas Paus Yohanes XXIII di tahun 1962 dan digunakan selama Konsili, sekarang dapat digunakan sebagai bentuk luar biasa dalam perayaan liturgi. Sungguh tidak patut untuk berbicara mengenai dua versi Misale Romawi ini seolah-olah mereka adalah �dua ritus�. Sebaliknya, ini adalah masa dua cara penggunaan dari ritus yang satu dan sama.
Mengenai penggunaan Misale 1962 sebagai bentuk luar biasa dari liturgi Misa, saya ingin menarik perhatian kalian kepada fakta bahwa Misale ini tidak pernah dibatalkan secara hukum, dan konsekuensinya adalah, selalu diizinkan untuk digunakan. Pada saat penerbitan Misale baru, tampaknya tidak ada kebutuhan untuk mengeluarkan norma khusus bagi kemungkinan penggunaan Misale yang lebih tua. Mungkin pada masa itu dipikirkan bahwa hal ini akan timbul sebagai kasus yang menyangkut sedikit orang, dan dapat diselesaikan secara kasus per kasus pada tingkat lokal. Namun, kemudian menjadi jelas bahwa sejumlah orang dalam jumlah yang cukup banyak tetap terikat kepada penggunaan ritus Romawi ini, yang telah akrab dengan mereka sejak masa kanak-kanak. Hal ini terutama menyangkut kasus-kasus di negara-negara dimana gerakan liturgi telah memberikan pendidikan liturgi yang mendalam dan keakraban yang pribadi dengan bentuk perayaan liturgi yang lebih tua. Kita semua tahu bahwa dalam gerakan yang dipimpin oleh Uskupagung Lefebvre, kesetiaan kepada Misale kuno menajdi tanda lahiriah identitas mereka, walaupun alasan perpecahan dengan mereka ada pada tingkatan yang lebih dalam. Banyak orang yang secara tegas menerima karakter mengikat dari Konsili Vatikan II, setia kepada Paus dan para Uskup, juga ingin memulihkan bentuk liturgi suci yang mereka sayangi. Hal ini terjadi karena di banyak tempat perayaan menurut tata cara baru telah dirayakan dengan tidak setia, malahan dipahami sebagai pengesahan atas kreatifitas yang seringkali menuntun kepada kehancuran liturgi yang sulit diterima. Saya mengemukakan hal ini dari pengalaman, karena saya sendiri juga mengalami masa-masa itu dengan segala harapan dan kebingungannya. Dan saya juga telah melihat bagaimana penghancuran liturgi secara sembarangan ini telah menimbulkan luka yang dalam bagi umat yang sepenuhnya berakar dalam iman Gereja.
Maka, Paus Yohanes Paulus II merasa berkewajiban untuk menyediakan panduan bagi penggunaan Misale 1962 dalam Motu Proprio Ecclesia Dei ( 2 Juli 1988), bagaimanapun juga dokumen itu tidak memuat persyaratan yang rinci selain sebuah permohonan secara umum agar para uskup bermurah hati kepada �keinginan yang sah� dari umat beriman yang meminta penggunaan ritus Romawi ini. Pada saat itu tujuan utama Paus adalah untuk membantu Serikat Santo Pius X untuk memulihkan kesatuan penuh dengan Pengganti Petrus, dan untuk menyembuhkan suatu luka menyakitkan yang pernah dialami. Sayangnya, rekonsiliasi ini belum membuahkan hasil yang diahrapkan. Namun begitu, ada juga sejumlah komunitas yang dengan senang hati menggunakan kemungkinan-kemungkinan yang disediakan oleh Motu Proprio itu. Di sisi lain, tetap ada kesulitan untuk menggunakan Misale 1962 di luar kelompok-kelompok tersebut, karena kurang rincinya norma-norma hukum yang ada, secara khusus kesulitan ini timbul karena para Uskup seringkali merasa takut otoritas Konsili akan dipertanyakan. Saat Konsili Vatikan II selesai diduga bahwa permintaan penggunaan Misale 1962 hanya akan terbatas kepada generasi tua yang telah tumbuh dengannya, namun seiring berjalannya waktu jelas pula bahwa orang-orang muda telah menemukan bentuk liturgi ini dan merasakan daya tariknya, serta menemukan perjumpaan dengan Misteri Ekaristi Mahakudus, dengan cara yang cocok bagi mereka. Maka, muncullah kebutuhan bagi pengaturan hukum yang lebih jelas, yang belum dianggap perlu pada saat penerbitan Motu Proprio 1988. Norma-norma yang sekarang ini juga bertujuan untuk membebaskan para Uskup dari keharusan untuk melakukan evaluasi terus-menerus mengenai bagaimana cara mereka menganggapi berbagai situasi yang muncul.
Kedua, ketakutan juga diungkapkan bahwa Motu Proprio yang akan muncul ini, yang memungkinkan penggunaan Misale 1962 secara lebih luas, akan menuntun kepada pemisahan atau bahkan perpecahan dalam komunitas paroki. Saya menganggap ketakutan ini tidak berdasar. Penggunaan Misale lama mengandaikan pendidikan liturgi dalam tingkatan tertentu dan sedikit pengetahuan bahasa Latin; kedua hal ini tidaklah sering dijumpai. Dari keadaan nyata ini, jelaslah bahwa Misale baru akan tetap menajdi bentuk biasa dari ritus Romawi, bukan hanya secara hukum, tetapi juga karena situasi nyata komunitas umat beriman.
Juga benar bahwa kadang-kadang beberapa aspek sosial dari sikap umat yang terikat dengan tradisi liturgi Latin kuno telah dilebih-lebihkan secara tidak bertanggung jawab. Cinta kasih dan kebijaksanaan pastoral kalian akan menjadi suatu bantuan dan panduan untuk memperbaiki keadaan ini. Karena itu, dua bentuk dari ritus Romawi bisa saling memperkaya; santo-santa baru dan prefasi-prefasi baru dapat dan harus ditambahkan ke Misale lama. Komisi �Ecclesia Dei�, bersama dengan berbagai lembaga yang setia menggunakan usus antiquior (cara lama), akan mempelajari berbagai kemungkinan praktis tentang hal ini. Sebaliknya, perayaan Misa menurut Misale Paulus VI juga akan mampu untuk menunjukkan dengan lebih baik segala hal yang dikaitkan dengan Misale lama, yaitu sakralitas yang telah menarik banyak orang ke cara lama. Jaminan paling kuat bahwa Misale Paulus VI dapat menyatukan komunitas paroki dan dicintai oleh umat beriman bergantung pada cara merayakannya yang sesuai dengan aturan-aturan liturgi. Hal ini akan memperlihatkan kekayaan rohani dan kedalaman teologi dari Misale ini.
Sekarang saya akan menjelaskan alasan positif yang mendorong keputusan saya untuk mengeluarkan Motu Proprio yang memperbarui Motu Proprio tahun 1988. Alasan ini adalah mengenai rekonsiliasi internal dalam jantung Gereja. Menatap kembali ke masa lalu, kepada perpecahan yang selama rentang waktu berabad-abad telah menyobek Tubuh Kristus, seseorang dapat memiliki kesan bahwa setiap kali terjadi saat kritis menjelang perpecahan, para pemimpin Gereja tidak cukup berupaya untuk memelihara atau memulihkan kembali rekonsiliasi dan kesatuan. Seseorang dapat memiliki kesan bahwa kelalaian dari pihak Gereja ini menunjukkan bahwa mereka memiliki tanggung jawab atas kenyataan bahwa perpecahan ini kemudian menjadi semakin keras. Keadaan masa lalu ini memberikan kewajiban kepada kita di zaman sekarang; untuk melakukan segala usaha yang membuka kesempatan bagi mereka yang sungguh-sungguh ingin tetap berada dalam kesatuan atau ingin memperolehnya kembali secara baru. Saya teringat suatu kalimat dalam Surat Kedua kepada umat Korintus, ketika Paulus menulis: �Hai orang Korintus! Kami telah berbicara terus terang kepada kamu, hati kami terbuka lebar-lebar bagi kamu. Dan bagi kamu ada tempat yang luas dalam hati kami, tetapi bagi kami hanya tersedia empat yang sempit dalam hati kamu. Maka sekarang, supaya timbale balik- Bukalah hati kamu selebar-lebarnya!� (2 Kor 6: 11-13). Paulus memang berbicara dalam konteks yang lain, tetapi anjurannya dapat dan harus menyentuh kita juga dalam masalah ini. Marilah kita dengan murah hati membuka hati kita dan membuat ruang bagi segala hal yang diizinkan oleh iman itu sendiri.
Tidak ada pertentangan antara dua edisi Misale Romawi ini. dalam sejarah liturgi ada pertumbuhan dan perkembangan, tetapi tidak ada ketidaksinambungan. Apa yang dipandang oleh generasi sebelumnya sebagai suci, akan tetap suci dan agung bagi kita, tidak mungkin terjadi suatu hal tiba-tiba dianggap terlarang dan berbahaya. Pada kita tergantung tugas untuk memelihara kekayaan yang telah berkembang dalam iman dan doa Gereja, dan bergantung pula tugas untuk memberi tempat yang pantas bagi kekayaan ini. Tidak usah dijelaskan lagi bahwa agar dapat mengalami persekutuan penuh, para imam dari komunitas-komunitas yang setia menggunakan cara lama, pada prinsipnya tidak dapat menyingkirkan secara total perayaan menurut buku-buku liturgi yang baru. Penyingkiran total ritus baru tidak akan sejalan dengan pengakuan akan nilai dan kesuciannya.
Saudara-saudaraku terkasih, sebagai penutup, saya ingin menekankan bahwa norma-norma baru ini tidak memperkecil otoritas dan tanggung jawabmu, baik mengenai liturgi atau mengenai kepedulian pastoral bagi umat berimanmu. Sesungguhnya, setiap uskup adalah moderator liturgi di keuskupannya sendiri (cf. Sacrosanctum Concilium, 22: "Sacrae Liturgiae moderatio ab Ecclesiae auctoritate unice pendet quae quidem est apud Apostolicam Sedem et, ad normam iuris, apud Episcopum").
Maka, tidak ada sesuatu pun yang diambil dari otoritas para uskup, yang perannya tetap bertugas untuk menjaga agar segala sesuatu dilakukan dalam damai dan ketentraman. Jika kemudian muncul masalah yang tidak dapat diselesaikan para pastor paroki, Ordinaris lokal selalu dapat mengintervensi sejalan dengan setiap hal yang telah diatur oleh norma-norma baru yang disampaikan Motu Proprio ini.
Lebih jauh lagi, saudara-saudara terkasih, saya mengundang kalian semua untuk mengirimkan kisah pengalaman kalian kepada Tahta Suci dalam jangka waktu 3 tahun setelah Motu Proprio ini berlaku. Jika memang ada masalah yang benar-benar serius, maka cara penyembuhannya juga harus dicari.
Saudara-saudara terkasih, dengan penuh syukur dan kepercayaan, saya mempercayakan ke dalam hati kalian sebagai gembala halaman-halaman surat ini dan norma-norma Motu Proprio. Ingatlah selalu akan kata-kata Rasul Paulus yang ia sampaikan kepada para penatua di Efesus: �Jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi uskup untuk menggembalakan Gereja Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Putera-Nya sendiri.� (Kis 20:28)
Saya mempercayakan norma-norma ini kepada bantuan doa penuh kuasa dari Maria, Bunda Gereja, dan dengan sepenuh hati saya menyampaikan berkat Apostolik saya kepada kalian semua, saudara-saudara terkasih, kepada para pastor paroki keuskupan kalian, kepada semua imam kalian, rekan kerja kalian, dan juga seluruh umat beriman kalian.
Diberikan di Santo Petrus, 7 Juli 2007
Dengan penuh kepercayaan dan harapan, Saya menyerahkan kepada kalian selaku gembala-gembala teks dari Surat Apostolik yang baru �Motu Proprio data� tentang penggunaan liturgi Romawi sebelum pembaruan tahun 1970. Dokumen ini adalah buah dari banyak permenungan, konsultasi, dan doa.
Ada banyak berita dan penilaian yang dibuat tanpa informasi yang cukup, dan telah menciptakan banyak kebingungan. Ada berbagai reaksi terhadap dokumen ini, yang nyatanya isinya belum diketahui, mulai dari yang menerima dengan gembira sampai yang menolak dengan keras.
Dokumen ini ditentang secara keras terutama karena dua ketakutan, yang sekarang ingin saya bahas lebih jauh dalam surat ini.
Pertama-tama, ada ketakutan bahwa dokumen ini menyimpang dari otoritas Konsili Vatikan II, yang salah satu keputusan mendasarnya- pembaruan liturgi- sedang dipertanyakan. Ketakutan ini tidak berdasar. Dalam hal ini, harus dikatakan bahwa pertama-tama Misale yang diterbitkan oleh Paulus VI dan kemudian diterbitkan kembali dalam dua edisi oleh Yohanes Paulus II, tetap menajdi bentuk yang normal-bentuk biasa- dari liturgi Ekaristi. Versi terakhir dari Missale Romanum sebelum Konsili, yang diterbitkan dengan otoritas Paus Yohanes XXIII di tahun 1962 dan digunakan selama Konsili, sekarang dapat digunakan sebagai bentuk luar biasa dalam perayaan liturgi. Sungguh tidak patut untuk berbicara mengenai dua versi Misale Romawi ini seolah-olah mereka adalah �dua ritus�. Sebaliknya, ini adalah masa dua cara penggunaan dari ritus yang satu dan sama.
Mengenai penggunaan Misale 1962 sebagai bentuk luar biasa dari liturgi Misa, saya ingin menarik perhatian kalian kepada fakta bahwa Misale ini tidak pernah dibatalkan secara hukum, dan konsekuensinya adalah, selalu diizinkan untuk digunakan. Pada saat penerbitan Misale baru, tampaknya tidak ada kebutuhan untuk mengeluarkan norma khusus bagi kemungkinan penggunaan Misale yang lebih tua. Mungkin pada masa itu dipikirkan bahwa hal ini akan timbul sebagai kasus yang menyangkut sedikit orang, dan dapat diselesaikan secara kasus per kasus pada tingkat lokal. Namun, kemudian menjadi jelas bahwa sejumlah orang dalam jumlah yang cukup banyak tetap terikat kepada penggunaan ritus Romawi ini, yang telah akrab dengan mereka sejak masa kanak-kanak. Hal ini terutama menyangkut kasus-kasus di negara-negara dimana gerakan liturgi telah memberikan pendidikan liturgi yang mendalam dan keakraban yang pribadi dengan bentuk perayaan liturgi yang lebih tua. Kita semua tahu bahwa dalam gerakan yang dipimpin oleh Uskupagung Lefebvre, kesetiaan kepada Misale kuno menajdi tanda lahiriah identitas mereka, walaupun alasan perpecahan dengan mereka ada pada tingkatan yang lebih dalam. Banyak orang yang secara tegas menerima karakter mengikat dari Konsili Vatikan II, setia kepada Paus dan para Uskup, juga ingin memulihkan bentuk liturgi suci yang mereka sayangi. Hal ini terjadi karena di banyak tempat perayaan menurut tata cara baru telah dirayakan dengan tidak setia, malahan dipahami sebagai pengesahan atas kreatifitas yang seringkali menuntun kepada kehancuran liturgi yang sulit diterima. Saya mengemukakan hal ini dari pengalaman, karena saya sendiri juga mengalami masa-masa itu dengan segala harapan dan kebingungannya. Dan saya juga telah melihat bagaimana penghancuran liturgi secara sembarangan ini telah menimbulkan luka yang dalam bagi umat yang sepenuhnya berakar dalam iman Gereja.
Maka, Paus Yohanes Paulus II merasa berkewajiban untuk menyediakan panduan bagi penggunaan Misale 1962 dalam Motu Proprio Ecclesia Dei ( 2 Juli 1988), bagaimanapun juga dokumen itu tidak memuat persyaratan yang rinci selain sebuah permohonan secara umum agar para uskup bermurah hati kepada �keinginan yang sah� dari umat beriman yang meminta penggunaan ritus Romawi ini. Pada saat itu tujuan utama Paus adalah untuk membantu Serikat Santo Pius X untuk memulihkan kesatuan penuh dengan Pengganti Petrus, dan untuk menyembuhkan suatu luka menyakitkan yang pernah dialami. Sayangnya, rekonsiliasi ini belum membuahkan hasil yang diahrapkan. Namun begitu, ada juga sejumlah komunitas yang dengan senang hati menggunakan kemungkinan-kemungkinan yang disediakan oleh Motu Proprio itu. Di sisi lain, tetap ada kesulitan untuk menggunakan Misale 1962 di luar kelompok-kelompok tersebut, karena kurang rincinya norma-norma hukum yang ada, secara khusus kesulitan ini timbul karena para Uskup seringkali merasa takut otoritas Konsili akan dipertanyakan. Saat Konsili Vatikan II selesai diduga bahwa permintaan penggunaan Misale 1962 hanya akan terbatas kepada generasi tua yang telah tumbuh dengannya, namun seiring berjalannya waktu jelas pula bahwa orang-orang muda telah menemukan bentuk liturgi ini dan merasakan daya tariknya, serta menemukan perjumpaan dengan Misteri Ekaristi Mahakudus, dengan cara yang cocok bagi mereka. Maka, muncullah kebutuhan bagi pengaturan hukum yang lebih jelas, yang belum dianggap perlu pada saat penerbitan Motu Proprio 1988. Norma-norma yang sekarang ini juga bertujuan untuk membebaskan para Uskup dari keharusan untuk melakukan evaluasi terus-menerus mengenai bagaimana cara mereka menganggapi berbagai situasi yang muncul.
Kedua, ketakutan juga diungkapkan bahwa Motu Proprio yang akan muncul ini, yang memungkinkan penggunaan Misale 1962 secara lebih luas, akan menuntun kepada pemisahan atau bahkan perpecahan dalam komunitas paroki. Saya menganggap ketakutan ini tidak berdasar. Penggunaan Misale lama mengandaikan pendidikan liturgi dalam tingkatan tertentu dan sedikit pengetahuan bahasa Latin; kedua hal ini tidaklah sering dijumpai. Dari keadaan nyata ini, jelaslah bahwa Misale baru akan tetap menajdi bentuk biasa dari ritus Romawi, bukan hanya secara hukum, tetapi juga karena situasi nyata komunitas umat beriman.
Juga benar bahwa kadang-kadang beberapa aspek sosial dari sikap umat yang terikat dengan tradisi liturgi Latin kuno telah dilebih-lebihkan secara tidak bertanggung jawab. Cinta kasih dan kebijaksanaan pastoral kalian akan menjadi suatu bantuan dan panduan untuk memperbaiki keadaan ini. Karena itu, dua bentuk dari ritus Romawi bisa saling memperkaya; santo-santa baru dan prefasi-prefasi baru dapat dan harus ditambahkan ke Misale lama. Komisi �Ecclesia Dei�, bersama dengan berbagai lembaga yang setia menggunakan usus antiquior (cara lama), akan mempelajari berbagai kemungkinan praktis tentang hal ini. Sebaliknya, perayaan Misa menurut Misale Paulus VI juga akan mampu untuk menunjukkan dengan lebih baik segala hal yang dikaitkan dengan Misale lama, yaitu sakralitas yang telah menarik banyak orang ke cara lama. Jaminan paling kuat bahwa Misale Paulus VI dapat menyatukan komunitas paroki dan dicintai oleh umat beriman bergantung pada cara merayakannya yang sesuai dengan aturan-aturan liturgi. Hal ini akan memperlihatkan kekayaan rohani dan kedalaman teologi dari Misale ini.
Sekarang saya akan menjelaskan alasan positif yang mendorong keputusan saya untuk mengeluarkan Motu Proprio yang memperbarui Motu Proprio tahun 1988. Alasan ini adalah mengenai rekonsiliasi internal dalam jantung Gereja. Menatap kembali ke masa lalu, kepada perpecahan yang selama rentang waktu berabad-abad telah menyobek Tubuh Kristus, seseorang dapat memiliki kesan bahwa setiap kali terjadi saat kritis menjelang perpecahan, para pemimpin Gereja tidak cukup berupaya untuk memelihara atau memulihkan kembali rekonsiliasi dan kesatuan. Seseorang dapat memiliki kesan bahwa kelalaian dari pihak Gereja ini menunjukkan bahwa mereka memiliki tanggung jawab atas kenyataan bahwa perpecahan ini kemudian menjadi semakin keras. Keadaan masa lalu ini memberikan kewajiban kepada kita di zaman sekarang; untuk melakukan segala usaha yang membuka kesempatan bagi mereka yang sungguh-sungguh ingin tetap berada dalam kesatuan atau ingin memperolehnya kembali secara baru. Saya teringat suatu kalimat dalam Surat Kedua kepada umat Korintus, ketika Paulus menulis: �Hai orang Korintus! Kami telah berbicara terus terang kepada kamu, hati kami terbuka lebar-lebar bagi kamu. Dan bagi kamu ada tempat yang luas dalam hati kami, tetapi bagi kami hanya tersedia empat yang sempit dalam hati kamu. Maka sekarang, supaya timbale balik- Bukalah hati kamu selebar-lebarnya!� (2 Kor 6: 11-13). Paulus memang berbicara dalam konteks yang lain, tetapi anjurannya dapat dan harus menyentuh kita juga dalam masalah ini. Marilah kita dengan murah hati membuka hati kita dan membuat ruang bagi segala hal yang diizinkan oleh iman itu sendiri.
Tidak ada pertentangan antara dua edisi Misale Romawi ini. dalam sejarah liturgi ada pertumbuhan dan perkembangan, tetapi tidak ada ketidaksinambungan. Apa yang dipandang oleh generasi sebelumnya sebagai suci, akan tetap suci dan agung bagi kita, tidak mungkin terjadi suatu hal tiba-tiba dianggap terlarang dan berbahaya. Pada kita tergantung tugas untuk memelihara kekayaan yang telah berkembang dalam iman dan doa Gereja, dan bergantung pula tugas untuk memberi tempat yang pantas bagi kekayaan ini. Tidak usah dijelaskan lagi bahwa agar dapat mengalami persekutuan penuh, para imam dari komunitas-komunitas yang setia menggunakan cara lama, pada prinsipnya tidak dapat menyingkirkan secara total perayaan menurut buku-buku liturgi yang baru. Penyingkiran total ritus baru tidak akan sejalan dengan pengakuan akan nilai dan kesuciannya.
Saudara-saudaraku terkasih, sebagai penutup, saya ingin menekankan bahwa norma-norma baru ini tidak memperkecil otoritas dan tanggung jawabmu, baik mengenai liturgi atau mengenai kepedulian pastoral bagi umat berimanmu. Sesungguhnya, setiap uskup adalah moderator liturgi di keuskupannya sendiri (cf. Sacrosanctum Concilium, 22: "Sacrae Liturgiae moderatio ab Ecclesiae auctoritate unice pendet quae quidem est apud Apostolicam Sedem et, ad normam iuris, apud Episcopum").
Maka, tidak ada sesuatu pun yang diambil dari otoritas para uskup, yang perannya tetap bertugas untuk menjaga agar segala sesuatu dilakukan dalam damai dan ketentraman. Jika kemudian muncul masalah yang tidak dapat diselesaikan para pastor paroki, Ordinaris lokal selalu dapat mengintervensi sejalan dengan setiap hal yang telah diatur oleh norma-norma baru yang disampaikan Motu Proprio ini.
Lebih jauh lagi, saudara-saudara terkasih, saya mengundang kalian semua untuk mengirimkan kisah pengalaman kalian kepada Tahta Suci dalam jangka waktu 3 tahun setelah Motu Proprio ini berlaku. Jika memang ada masalah yang benar-benar serius, maka cara penyembuhannya juga harus dicari.
Saudara-saudara terkasih, dengan penuh syukur dan kepercayaan, saya mempercayakan ke dalam hati kalian sebagai gembala halaman-halaman surat ini dan norma-norma Motu Proprio. Ingatlah selalu akan kata-kata Rasul Paulus yang ia sampaikan kepada para penatua di Efesus: �Jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi uskup untuk menggembalakan Gereja Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Putera-Nya sendiri.� (Kis 20:28)
Saya mempercayakan norma-norma ini kepada bantuan doa penuh kuasa dari Maria, Bunda Gereja, dan dengan sepenuh hati saya menyampaikan berkat Apostolik saya kepada kalian semua, saudara-saudara terkasih, kepada para pastor paroki keuskupan kalian, kepada semua imam kalian, rekan kerja kalian, dan juga seluruh umat beriman kalian.
Diberikan di Santo Petrus, 7 Juli 2007
Terjemahan Indo-Summorum Pontificum
BENEDICTUS, EPISCOPUS
SERVUS SERVORUM DEI
Para Paus sejak dulu sampai sekarang selalu memberi perhatian untuk memastikan agar Gereja Kristus mempersembahkan ritual yang layak ke hadapan keagungan Ilahi, �agar nama-Nya dipuji dan dimuliakan� dan �agar berguna bagi seluruh Gereja-Nya yang kudus.�
Sejak dulu pula, sebagaimana juga nanti untuk masa mendatang- telah dipandang perlu untuk memelihara suatu prinsip dimana �setiap Gereja partikulir harus sejalan dengan Gereja universal, bukan sekedar dalam hal ajaran iman dan tanda-tanda sakramental, tetapi juga mengenai penggunaannya secara universal sebagaimana disaksikan oleh tradisi apostolik yang tidak terputus, yang harus ditaati bukan sekedar untuk menghindarkan kesalahan tetapi juga untuk meneruskan iman secara menyeluruh, karena aturan doa Gereja berkaitan erat dengan aturan imannya.� [1]
Diantara para Paus yang telah menunjukkan perhatian mengenai hal tersebut di atas, nama St. Gregorius Agung sangat menonjol, karena ia telah melakukan segala usaha untuk memastikan bahwa generasi baru di Eropa menerima baik iman Katolik maupun harta karun ibadat dan kebudayaan yang telah dikembangkan oleh orang-orang Romawi pada abad-abad sebelumnya. Ia memerintahkan agar bentuk perayaan liturgi Ilahi sebagaimana dirayakan di kota Roma (baik menyangkut Kurban Misa dan Ibadat harian) dipelihara. Ia mengambil perhatian besar untuk menyebarkan para biarawan dan biarawati yang mengikuti peraturan hidup St. Benediktus dan mewartakan Injil dengan hidup mereka yang mencerminkan kebijaksanaan dari Aturan mereka yang menyatakan � tidak ada sesuatu yang ditempatkan diatas karya Allah.� Melalui cara ini, liturgi ilahi, yang dirayakan menurut tata cara kota Roma, tidak hanya memperkaya iman dan kesalehan tetapi juga kebudayaan dari banyak bangsa. Sudah diketahui umum, bahwa liturgi Latin, dalam banyak bentuknya, di setiap abad dari zaman Kristen, telah menjadi penguat bagi kehidupan rohani banyak orang kudus, dan telah mengembalikan mereka kepada kebajikan keagamaan dan menyuburkan kesalehan mereka.
Banyak Uskup Roma lainnya yang sepanjang sejarah telah menunjukkan perhatian khusus untuk memastikan agar liturgi ilahi dapat melaksanakan tugas ini secara lebih efektif. Diantara mereka menonjol nama St. Pius V, yang didorong oleh semangat pastoral yang besar dan mengikuti anjuran dari Konsili Trente, telah memperbarui seluruh liturgi Gereja, dan memerintahkan penerbitan buku liturgi yang telah diperbarui sesuai aturan para bapa Gereja dan menyediakannya untuk digunakan oleh Gereja Latin.
Salah satu buku liturgi bagi ritus Romawi adalah Misale Romawi, yang dikembangkan di kota Roma, dan sering dengan perkembangan selama berabad-abad, sedikit demi sedikit mencapai bentuk yang serupa dengan yang ada sekarang.
�Kepada tujuan yang sama inilah para Paus Roma selanjutnya mengerahkan tenaga mereka pada abad-abad yang selanjutnya untuk memastikan agar ritus dan buku-buku liturgi menjadi sesuai dengan zaman dan apabila perlu diperjelas isinya. Sejak permulaan abad ini mereka telah melakukan suatu pembaruan yang bersifat lebih umum.�[2] Sehingga, para pendahulu kami; Klemens VIII, Urbanus VIII, St. Pius X[3], Benediktus XV, Pius XII, dan Beato Yohanes XXIII semuanya ambil bagian dalam pembaruan tersebut.
Dalam waktu yang lebih kini lagi, Konsili Vatikan II mengungkapkan suatu niat agar rasa hormat yang sesuai terhadap ibadat ilahi harus diperbarui dan disesuaikan dengan kebutuhan zaman kita. Digerakkan oleh keinginan ini, pendahulu kami, Imam Agung Paulus VI, menyetujui dan pada tahun 1970 memperbarui dan mengubah sebagian buku-buku liturgi untuk Gereja Latin. Buku-buku ini, kemudian diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia, dan diterima dengan rela oleh para uskup, imam, dan umat beriman. Yohanes Paulus II memperbarui edisi acuan ketiga dari Misale Romawi ini. Jadi, para Paus Roma telah bekerja sedemikian untuk menjamin �bentuk liturgi yang diperbarui ini..harus sekali lagi bersinar dalam keagungan dan harmoninya.� [4]
Tetapi, di beberapa wilayah, ada sejumlah umat yang tetap memiliki rasa cinta dan kesetiaan yang besar kepada bentuk liturgi yang lebih awak. Liturgi kuno ini telah begitu dalam meresap dalam kebudayaan dan semangat hidup mereka sehingga akhirnya pada tahun 1984, Paus Yohanes Paulus II, yang tergerak oleh kepedulian pastoral kepada umat beriman ini, memberikan izin khusus �Quattor abhinc anno,� yang dikeluarkan oleh Konggregasi Ibadat Ilahi, untuk memberikan izin penggunaan Misale Romawi yang diterbitkan oleh Beato Yohanes XXIII pada tahun 1962. Kemudian, pada tahun 1988, melalui Surat Apostolik berupa Motu Proprio �Ecclesia Dei,� mendorong para uskup untuk dengan murah hati menggunakan kekuasannya untuk memberi izin kepada umat yang menginginkan perayaan liturgi kuno.
Sekarang, dengan mengikuti doa yang tekun dari umat beriman ini, dan sebagaimana telah sejak dulu diinginkan oleh Yohanes Paulus II, dan setelah mendengarkan pandangan-pandangan dari para bapa Kardinal dalam konsistori tanggal 22 Maret 2006, dan setelah merenungkan semua sisi masalahnya secara mendalam, dan dengan berseru kepada Roh Kudus serta mempercayai pertolongan Allah, melalui Surat Apostolik ini kami menetapkan yang berikut ini:
Pasal 1. Misale Romawi yang disahkan oleh Paulus VI adalah ungkapan biasa dari �Lex orandi� (aturan doa) Gereja Katolik ritus Latin. Walaupun demikian, Misale Romanum yang disahkan oleh Pius V dan disahkan kembali oleh Beato Yohanes XXIII dianggap sebagai ungkapan luar biasa dari �Lex orandi� yang sama dan harus diberi penghormatan karena penggunaannya yang kuno dan terhormat. Dua ungkapan Lex orandi Gereja ini tidak akan dengan cara apapun menimbulkan perpecahan dalam Lex credendi (aturan iman) Gereja. Sesungguhnya, mereka adalah dua cara penggunaan dari satu ritus Romawi.
Karena itu, diizinkan untuk merayakan Kurban Misa menurut edisi acuan Misale Romawi yang disahkan oleh Beato Yohanes XXIII pada tahun 1962 dan yang tidak pernah dibatalkan, sebagai suatu bentuk luar biasa dari Liturgi Gereja. Kondisi bagi penggunaan Misale ini sebagaimana telah diatur dalam dokumen sebelumnya yaitu �Quattor abhinc annis� dan �Ecclesia Dei� sekarang digantikan sebagai berikut:
Pasal 2. Dalam Misa-Misa yang dirayakan tanpa umat, setiap imam Katolik ritus Latin, entah sekuler ataupun regular, dapat menggunakan Misale Romawi yang diterbitkan oleh Beato Paus Yohanes XXIII pada tahun 1962, atau Misale Romawi yang disahkan oleh Paus Paulus VI pada tahun 1970, dan dapat melakukannya pada hari apapun kecuali pada Triduum Paskah. Dalam perayaan-perayaan Misa tanpa umat, imam dapat menggunakan salah satu Misale tanpa membutuhkan izin dari Tahta Apostolik ataupun dari Ordinarisnya.
Pasal 3. Komunitas-komunitas hidup bakti dan Serikat-serikat hidup kerasulan, baik dengan pengakuan pontifical atau diosesan, yang ingin merayakan Misa menurut Misale Romawi edisi 1962, baik secara konventual atau �dalam komunitas� yang dirayakan di tempat doa mereka, dapat melakukannya. Jika suatu komunitas atau seluruh Institut atau Serikat ingin melakukan perayaan tersebut secara sering, rutin atau permanen maka keputusan harus diambil oleh Superior Maior sesuai dengan hukum dan dengan mengikuti dekrit dan statute mereka.
Pasal 4. Perayaan Misa sebagaimana disebutkan dalam art.2 dapat- dengan mematuhi semua norma hukum- juga dapat dihadiri oleh umat beriman, yang atas kehendak bebas mereka sendiri, ingin hadir.
Pasal. 5. � 1 Di paroki-paroki yang terdapat sekelompok umat yang mencintai tradisi liturgi yang lebih lama, maka para gembala harus dengan rela menerima keinginan mereka untuk merayakan Misa menurut ritus Misale Romawi yang diterbitkan pada tahun 1962, dan memastikan agar kesejahteraan rohani umat ini selaras dengan pelayanan pastoral biasa paroki, dibawah bimbingan uskup sesuai dengan kanon 392, dan dengan menghindarkan perpecahan dan menjaga kesatuan seluruh Gereja
� 2 Perayaan menurut Misale Beato Yohanes XXIII dapat berlangsung pada hari-hari kerja; sementara pada hari Minggu dan pesta, perayaan semacam itu juga dapat diadakan.
� 3 Pastor paroki juga harus memberi izin perayaan bentuk luar biasa ini kepada para imam dan umat beriman yang memintanya dalam situasi khusus seperti pernikahan, pemakaman, dan perayaan-perayaan khusus seperti dalam suatu ziarah.
� 4 Imam yang menggunakan Misale Beato Yohanes XXIII harus mampu melakukannya dan tidak terhalang secara hukum.
� 5 Di gereja-gereja yang bukan paroki atau gereja biara, adalah tugas Rektor gereja untuk memberikan izin semacam itu.
Pasal 6. Dalam Misa-misa yang dirayakan bersama umat menurut Misale Beato Yohanes XXIII, bacaan-bacaan dapat dinyanyikan dalam bahasa lokal, menurut edisi yang disahkan oleh Tahta Apostolik.
Pasal 7. Jika sekelompok umat awam sebagaimana disebutkan dalam Pasal 5 � 1 tidak memperoleh jawaban memuaskan dari pastor paroki terhadap permintaan mereka, mereka harus memberitahukan hal ini kepada uskup diosesan. Sangat diharapkan supaya uskup dioses memenuhi keinginan mereka. Jika uskup tidak mampu mengadakan perayaan tersebut, ia harus menyerahkan masalah ini kepada Komisi Kepausan �Ecclesia Dei�.
Pasal 8. Seorang uskup, yang ingin memenuhi permintaan itu, namun karena berbagai alasan tidak mampu melakukannya, dapat menyerahkan masalah ini kepada Komisi �Ecclesia Dei� untuk mendapatkan bimbingan dan bantuan.
Pasal9. � 1 Pastor paroki juga dapat memberikan izin pada penggunaan ritual kuno bagi pelayanan Sakramen Baptis, Pernikahan, Pengakuan Dosa dan Pengurapan Orang Sakit, setelah meneliti semua aspeknya dan jika diperlukan bagi kesejahteraan rohani jiwa-jiwa.
� 2 Ordinaris diberi hak untuk merayakan Sakramen Krisma menurut Ponticale Romanum yang lebih kuno, jika kesejahteraan rohani jiwa-jiwa memerlukannya.
� 3 Para klerus yang ditahbisan �in sacris constitutis� (dalam penetapan suci) dapat menggunakan Breviarium Romanum yang disahkan oleh Beato Yohanes XXIII pada tahun 1962.
Pasal 10. Ordinaris di tempat-tempat tertentu dapat mendirikan paroki personal sesuai dengan kanon 518 bagi perayaan menurut bentuk kuno ritus Romawi, atau menunjuk seorang kapelan dengan menaati semua norma-norma hukum.
Pasal. 11. Komisi Kepausan �Ecclesia Dei�, yang didirikan oleh Yohanes Paulus II pada tahun 1998 [5], tetap melanjutkan tugas-tugasnya. Komisi tersebut akan memiliki bentuk, tugas dan norma sesuai yang dikehendaki oleh Uskup Roma.
Pasal. 12. Komisi ini, terlepas dari kekuasaan yang dimilikinya, akan menjalankan otoritas Tahta Suci, dalam mengawasi pelaksanaan dan penerapan peraturan-peraturan ini.
Kami memerintahkan, agar semua yang telah kami tetapkan dalam Surat Apostolik ini, yang diterbitkan sebagai Motu Proprio (atas inisiatif sendiri) dianggap sebagai �ditetapkan dan didekritkan�, dan agar dipatuhi sejak tanggal 14 September pada tahun ini, bertepatan dengan Pesta Pemuliaan Salib.
Dari Roma, di Santo Petrus, 7 Juli 2007, pada tahun ketiga masa kepausan Kami.
Benedictus PP XVI
(1) General Instruction of the Roman Missal, 3rd ed., 2002, no. 397. [back to text]
(2) John Paul II, Apostolic Letter "Vicesimus quintus annus," 4 December 1988, 3: AAS 81 (1989), 899. [back to text]
(3) Ibid. [back to text]
(4) St. Pius X, Apostolic Letter Motu propio data, "Abhinc duos annos," 23 October 1913: AAS 5 (1913), 449-450; cf John Paul II, Apostolic Letter "Vicesimus quintus annus," no. 3: AAS 81 (1989), 899. [back to text]
(5) Cf John Paul II, Apostolic Letter Motu proprio data "Ecclesia Dei," 2 July 1988, 6: AAS 80 (1988), 1498. [back to text]
Diterjemahkan dari teks bahasa Inggris di ewtn.com (kali ini rasanya terjemahannya kacau deh hehehe)
SERVUS SERVORUM DEI
Para Paus sejak dulu sampai sekarang selalu memberi perhatian untuk memastikan agar Gereja Kristus mempersembahkan ritual yang layak ke hadapan keagungan Ilahi, �agar nama-Nya dipuji dan dimuliakan� dan �agar berguna bagi seluruh Gereja-Nya yang kudus.�
Sejak dulu pula, sebagaimana juga nanti untuk masa mendatang- telah dipandang perlu untuk memelihara suatu prinsip dimana �setiap Gereja partikulir harus sejalan dengan Gereja universal, bukan sekedar dalam hal ajaran iman dan tanda-tanda sakramental, tetapi juga mengenai penggunaannya secara universal sebagaimana disaksikan oleh tradisi apostolik yang tidak terputus, yang harus ditaati bukan sekedar untuk menghindarkan kesalahan tetapi juga untuk meneruskan iman secara menyeluruh, karena aturan doa Gereja berkaitan erat dengan aturan imannya.� [1]
Diantara para Paus yang telah menunjukkan perhatian mengenai hal tersebut di atas, nama St. Gregorius Agung sangat menonjol, karena ia telah melakukan segala usaha untuk memastikan bahwa generasi baru di Eropa menerima baik iman Katolik maupun harta karun ibadat dan kebudayaan yang telah dikembangkan oleh orang-orang Romawi pada abad-abad sebelumnya. Ia memerintahkan agar bentuk perayaan liturgi Ilahi sebagaimana dirayakan di kota Roma (baik menyangkut Kurban Misa dan Ibadat harian) dipelihara. Ia mengambil perhatian besar untuk menyebarkan para biarawan dan biarawati yang mengikuti peraturan hidup St. Benediktus dan mewartakan Injil dengan hidup mereka yang mencerminkan kebijaksanaan dari Aturan mereka yang menyatakan � tidak ada sesuatu yang ditempatkan diatas karya Allah.� Melalui cara ini, liturgi ilahi, yang dirayakan menurut tata cara kota Roma, tidak hanya memperkaya iman dan kesalehan tetapi juga kebudayaan dari banyak bangsa. Sudah diketahui umum, bahwa liturgi Latin, dalam banyak bentuknya, di setiap abad dari zaman Kristen, telah menjadi penguat bagi kehidupan rohani banyak orang kudus, dan telah mengembalikan mereka kepada kebajikan keagamaan dan menyuburkan kesalehan mereka.
Banyak Uskup Roma lainnya yang sepanjang sejarah telah menunjukkan perhatian khusus untuk memastikan agar liturgi ilahi dapat melaksanakan tugas ini secara lebih efektif. Diantara mereka menonjol nama St. Pius V, yang didorong oleh semangat pastoral yang besar dan mengikuti anjuran dari Konsili Trente, telah memperbarui seluruh liturgi Gereja, dan memerintahkan penerbitan buku liturgi yang telah diperbarui sesuai aturan para bapa Gereja dan menyediakannya untuk digunakan oleh Gereja Latin.
Salah satu buku liturgi bagi ritus Romawi adalah Misale Romawi, yang dikembangkan di kota Roma, dan sering dengan perkembangan selama berabad-abad, sedikit demi sedikit mencapai bentuk yang serupa dengan yang ada sekarang.
�Kepada tujuan yang sama inilah para Paus Roma selanjutnya mengerahkan tenaga mereka pada abad-abad yang selanjutnya untuk memastikan agar ritus dan buku-buku liturgi menjadi sesuai dengan zaman dan apabila perlu diperjelas isinya. Sejak permulaan abad ini mereka telah melakukan suatu pembaruan yang bersifat lebih umum.�[2] Sehingga, para pendahulu kami; Klemens VIII, Urbanus VIII, St. Pius X[3], Benediktus XV, Pius XII, dan Beato Yohanes XXIII semuanya ambil bagian dalam pembaruan tersebut.
Dalam waktu yang lebih kini lagi, Konsili Vatikan II mengungkapkan suatu niat agar rasa hormat yang sesuai terhadap ibadat ilahi harus diperbarui dan disesuaikan dengan kebutuhan zaman kita. Digerakkan oleh keinginan ini, pendahulu kami, Imam Agung Paulus VI, menyetujui dan pada tahun 1970 memperbarui dan mengubah sebagian buku-buku liturgi untuk Gereja Latin. Buku-buku ini, kemudian diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia, dan diterima dengan rela oleh para uskup, imam, dan umat beriman. Yohanes Paulus II memperbarui edisi acuan ketiga dari Misale Romawi ini. Jadi, para Paus Roma telah bekerja sedemikian untuk menjamin �bentuk liturgi yang diperbarui ini..harus sekali lagi bersinar dalam keagungan dan harmoninya.� [4]
Tetapi, di beberapa wilayah, ada sejumlah umat yang tetap memiliki rasa cinta dan kesetiaan yang besar kepada bentuk liturgi yang lebih awak. Liturgi kuno ini telah begitu dalam meresap dalam kebudayaan dan semangat hidup mereka sehingga akhirnya pada tahun 1984, Paus Yohanes Paulus II, yang tergerak oleh kepedulian pastoral kepada umat beriman ini, memberikan izin khusus �Quattor abhinc anno,� yang dikeluarkan oleh Konggregasi Ibadat Ilahi, untuk memberikan izin penggunaan Misale Romawi yang diterbitkan oleh Beato Yohanes XXIII pada tahun 1962. Kemudian, pada tahun 1988, melalui Surat Apostolik berupa Motu Proprio �Ecclesia Dei,� mendorong para uskup untuk dengan murah hati menggunakan kekuasannya untuk memberi izin kepada umat yang menginginkan perayaan liturgi kuno.
Sekarang, dengan mengikuti doa yang tekun dari umat beriman ini, dan sebagaimana telah sejak dulu diinginkan oleh Yohanes Paulus II, dan setelah mendengarkan pandangan-pandangan dari para bapa Kardinal dalam konsistori tanggal 22 Maret 2006, dan setelah merenungkan semua sisi masalahnya secara mendalam, dan dengan berseru kepada Roh Kudus serta mempercayai pertolongan Allah, melalui Surat Apostolik ini kami menetapkan yang berikut ini:
Pasal 1. Misale Romawi yang disahkan oleh Paulus VI adalah ungkapan biasa dari �Lex orandi� (aturan doa) Gereja Katolik ritus Latin. Walaupun demikian, Misale Romanum yang disahkan oleh Pius V dan disahkan kembali oleh Beato Yohanes XXIII dianggap sebagai ungkapan luar biasa dari �Lex orandi� yang sama dan harus diberi penghormatan karena penggunaannya yang kuno dan terhormat. Dua ungkapan Lex orandi Gereja ini tidak akan dengan cara apapun menimbulkan perpecahan dalam Lex credendi (aturan iman) Gereja. Sesungguhnya, mereka adalah dua cara penggunaan dari satu ritus Romawi.
Karena itu, diizinkan untuk merayakan Kurban Misa menurut edisi acuan Misale Romawi yang disahkan oleh Beato Yohanes XXIII pada tahun 1962 dan yang tidak pernah dibatalkan, sebagai suatu bentuk luar biasa dari Liturgi Gereja. Kondisi bagi penggunaan Misale ini sebagaimana telah diatur dalam dokumen sebelumnya yaitu �Quattor abhinc annis� dan �Ecclesia Dei� sekarang digantikan sebagai berikut:
Pasal 2. Dalam Misa-Misa yang dirayakan tanpa umat, setiap imam Katolik ritus Latin, entah sekuler ataupun regular, dapat menggunakan Misale Romawi yang diterbitkan oleh Beato Paus Yohanes XXIII pada tahun 1962, atau Misale Romawi yang disahkan oleh Paus Paulus VI pada tahun 1970, dan dapat melakukannya pada hari apapun kecuali pada Triduum Paskah. Dalam perayaan-perayaan Misa tanpa umat, imam dapat menggunakan salah satu Misale tanpa membutuhkan izin dari Tahta Apostolik ataupun dari Ordinarisnya.
Pasal 3. Komunitas-komunitas hidup bakti dan Serikat-serikat hidup kerasulan, baik dengan pengakuan pontifical atau diosesan, yang ingin merayakan Misa menurut Misale Romawi edisi 1962, baik secara konventual atau �dalam komunitas� yang dirayakan di tempat doa mereka, dapat melakukannya. Jika suatu komunitas atau seluruh Institut atau Serikat ingin melakukan perayaan tersebut secara sering, rutin atau permanen maka keputusan harus diambil oleh Superior Maior sesuai dengan hukum dan dengan mengikuti dekrit dan statute mereka.
Pasal 4. Perayaan Misa sebagaimana disebutkan dalam art.2 dapat- dengan mematuhi semua norma hukum- juga dapat dihadiri oleh umat beriman, yang atas kehendak bebas mereka sendiri, ingin hadir.
Pasal. 5. � 1 Di paroki-paroki yang terdapat sekelompok umat yang mencintai tradisi liturgi yang lebih lama, maka para gembala harus dengan rela menerima keinginan mereka untuk merayakan Misa menurut ritus Misale Romawi yang diterbitkan pada tahun 1962, dan memastikan agar kesejahteraan rohani umat ini selaras dengan pelayanan pastoral biasa paroki, dibawah bimbingan uskup sesuai dengan kanon 392, dan dengan menghindarkan perpecahan dan menjaga kesatuan seluruh Gereja
� 2 Perayaan menurut Misale Beato Yohanes XXIII dapat berlangsung pada hari-hari kerja; sementara pada hari Minggu dan pesta, perayaan semacam itu juga dapat diadakan.
� 3 Pastor paroki juga harus memberi izin perayaan bentuk luar biasa ini kepada para imam dan umat beriman yang memintanya dalam situasi khusus seperti pernikahan, pemakaman, dan perayaan-perayaan khusus seperti dalam suatu ziarah.
� 4 Imam yang menggunakan Misale Beato Yohanes XXIII harus mampu melakukannya dan tidak terhalang secara hukum.
� 5 Di gereja-gereja yang bukan paroki atau gereja biara, adalah tugas Rektor gereja untuk memberikan izin semacam itu.
Pasal 6. Dalam Misa-misa yang dirayakan bersama umat menurut Misale Beato Yohanes XXIII, bacaan-bacaan dapat dinyanyikan dalam bahasa lokal, menurut edisi yang disahkan oleh Tahta Apostolik.
Pasal 7. Jika sekelompok umat awam sebagaimana disebutkan dalam Pasal 5 � 1 tidak memperoleh jawaban memuaskan dari pastor paroki terhadap permintaan mereka, mereka harus memberitahukan hal ini kepada uskup diosesan. Sangat diharapkan supaya uskup dioses memenuhi keinginan mereka. Jika uskup tidak mampu mengadakan perayaan tersebut, ia harus menyerahkan masalah ini kepada Komisi Kepausan �Ecclesia Dei�.
Pasal 8. Seorang uskup, yang ingin memenuhi permintaan itu, namun karena berbagai alasan tidak mampu melakukannya, dapat menyerahkan masalah ini kepada Komisi �Ecclesia Dei� untuk mendapatkan bimbingan dan bantuan.
Pasal9. � 1 Pastor paroki juga dapat memberikan izin pada penggunaan ritual kuno bagi pelayanan Sakramen Baptis, Pernikahan, Pengakuan Dosa dan Pengurapan Orang Sakit, setelah meneliti semua aspeknya dan jika diperlukan bagi kesejahteraan rohani jiwa-jiwa.
� 2 Ordinaris diberi hak untuk merayakan Sakramen Krisma menurut Ponticale Romanum yang lebih kuno, jika kesejahteraan rohani jiwa-jiwa memerlukannya.
� 3 Para klerus yang ditahbisan �in sacris constitutis� (dalam penetapan suci) dapat menggunakan Breviarium Romanum yang disahkan oleh Beato Yohanes XXIII pada tahun 1962.
Pasal 10. Ordinaris di tempat-tempat tertentu dapat mendirikan paroki personal sesuai dengan kanon 518 bagi perayaan menurut bentuk kuno ritus Romawi, atau menunjuk seorang kapelan dengan menaati semua norma-norma hukum.
Pasal. 11. Komisi Kepausan �Ecclesia Dei�, yang didirikan oleh Yohanes Paulus II pada tahun 1998 [5], tetap melanjutkan tugas-tugasnya. Komisi tersebut akan memiliki bentuk, tugas dan norma sesuai yang dikehendaki oleh Uskup Roma.
Pasal. 12. Komisi ini, terlepas dari kekuasaan yang dimilikinya, akan menjalankan otoritas Tahta Suci, dalam mengawasi pelaksanaan dan penerapan peraturan-peraturan ini.
Kami memerintahkan, agar semua yang telah kami tetapkan dalam Surat Apostolik ini, yang diterbitkan sebagai Motu Proprio (atas inisiatif sendiri) dianggap sebagai �ditetapkan dan didekritkan�, dan agar dipatuhi sejak tanggal 14 September pada tahun ini, bertepatan dengan Pesta Pemuliaan Salib.
Dari Roma, di Santo Petrus, 7 Juli 2007, pada tahun ketiga masa kepausan Kami.
Benedictus PP XVI
(1) General Instruction of the Roman Missal, 3rd ed., 2002, no. 397. [back to text]
(2) John Paul II, Apostolic Letter "Vicesimus quintus annus," 4 December 1988, 3: AAS 81 (1989), 899. [back to text]
(3) Ibid. [back to text]
(4) St. Pius X, Apostolic Letter Motu propio data, "Abhinc duos annos," 23 October 1913: AAS 5 (1913), 449-450; cf John Paul II, Apostolic Letter "Vicesimus quintus annus," no. 3: AAS 81 (1989), 899. [back to text]
(5) Cf John Paul II, Apostolic Letter Motu proprio data "Ecclesia Dei," 2 July 1988, 6: AAS 80 (1988), 1498. [back to text]
Diterjemahkan dari teks bahasa Inggris di ewtn.com (kali ini rasanya terjemahannya kacau deh hehehe)
Sunday, November 1, 2009
Qurbono: Minggu Pemberkatan Gereja
Liturgi Maronite, berbeda dengan Latin, dimulai 8 pekan sebelum Natal, dengan perayaan Minggu Pemberkatan Gereja. Dalam Minggu Pemberkatan ini secara khusus direnungkan misteri Gereja dan ibadat yang sejati yang berkenan kepada Allah. Berikut ini adalah teks khusus dari liturgi Qurbono Minggu Pemberkatan Gereja.
Mazmur Pembukaan : Mazmur 84
Doa Pembukaan
Ya Tuhan Allah, jadikanlah kami layak untuk masuk ke kediaman kudus-Mu dengan kemurnian dan kekudusan. Jadikanlah hukum-Mu sebagai pakaian kami, dan hiasilah kami dengan ketetapan-ketetapan-Mu, agar anak-anak terang dapat bersukacita bersama dengan sahabat-sahabat Pengantin Pria pada pesta perkawinan-Mu yang gemilang; sehingga kami akan mengakui kebaikan-Mu yang tak terkatakan bagi kami, ya Kristus, dan memuji kemuliaan kerajaan-Mu, dan Bapa-Mu, dan Roh Kudus-Mu, sekarang dan selama-lamanya.
HOOSOYO
Proemion
Pujian dan kemuliaan bagi Tritunggal Mahakudus. Semga kami layak untuk memuliakan, bersyukur, dan menghormati Perancang bijak yang dengan rahmat-Nya membangun Gereja Kudus-Nya sebagai benteng pengampunan dan melindungi umat imami-Nya dengan penuh perhatian sebagai penopang iman. Dalam belaskasih-Nya, Ia membangun menara penebusan bagi umat-Nya dan dalam komunitas ini hidup umat yang telah ditebus dilindungi dari segala kejahatan oleh salib-Nya. Maka, sudah sepantasnyalah Dia dipuji dan dihormati pada saat ini dan di setiap waktu, musim, jam, peristiwa dan sepanjang hari hidup kita, sekarang dan selama-lamanya.
Amin.
Sedro
Ya Kristus Allah kami, Engkau membangun Yerusalem yang dikenal sebagai Gereja Kudus dan mengumpulkan Israel yang terpencar didalamnya. Bangsa-bangsa mengakui kabar gembira keselamatan dari Kristus yang menjanjikan bahwa Gereja-Nya tak akan dikuasai alam maut dan kuasa-kuasa di bumi atau di atas bumi, karena Allah berdiam di dalam-Nya sehingga Gereja tidak gentar.
Kristus akan menegakkan Gereja untuk selama-lamanya menurut janji-Nya: �Lihatlah, Aku menyertai kamu sampai akhir zaman.� Para Nabi suci menubuatkan kedatangan Gereja, dan para Rasul ilahi mewartakan penebusan-Nya. Para Martir kudus menerima mahkota karena iman Gereja yang benar.
Karena itulah, pada hari ini, kita merayakan pengudusan Gereja yang mulia dan berkata: Bangkit dan bersinarlah, ya Gereja Kudus, karena Perancang bijak yang meletakkan dasar-dasar-Mu telah membangun pilar-pilar gerbang-Mu. Bangkit dan bersinarlah, karena Allah yang perkasa telah memilihmu sebagai kediaman-Nya untuk selama-lamanya. Bangkit dan bersinarlah, karena Ia menetapkan batas-batas-Mu dalam dami, ya Harapan sampai ke ujung-ujung bumi.
Maka, kami meminta dan memohon kepada-Mu, ya Tuhan, sekali lagi ingatlah akan Gereja-Mu. Dalam belas kasih-Mu, tebuslah para ahli waris-Mu dan bebaskanlah kawanan-Mu dari segala kesulitan. Berilah istirahat kepada yang telah dipanggil dari Gereja ke dalam kerajaan-Mu. Berilah kedamaian di kediaman-Mu yang suci kepada mereka yang telah melayani kehendak-Mu dan kumpulkanlah mereka di sisi kanan-Mu untuk menikmati wewangian dalam perjamuan-Mu. Dan kemudian bersama-sama kami akan memuliakan-Mu selama-lamanya.
Amin.
Qolo
Terberkatilah engkau, Gereja yang kudus dan setia: Pengantin Pria yang menikahimu mempersembahkan kepadamu padang yang baik dan subur; Ia membawa minuman yang memuaskan dahaga para tamu perjamuan pernikahanmu. Datanglah: makanlah api dan roti dan minumlah roh dalam anggur. Engkau dimulaikan dalam api dan roh dank au akan memasuki Kerajaan dalam kawanan-Nya.
Ya Tuhan, berilah damai kepada Gereja-Mu di seluruh penjuru dan jagat. Singkirkanlah pertikaian, perpecahan, dan penyebab pergunjingan di dalamnya. Tegakkanlah para gembala di tengah-tengahnya yang akan menuntun Gereja dalam jalan-Mu; kumpulkanlah semua putera-puterinya dalam iman yang sejati di dalamnya. Maka, saat Engkau datang dalam kemuliaan, Gereja akan menemukan sukacita kawanan-Mu dalam kerajaan-Mu.
Etro
Ya Kristus, Engkaulah wewangian yang berkenan kepada Allah dan keharuman yang manis bagi-Nya. Terimalah aroma dupa ini, yang kami persembahkan kepada-Mu sebagai tanda syukur kami. Berilah damai dan keselarasan kepada Gereja Kudus-Mu, dan kepada para Imam dan Uskup yang melayani di Altar-Mu, agar mereka dapat memerintah Gereja menurut Roh-Mu. Maka, ya Kristus, kepala para Uskup, kami akan memuji dan memuliakan-Mu, Bapa-Mu, dan Roh Kudus-Mu yang memberi hidup, sekarang dan selama-lamanya.
Mazmooro
Bagaikan awan para Imam pendupaan dan Diakon mengelilingi Altar pendamaian sementara sang Roh menaungi di atasnya. Segala bangsa, dengarlah ini: para Imam mengelilingi Altar. Semua penduduk bumi berilah telinga: Roh Kudus menaunginya. Tuhan mendirikan Gereja-Nya di atas batu karang iman. Petrus memasukinya dan meletakkan dasarnya, dan Paulus menghiasi bangunannya.
Epistel: Ibrani 9: 1-12
Fetgomo
Alleluia! Alleluia! Dan aku berkata kepadamu, engkaulah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Ku dirikan Gereja-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya.
Injil: Matius 16: 12-30
Mazmur Pembukaan : Mazmur 84
Doa Pembukaan
Ya Tuhan Allah, jadikanlah kami layak untuk masuk ke kediaman kudus-Mu dengan kemurnian dan kekudusan. Jadikanlah hukum-Mu sebagai pakaian kami, dan hiasilah kami dengan ketetapan-ketetapan-Mu, agar anak-anak terang dapat bersukacita bersama dengan sahabat-sahabat Pengantin Pria pada pesta perkawinan-Mu yang gemilang; sehingga kami akan mengakui kebaikan-Mu yang tak terkatakan bagi kami, ya Kristus, dan memuji kemuliaan kerajaan-Mu, dan Bapa-Mu, dan Roh Kudus-Mu, sekarang dan selama-lamanya.
HOOSOYO
Proemion
Pujian dan kemuliaan bagi Tritunggal Mahakudus. Semga kami layak untuk memuliakan, bersyukur, dan menghormati Perancang bijak yang dengan rahmat-Nya membangun Gereja Kudus-Nya sebagai benteng pengampunan dan melindungi umat imami-Nya dengan penuh perhatian sebagai penopang iman. Dalam belaskasih-Nya, Ia membangun menara penebusan bagi umat-Nya dan dalam komunitas ini hidup umat yang telah ditebus dilindungi dari segala kejahatan oleh salib-Nya. Maka, sudah sepantasnyalah Dia dipuji dan dihormati pada saat ini dan di setiap waktu, musim, jam, peristiwa dan sepanjang hari hidup kita, sekarang dan selama-lamanya.
Amin.
Sedro
Ya Kristus Allah kami, Engkau membangun Yerusalem yang dikenal sebagai Gereja Kudus dan mengumpulkan Israel yang terpencar didalamnya. Bangsa-bangsa mengakui kabar gembira keselamatan dari Kristus yang menjanjikan bahwa Gereja-Nya tak akan dikuasai alam maut dan kuasa-kuasa di bumi atau di atas bumi, karena Allah berdiam di dalam-Nya sehingga Gereja tidak gentar.
Kristus akan menegakkan Gereja untuk selama-lamanya menurut janji-Nya: �Lihatlah, Aku menyertai kamu sampai akhir zaman.� Para Nabi suci menubuatkan kedatangan Gereja, dan para Rasul ilahi mewartakan penebusan-Nya. Para Martir kudus menerima mahkota karena iman Gereja yang benar.
Karena itulah, pada hari ini, kita merayakan pengudusan Gereja yang mulia dan berkata: Bangkit dan bersinarlah, ya Gereja Kudus, karena Perancang bijak yang meletakkan dasar-dasar-Mu telah membangun pilar-pilar gerbang-Mu. Bangkit dan bersinarlah, karena Allah yang perkasa telah memilihmu sebagai kediaman-Nya untuk selama-lamanya. Bangkit dan bersinarlah, karena Ia menetapkan batas-batas-Mu dalam dami, ya Harapan sampai ke ujung-ujung bumi.
Maka, kami meminta dan memohon kepada-Mu, ya Tuhan, sekali lagi ingatlah akan Gereja-Mu. Dalam belas kasih-Mu, tebuslah para ahli waris-Mu dan bebaskanlah kawanan-Mu dari segala kesulitan. Berilah istirahat kepada yang telah dipanggil dari Gereja ke dalam kerajaan-Mu. Berilah kedamaian di kediaman-Mu yang suci kepada mereka yang telah melayani kehendak-Mu dan kumpulkanlah mereka di sisi kanan-Mu untuk menikmati wewangian dalam perjamuan-Mu. Dan kemudian bersama-sama kami akan memuliakan-Mu selama-lamanya.
Amin.
Qolo
Terberkatilah engkau, Gereja yang kudus dan setia: Pengantin Pria yang menikahimu mempersembahkan kepadamu padang yang baik dan subur; Ia membawa minuman yang memuaskan dahaga para tamu perjamuan pernikahanmu. Datanglah: makanlah api dan roti dan minumlah roh dalam anggur. Engkau dimulaikan dalam api dan roh dank au akan memasuki Kerajaan dalam kawanan-Nya.
Ya Tuhan, berilah damai kepada Gereja-Mu di seluruh penjuru dan jagat. Singkirkanlah pertikaian, perpecahan, dan penyebab pergunjingan di dalamnya. Tegakkanlah para gembala di tengah-tengahnya yang akan menuntun Gereja dalam jalan-Mu; kumpulkanlah semua putera-puterinya dalam iman yang sejati di dalamnya. Maka, saat Engkau datang dalam kemuliaan, Gereja akan menemukan sukacita kawanan-Mu dalam kerajaan-Mu.
Etro
Ya Kristus, Engkaulah wewangian yang berkenan kepada Allah dan keharuman yang manis bagi-Nya. Terimalah aroma dupa ini, yang kami persembahkan kepada-Mu sebagai tanda syukur kami. Berilah damai dan keselarasan kepada Gereja Kudus-Mu, dan kepada para Imam dan Uskup yang melayani di Altar-Mu, agar mereka dapat memerintah Gereja menurut Roh-Mu. Maka, ya Kristus, kepala para Uskup, kami akan memuji dan memuliakan-Mu, Bapa-Mu, dan Roh Kudus-Mu yang memberi hidup, sekarang dan selama-lamanya.
Mazmooro
Bagaikan awan para Imam pendupaan dan Diakon mengelilingi Altar pendamaian sementara sang Roh menaungi di atasnya. Segala bangsa, dengarlah ini: para Imam mengelilingi Altar. Semua penduduk bumi berilah telinga: Roh Kudus menaunginya. Tuhan mendirikan Gereja-Nya di atas batu karang iman. Petrus memasukinya dan meletakkan dasarnya, dan Paulus menghiasi bangunannya.
Epistel: Ibrani 9: 1-12
Fetgomo
Alleluia! Alleluia! Dan aku berkata kepadamu, engkaulah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Ku dirikan Gereja-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya.
Injil: Matius 16: 12-30
Thursday, October 29, 2009
Penjelasan Qurbono (Part 5)
Pra-Anafora
Pra-anafora terdiri dari sejumlah tindakan dan doa yang mengubungkan bagian pertama dan bagian kedua serta mempersiapkan bagian kedua, yaitu anafora, yang dalam bahasa Yunani berarti �persembahan Qurbono�. Bagian ini dibuka dengan Credo dan termasuk didalamnya adalah prosesi penyerahan persembahan, persembahannya di Altar, dan pendupaan Altar, persembahan dan umat.
Credo
Gereja Maronite menggunakan Credo Nicaea-Konstantinopel. Credo ini diperkenalkan dalam Ibadat Qurbono pada abad ke 5. Sebelumnya, Credo ini digunakan sebagai pengakuan katekumen yang dilakukan sebelum penerimaan mereka ke dalam Misteri Baptisan dan kemudian menjadi pengakuan umat terbaptis sebelum bagian liturgi Ekaristis, dulu pada bagian ini katekumen diutus dari Gereja.
Naik ke Altar
Selebran dan para pelayan yang membantunya menuju ke Altar, menyanyikan madah yang mengiringi mereka naik ke Altar. Madah ini berbeda dari dialog pembukaan pada awal Qurbono. Bagaimanapun juga, kedua madah ini memiliki arti yang sama. Dalam penggunaan madah ini kami tidak membedakan antara Uskup dan Imam, walaupun di waktu lampau madah ini dikhususkan hanya bagi Uskup. Naik ke Altar diikuti dengan tindakan mencium bagian tengah Altar, karena Altar adalah simbol Kristus sendiri; menghormatinya berarti menghormati Kristus sendiri.
Orientasi Selebran di Altar
Menurut tradisi Maronite dan menurut kesaksian Patriarkh Duwaihy, Altar harus dipisahkan dari tembok panti imam, agar selebran dapat mengelilinginya. Arsitektur gereja yang tradisional mengharuskan Altar menghadap ke timur. Jadi merupakan kebiasaan dimana selebran menghadap timur dan konggregasi di belakangnya menghadap arah yang sama.
Bagaimanapun, karena alasan-alasan pastoral dan pemahaman Ekaristi yang lebih baik, sebagaimana Perjamuan Malam Terakhir, cara baru perayaan telah muncul dalam Gereja, yaitu selebran menghadap jemaat. Berkat hal ini, umat yang lebih terdidik mengenai Qurbono telah menunjukkan partisipasi yang lebih besar.
Pada tanggal 6 Juni 1992, Sinode Patriarkhal para Uskup telah mendekritkan kemungkinan untuk merayakan baik menghadap umat, atau bersama umat menghadap timur. Pengaturan akhir mengenai masalah ini diserahkan kepada hierarki lokal. Sejumlah besar gereja baru telah dibangun untuk mengakomodasi arahan baru ini, yang dalam pandangan kami, menampilkan suatu pembaruan yang sejalan dengan semangat Qurbono (sebagaimana kenangan akan Perjamuan Malam Terakhir), dan juga memenuhi tuntutan kehidupan pastoral masa kini.
Pemindahan Persembahan
Persembahan diserahkan atau dipindahkan dari tempat persiapan ke Altar. Mereka dibawa dalam prosesi yang disertai lilin, dupa, dan nyanyian madah tradisional yang populer: �Tuhan bertahta berpakaian kemuliaan.� Banyak makna dikenakan kepada ritus ini, yaitu: pemisahan antara dua bagian Qurbono, Sabda Allah dalam Kitab Suci dan Sabda Allah dalam Ekaristi; juga undangan kepada jemaat untuk mempersembahkan diri dan dikuduskan bersama roti dan anggur yang dipersembahkan untuk menjadi Tubuh dan Darah Kristus.
Penyerahan Persembahan
Selebran menerima persembahan-persembahan, lalu mengangkatnya dalam sikap mempersembahkan persembahan kepada Allah sambil mengucapkan salah satu doa Maronite tertua dalam ritus ini.
Penempatan Persembahan di Altar
Penempatan persembahan di Altar adalah suatu tindakan liturgis imami; tindakan ini menandakan pemisahan bahan-bahan persembahan sebagai penyerahan resmi di Altar Allah. Ritus konsekrasi dimulai pada bagian ini. Melanjutkan penempatan di Altar, selebran melakukan sejumlah pengenangan, terutama: pengenangan akan Kristus dan rencana keselamatan-Nya dan pengenangan akan orang-orang kudus, terutama pelindung gereja dan orang kudus yang pestanya sedang dirayakan. Kemudian dia mewartakan intensi umum dan khusus yang bagi mereka persembahan ini disampaikan. Persembahan diletakkan di tengah Altar di atas sepotong kayu atau marmer yang dikonsekrasi (disebut tablet), atau di atas sepotong kain yang dikonsekrasi (seperti corporale dalam Gereja Latin).
Pendupaan
Untuk pertama kalinya selebran mendupai Altar yang disiapkan untuk mengurbankan persembahan yang ditempatkan di atasnya. Pendupaan sebelumnya, dalam doa mohon belas kasihan (Hoosoyo) sewaktu Ibadat Sabda, dilakukan diluar konteks Altar dan persembahan. Pendupaan ini disertai dengan madah peringatan, madah pendupaan �Pencinta mereka yang bertobat, dan madah lain seperti Salatooke Ma�na (Semoga doamu menyertai kami), atau madah lainnya.
Anaphora
Anaphora adalah kata dalam bahasa yunani yang berarti �persembahan atau �qurbono�. Di sini berarti serangkaian doa dan tindakan syukur; anaphora dimulai dengan ritus damai, konsekrasi dan komuni sampai penutupan ibadat. Bagian kedua dari Qurbono sekarang disebut dengan nama anaphora. Menurut tradisi Syriac Maronite kita, ada bermacam-macam anaphora; anaphora itu dikenakan kepada Dua Belas Rasul, atau salah satu Rasul dan Pengarang Injil, atau salah satu Patriarkh, Bapa Pendahulu, atau Uskup yang ternama. Jumlah anaphora dalam seluruh tradisi Syriac berjumlah sekitar tujuh puluh buah.
Anaphora Syriac Barat
Ada dua model anaphora dalam tradisi Maronite kita; beberapa diantaranya menggunakan model Syriac Barat, seperti Anaphora Santo Yakobus dari Yerusalem, sementara yang lainnya menggunakan model Syriac Timur seperti Anaphora Sharar dan Anaphora Addai dan Mari dari Assyria Chaldea.
Dalam edisi-edisi Qurbono sebelumnya (kecuali �Ritus Sederhana� terbitan Bkerke tahun 1973), sebagai tambahan dari model yang sepenuhnya Barat juga ada beberapa doa dari Anaphora Sharar yang termasuk model Syriac Timur. Anaphora ini kemudian menjadi perpaduan antara model Barat dan Timur. Dalam teks Qurbono baru ini, kami menghapuskan duplikasi semacam itu. Kami menyusun anaphora hanya menurut model Syriac Barat saja tanpa doa-doa Anaphora Sharar Maronite Timur. Bagaimanapun, hal ini tidak berarti kami sepenuhnya mengabaikan Anaphora Sharar (lihat bawah).
Ada banyak anaphora-anaphora Syriac Barat yang digunakan oleh Gereja Maronite. Kami menemukan beberapa diantaranya dalam manuskrip-manuskrip Maronite, terutama dalam kompilasi anaphora-anaphora yang disiapkan oleh Patriarkh Duwaihy. Kompilasi ini memuat tiga puluh nama, beberapa diantaranya memiliki nama non-Maronite. Teksnya bervariasi dari satu manuskrip dengan yang lainnya. Bagaimanapun, beberapa anaphora ini benar-beanr berasal dari sebelum abad ke 10; mereka juga dipakai dalam sejumlah manuskrip dan edisi-edisi Buku Qurbono selanjutnya.
Sementara itu, untuk edisi Qurbono ini, kami hanya membatasi jumlahnya menjadi enam anaphora saja, kami berharap nantinya kami dapat melengkapinya sampai sekurangnya ada dua puluh empat anaphora. Enam anaphora yang dipilih saat ini seluruhnya berasal dari tradisi Maronite sebelum abad ke sepuluh. Berikut kami tampilkan daftarnya sebagaimana urutan dalam buku Qurbono:
Anaphora Dua Belas Rasul;
Anaphora Santo Petrus, Pemimpin Para Rasul (Ya Allah Kedamaian)
Anaphora Santo Yakobus, Saudara Tuhan;
Anaphora Santo Yohanes Rasul;
Anaphora Santo Markus Pengarang Injil;
Anaphora Sixtus, Paus Roma.
Anaphora-anaphora ini telah menjadi subyek dari sejumlah penelitian, yang beberapa diantaranya diterbitkan sebagai karya illmiah. Kami mengacu kepada teks anaphora hasil penelitian ilmiah, atau, jika belum ada hasil penelitian ilmiah semacam itu, kami mengacu kepada teks liturgis yang umum dipakai.
Anaphora Sharar Syriac Timur
Anaphora ini memiliki berbagai nama, seperti Anaphora Para Rasul, Anaphora Santo Petrus (ketiga), dan Anaphora Sharar (Sharar adalah kata Syriac pertama dari anaphora ini dan berarti �meneguhkan�). Sejumlah penelitian atas anaphora Syriac Timur ini menunjukkan keserupaan dengan Anaphora Addai dan Mari yang digunakan oleh Gereja-gereja Assyria Chaldea. Kedua anaphora ini mungkin memiliki asal yang sama dari Edessia sekitar abad ke 5.
Dalam ritus Maronite, Anaphora Sharar memiliki susunan internal yang sama dalam Qurbono dalam dalam ritus konsekrasi krisma (Myron) dan untuk konsekrasi air baptis pada malam Epifani. Tidak diragukan bahwa Gereja Maronite menggunakan Anaphora Sharar dalam Qurbono sebelum abad ke 16, edisi pertama Buku Qurbono menempatkan anaphora ini setelah anaphora-anaphora yang lainnya, sementara edisi ke 2 (1716) tidak lagi menggunakannya. Kemudian anaphora ini menjadi Qurbono Penandaan Piala, yang merupakan ritus komuni pada hari Jumat Agung.
Anaphora Sharar telah memiliki susunannya sendiri yang tidak begitu jelas atau mudah dipahami. Pada saat ini, anaphora ini tidak dapat digunakan, tetapi harus dipelajari dan diberi susunan yang baru terlebih dahulu. Komisi Liturgi Patriarkal telah melakukan tugas ini dengan tujuan membawa anaphora ini kembali ke kehidupan liturgis Gereja maronite, dan secepat mungkin mengoreksi dan menyusun Anaphora Sharar secara jelas. Dari sini tapak jelas bahwa Liturgi Maronite memiliki akar-akarnya juga pada sumber-sumber Syriac Timur. Kami tidak perlu menyatakan bahwa tugas ini cukup sulit, yaitu untuk menyusun kembali suatu anaphora yang selama beratus-ratus tahun tidak lagi digunakan, dan juga untuk mempersiapkan ritus serupa untuk konsekrasi krisma (Myron) dan air baptis. Sekarang ini kami menunda pekerjaan ini sampai beberapa waktu kedepan, insha Allah.
Enam Anaphora Qurbono Baru
Kami menggunakan enam anaphora, sebagaimana ditunjukkan di atas, dengan sejumlah variasi, terutama:
Kata-kata konsekrasi, yaitu narasi penetapan Ekaristi saat Perjamuan Malam Terakhir, aslinya teks ini bervariasi dari anaphora yang satu dengan yang lainnya. Bagaimanapun kami tidak dapat kembali kepada teks literal tiap anaphora, karena teks kata-kata konsekrasi dalam situasi ritus Maronite sekarang telah mengambil bentuk yang baru, dalam isi dan bentuknya. Maka, kami membatasi pilihan kami dari semua anaphora satu teks saja untuk kata-kata konsekrasi bagi semua anaphora. Kami mengambil teks dari Anaphora Dua Belas Rasul dan menambahkannya sedikit sentuhan jika hal itu dianggap perlu untuk melancarkan alur bahasa dan bentuknya, selain juga untuk mengakomodasi melodi musik.
Dalam buku Qurbono semua anaphora ini dicetak berdampingan dalam bahasa Syriac dan Arab. Kami menginginkan agar terjemahan Arab ini elegan dan indah, terutama dalam pengenangan-pengenangan.
Pra-anafora terdiri dari sejumlah tindakan dan doa yang mengubungkan bagian pertama dan bagian kedua serta mempersiapkan bagian kedua, yaitu anafora, yang dalam bahasa Yunani berarti �persembahan Qurbono�. Bagian ini dibuka dengan Credo dan termasuk didalamnya adalah prosesi penyerahan persembahan, persembahannya di Altar, dan pendupaan Altar, persembahan dan umat.
Credo
Gereja Maronite menggunakan Credo Nicaea-Konstantinopel. Credo ini diperkenalkan dalam Ibadat Qurbono pada abad ke 5. Sebelumnya, Credo ini digunakan sebagai pengakuan katekumen yang dilakukan sebelum penerimaan mereka ke dalam Misteri Baptisan dan kemudian menjadi pengakuan umat terbaptis sebelum bagian liturgi Ekaristis, dulu pada bagian ini katekumen diutus dari Gereja.
Naik ke Altar
Selebran dan para pelayan yang membantunya menuju ke Altar, menyanyikan madah yang mengiringi mereka naik ke Altar. Madah ini berbeda dari dialog pembukaan pada awal Qurbono. Bagaimanapun juga, kedua madah ini memiliki arti yang sama. Dalam penggunaan madah ini kami tidak membedakan antara Uskup dan Imam, walaupun di waktu lampau madah ini dikhususkan hanya bagi Uskup. Naik ke Altar diikuti dengan tindakan mencium bagian tengah Altar, karena Altar adalah simbol Kristus sendiri; menghormatinya berarti menghormati Kristus sendiri.
Orientasi Selebran di Altar
Menurut tradisi Maronite dan menurut kesaksian Patriarkh Duwaihy, Altar harus dipisahkan dari tembok panti imam, agar selebran dapat mengelilinginya. Arsitektur gereja yang tradisional mengharuskan Altar menghadap ke timur. Jadi merupakan kebiasaan dimana selebran menghadap timur dan konggregasi di belakangnya menghadap arah yang sama.
Bagaimanapun, karena alasan-alasan pastoral dan pemahaman Ekaristi yang lebih baik, sebagaimana Perjamuan Malam Terakhir, cara baru perayaan telah muncul dalam Gereja, yaitu selebran menghadap jemaat. Berkat hal ini, umat yang lebih terdidik mengenai Qurbono telah menunjukkan partisipasi yang lebih besar.
Pada tanggal 6 Juni 1992, Sinode Patriarkhal para Uskup telah mendekritkan kemungkinan untuk merayakan baik menghadap umat, atau bersama umat menghadap timur. Pengaturan akhir mengenai masalah ini diserahkan kepada hierarki lokal. Sejumlah besar gereja baru telah dibangun untuk mengakomodasi arahan baru ini, yang dalam pandangan kami, menampilkan suatu pembaruan yang sejalan dengan semangat Qurbono (sebagaimana kenangan akan Perjamuan Malam Terakhir), dan juga memenuhi tuntutan kehidupan pastoral masa kini.
Pemindahan Persembahan
Persembahan diserahkan atau dipindahkan dari tempat persiapan ke Altar. Mereka dibawa dalam prosesi yang disertai lilin, dupa, dan nyanyian madah tradisional yang populer: �Tuhan bertahta berpakaian kemuliaan.� Banyak makna dikenakan kepada ritus ini, yaitu: pemisahan antara dua bagian Qurbono, Sabda Allah dalam Kitab Suci dan Sabda Allah dalam Ekaristi; juga undangan kepada jemaat untuk mempersembahkan diri dan dikuduskan bersama roti dan anggur yang dipersembahkan untuk menjadi Tubuh dan Darah Kristus.
Penyerahan Persembahan
Selebran menerima persembahan-persembahan, lalu mengangkatnya dalam sikap mempersembahkan persembahan kepada Allah sambil mengucapkan salah satu doa Maronite tertua dalam ritus ini.
Penempatan Persembahan di Altar
Penempatan persembahan di Altar adalah suatu tindakan liturgis imami; tindakan ini menandakan pemisahan bahan-bahan persembahan sebagai penyerahan resmi di Altar Allah. Ritus konsekrasi dimulai pada bagian ini. Melanjutkan penempatan di Altar, selebran melakukan sejumlah pengenangan, terutama: pengenangan akan Kristus dan rencana keselamatan-Nya dan pengenangan akan orang-orang kudus, terutama pelindung gereja dan orang kudus yang pestanya sedang dirayakan. Kemudian dia mewartakan intensi umum dan khusus yang bagi mereka persembahan ini disampaikan. Persembahan diletakkan di tengah Altar di atas sepotong kayu atau marmer yang dikonsekrasi (disebut tablet), atau di atas sepotong kain yang dikonsekrasi (seperti corporale dalam Gereja Latin).
Pendupaan
Untuk pertama kalinya selebran mendupai Altar yang disiapkan untuk mengurbankan persembahan yang ditempatkan di atasnya. Pendupaan sebelumnya, dalam doa mohon belas kasihan (Hoosoyo) sewaktu Ibadat Sabda, dilakukan diluar konteks Altar dan persembahan. Pendupaan ini disertai dengan madah peringatan, madah pendupaan �Pencinta mereka yang bertobat, dan madah lain seperti Salatooke Ma�na (Semoga doamu menyertai kami), atau madah lainnya.
Anaphora
Anaphora adalah kata dalam bahasa yunani yang berarti �persembahan atau �qurbono�. Di sini berarti serangkaian doa dan tindakan syukur; anaphora dimulai dengan ritus damai, konsekrasi dan komuni sampai penutupan ibadat. Bagian kedua dari Qurbono sekarang disebut dengan nama anaphora. Menurut tradisi Syriac Maronite kita, ada bermacam-macam anaphora; anaphora itu dikenakan kepada Dua Belas Rasul, atau salah satu Rasul dan Pengarang Injil, atau salah satu Patriarkh, Bapa Pendahulu, atau Uskup yang ternama. Jumlah anaphora dalam seluruh tradisi Syriac berjumlah sekitar tujuh puluh buah.
Anaphora Syriac Barat
Ada dua model anaphora dalam tradisi Maronite kita; beberapa diantaranya menggunakan model Syriac Barat, seperti Anaphora Santo Yakobus dari Yerusalem, sementara yang lainnya menggunakan model Syriac Timur seperti Anaphora Sharar dan Anaphora Addai dan Mari dari Assyria Chaldea.
Dalam edisi-edisi Qurbono sebelumnya (kecuali �Ritus Sederhana� terbitan Bkerke tahun 1973), sebagai tambahan dari model yang sepenuhnya Barat juga ada beberapa doa dari Anaphora Sharar yang termasuk model Syriac Timur. Anaphora ini kemudian menjadi perpaduan antara model Barat dan Timur. Dalam teks Qurbono baru ini, kami menghapuskan duplikasi semacam itu. Kami menyusun anaphora hanya menurut model Syriac Barat saja tanpa doa-doa Anaphora Sharar Maronite Timur. Bagaimanapun, hal ini tidak berarti kami sepenuhnya mengabaikan Anaphora Sharar (lihat bawah).
Ada banyak anaphora-anaphora Syriac Barat yang digunakan oleh Gereja Maronite. Kami menemukan beberapa diantaranya dalam manuskrip-manuskrip Maronite, terutama dalam kompilasi anaphora-anaphora yang disiapkan oleh Patriarkh Duwaihy. Kompilasi ini memuat tiga puluh nama, beberapa diantaranya memiliki nama non-Maronite. Teksnya bervariasi dari satu manuskrip dengan yang lainnya. Bagaimanapun, beberapa anaphora ini benar-beanr berasal dari sebelum abad ke 10; mereka juga dipakai dalam sejumlah manuskrip dan edisi-edisi Buku Qurbono selanjutnya.
Sementara itu, untuk edisi Qurbono ini, kami hanya membatasi jumlahnya menjadi enam anaphora saja, kami berharap nantinya kami dapat melengkapinya sampai sekurangnya ada dua puluh empat anaphora. Enam anaphora yang dipilih saat ini seluruhnya berasal dari tradisi Maronite sebelum abad ke sepuluh. Berikut kami tampilkan daftarnya sebagaimana urutan dalam buku Qurbono:
Anaphora Dua Belas Rasul;
Anaphora Santo Petrus, Pemimpin Para Rasul (Ya Allah Kedamaian)
Anaphora Santo Yakobus, Saudara Tuhan;
Anaphora Santo Yohanes Rasul;
Anaphora Santo Markus Pengarang Injil;
Anaphora Sixtus, Paus Roma.
Anaphora-anaphora ini telah menjadi subyek dari sejumlah penelitian, yang beberapa diantaranya diterbitkan sebagai karya illmiah. Kami mengacu kepada teks anaphora hasil penelitian ilmiah, atau, jika belum ada hasil penelitian ilmiah semacam itu, kami mengacu kepada teks liturgis yang umum dipakai.
Anaphora Sharar Syriac Timur
Anaphora ini memiliki berbagai nama, seperti Anaphora Para Rasul, Anaphora Santo Petrus (ketiga), dan Anaphora Sharar (Sharar adalah kata Syriac pertama dari anaphora ini dan berarti �meneguhkan�). Sejumlah penelitian atas anaphora Syriac Timur ini menunjukkan keserupaan dengan Anaphora Addai dan Mari yang digunakan oleh Gereja-gereja Assyria Chaldea. Kedua anaphora ini mungkin memiliki asal yang sama dari Edessia sekitar abad ke 5.
Dalam ritus Maronite, Anaphora Sharar memiliki susunan internal yang sama dalam Qurbono dalam dalam ritus konsekrasi krisma (Myron) dan untuk konsekrasi air baptis pada malam Epifani. Tidak diragukan bahwa Gereja Maronite menggunakan Anaphora Sharar dalam Qurbono sebelum abad ke 16, edisi pertama Buku Qurbono menempatkan anaphora ini setelah anaphora-anaphora yang lainnya, sementara edisi ke 2 (1716) tidak lagi menggunakannya. Kemudian anaphora ini menjadi Qurbono Penandaan Piala, yang merupakan ritus komuni pada hari Jumat Agung.
Anaphora Sharar telah memiliki susunannya sendiri yang tidak begitu jelas atau mudah dipahami. Pada saat ini, anaphora ini tidak dapat digunakan, tetapi harus dipelajari dan diberi susunan yang baru terlebih dahulu. Komisi Liturgi Patriarkal telah melakukan tugas ini dengan tujuan membawa anaphora ini kembali ke kehidupan liturgis Gereja maronite, dan secepat mungkin mengoreksi dan menyusun Anaphora Sharar secara jelas. Dari sini tapak jelas bahwa Liturgi Maronite memiliki akar-akarnya juga pada sumber-sumber Syriac Timur. Kami tidak perlu menyatakan bahwa tugas ini cukup sulit, yaitu untuk menyusun kembali suatu anaphora yang selama beratus-ratus tahun tidak lagi digunakan, dan juga untuk mempersiapkan ritus serupa untuk konsekrasi krisma (Myron) dan air baptis. Sekarang ini kami menunda pekerjaan ini sampai beberapa waktu kedepan, insha Allah.
Enam Anaphora Qurbono Baru
Kami menggunakan enam anaphora, sebagaimana ditunjukkan di atas, dengan sejumlah variasi, terutama:
Kata-kata konsekrasi, yaitu narasi penetapan Ekaristi saat Perjamuan Malam Terakhir, aslinya teks ini bervariasi dari anaphora yang satu dengan yang lainnya. Bagaimanapun kami tidak dapat kembali kepada teks literal tiap anaphora, karena teks kata-kata konsekrasi dalam situasi ritus Maronite sekarang telah mengambil bentuk yang baru, dalam isi dan bentuknya. Maka, kami membatasi pilihan kami dari semua anaphora satu teks saja untuk kata-kata konsekrasi bagi semua anaphora. Kami mengambil teks dari Anaphora Dua Belas Rasul dan menambahkannya sedikit sentuhan jika hal itu dianggap perlu untuk melancarkan alur bahasa dan bentuknya, selain juga untuk mengakomodasi melodi musik.
Dalam buku Qurbono semua anaphora ini dicetak berdampingan dalam bahasa Syriac dan Arab. Kami menginginkan agar terjemahan Arab ini elegan dan indah, terutama dalam pengenangan-pengenangan.
Wednesday, October 14, 2009
Tata Perayaan Ekaristi Ritus Maronite: Qurbono (Part 4-Anafora dan Komuni)
Ritus Damai
Doksologi
Umat berdiri. Imam membuat tanda salib:
Imam: Kemuliaan kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.
Doa Damai
Imam: Allah yang kudus dan berbelas kasih, melalui Putera-Mu yang Tunggal, Engkau telah mempersiapkan perjamuan rohani ini untuk kami. Berkenanlah atas persembahan Kurban yang tak berdarah ini, dan berilah kami anugerah Roh Kudus-Mu. Jadikanlah kami layak untuk menyampaikan salam damai satu sama lain dengan hati yang murni dan cinta kasih ilahi. Kemudian kami akan memuji Engkau, Putera Tunggal-Mu, dan Roh Kudus-Mu yang menghidupkan, sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.
Salam Damai
Imam mencium Altar, menempatkan tangannya di atas persembahan, dan kemudian menyampaikan damai:
Imam: Damai bagimu, ya Altar Allah yang kudus. Damai atas misteri-misteri yang ditempatkan atasmu.
Ajakan Salam Damai
Diakon: Marilah kita saling menyampaikan salam damai kepada sesama kita, dengan cinta kasih dan kesetiaan yang menyenangkan Tuhan kita.
Umat saling menyampaikan salam damai dengan tangan terkatup.
Madah Damai
Selama salam damai semua menyanyikan:
Semua: Saudara-saudari, damai, cinta kasih, dan iman dari Allah Bapa dan dari Tuhan Yesus Kristus. Semoga Allah, sang Damai, bersama kamu semua. Amin.
Doa Penumpangan Tangan
Imam: Kami membungkuk di hadapan-Mu, ya Raja segala raja dan Tuhan segala tuhan, dan memohon kepada-Mu pandanglah kami dengan murah hati. Buatlah kami layak menghampiri Altar kudus-Mu dengan hati murni dan jiwa raga yang kudus, dan kami akan menyampaikan kemuliaan dan syukur bagi-Mu, sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.
Doa Selubung
Imam: Ya Tuhan, semoga damai-Mu, kasih sejati dan rahmat kekal dan ilahi bersama kami dan tinggal di tengah kami sepanjang hidup kami, dan kami akan memuliakan Engkau dan bersyukur kepada-Mu, sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.
DOA SYUKUR AGUNG
Dialog
Imam: Semoga cinta kasih Allah + Bapa, rahmat Putera-Nya yang + Tunggal, dan persatuan serta persekutuan Roh + Kudus bersamamu selamanya.
Umat: Dan bersama rohmu.
Imam: Marilah mengangkat hati, pikiran, dan kehendak kita kepada Allah.
Umat: Sudah kami angkat kepada-Mu, ya Allah.
Imam: Marilah bersyukur kepada Allah dengan takut akan Dia dan menyembah-Nya dengan kerendahan hati.
Umat: Sudah layak dan sepantasnya.
Pujian dan Syukur
Imam: Sungguh kemuliaan dan pujian layak bagi-Mu, karena Engkaulah kudus, ya Allah Bapa kami, dan Engkaulah sang pemberi hidup. Terpujilah Engkau bersama Putera-Mu yang Tunggal dan Roh Kudus-Mu yang menghidupkan. Kau dikelilingi oleh kerubim dan seraphim, yang dengan suara murni dan melodi surgawi, menyanyikan pujian dan mewartakan kemuliaan-Mu dengan bernyanyi kudus, kudus, kudus:
Umat: . Kudus, kudus, kuduslah Tuhan yang berbala tentara. Surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu yang besar. Hosanna di tempat tinggi. Terpujilah Dia yang telah datang dan akan datang dalam nama Tuhan. Hosanna di tempat tinggi.
Imam: .Kudus, kudus, kuduslah Engkau, ya Allah yang penuh belas kasih. Kuduslah Putera-Mu yang Tunggal Yesus Kristus, Tuhan dan Allah kami. Kuduslah Roh Kudus-Mu yang memberi hidup. Engkaulah sumber segala kekudusan dan berkat. Bagi keselamatan kami, Putera-Mu yang Tunggal mengambil daging dari Perawam Maria yang murni, Bunda Allah, dan dengan rencana keselamatan ilahi-Nya Ia menebus dan menyelamatkan kami.
Kisah Institusi
Kisah Institusi selalu dinyanyikan dalam bahasa Aram
Imam: Byow-mo how daq-dom ha-sho-dee-leh ma'-bed hy-eh
nsa-bel-lah-mo be-dow qa-dee-sho-to.
Ou-ba-rekh
ou-qa-desh
waq-so
ou-ya-bel-tal-mee-dow kad o-mar:
Sab a-khool meh-neh kul-khoon:
Ho-no den ee-tow faghro deel
dah-lo-fy-koun wah-lof sagee-yeh
meh-teq-seh ou-meh-tee-heb
lhoo-so-yo dhow-beh wal-ha-yeh dal-'o-lam 'olmeen.
[Pada hari sebelum sengsara-Nya yang menghidupkan, Yesus mengambil roti dengan tangan-Nya. Ia memberkati dan menguduskan-Nya lalu memecah-mecahkannya, memberikan-Nya kepada para murid-Nya sambil berkata: Terimalah dan makanlah, hai kamu semua, karena inilah Tubuh-Ku yang dipecahkan dan diserahkan bagimu dan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa dan kehidupan kekal.]
Umat: Amin.
Imam: Ho-kha-no 'al ko-so dam-zeegh wo
men ham-ro ou-men ma-yo
ba-rekh
ouqa-desh
ou-ya-be-tal-me-dow kad o-mar:
Sab esh-tow meh-neh kul-khoon:
Ho-no den ee-tow dmo deel
dee-ya-tee-qee hda-to
dah-lo-fy-koon wah-lof sa-gee-yeh
meh-teh-shed ou-meh-tee-heb
lhoo-so-yo dhow-beh wal-ha-yeh dal-o'-lam 'ol-meen.
[Kemudian Ia mengambil piala berisi anggur bercampur air, memberkati dan menguduskannya, lalu memberikannya kepada para murid-Nya sambil berkata: Terimalah dan minumlah, hai kamu semua, karena inilah Piala Darah-Ku, Darah Perjanjian Baru, yang ditumpahkan dan diserahkan bagimu dan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa dan kehidupan kekal.]
Umat: Amen.
Anamnesis
Imam: Setiap kali kamu makan Roti ini dan minum dari Piala ini, kamu mengenangkan Aku sampai Aku datang kembali.
Umat: Ya Tuhan, kami kenangkan wafat-Mu, kami memberi kesaksian atas kebangkitan-Mu, kami menantikan kedatangan-Mu kedua kali, kami memohon belas kasih-Mu dan pengampunan dosa kami. Semoga belas kasih-Mu turun atas kami.
Imam: Ya Allah, sang Pencinta semua manusia, kami hamba-hamba-Mu yang berdosa ini mengenangkan rencana keselamatan-Mu dan kami memohon agar Engkau berbelas kasih kepada kami. Kasihanilah mereka yang menyembah-Mu dan selamatkanlah para ahli waris-Mu saat Engkau datang di akhir zaman untuk mengganjar semua orang dengan adil menurut perbuatannya. Melalui Engkau Gereja-Mu memohon kepada Bapa-Mu dan berdoa:
Umat: Kasihanilah kami, ya Bapa yang mahakuasa, kasihanilah kami.
Imam: Ya Tuhan, kami para hamba-Mu yang berdosa dan malang ini menyadari rahmat yang telah kami terima dari-Mu dan bersyukur kepada-Mu untuk dan karena rahmat itu.
Umat: Kami memuji-Mu, mengagungkan-Mu, menyembah-Mu, kami mengaku dan memohon kepada-Mu: kasihanilah kami, ya Tuhan, dan dengarkanlah kami.
Seruan Kepada Roh Kudus (Epiklesis)
Diakon: Betapa agung saat ini, ya kekasihku. Roh Kudus akan turun dari surga dan menaungi persembahan ini, yang disiapkan untuk pengudusan kita. Marilah kita berdiri dan berdoa dan tiga kali menyerukan:
Imam: Kasihanilah kami, ya Tuhan, kasihanilah kami. Utuslah Roh-Mu yang menghidupkan dari surga untuk menaungi persembahan ini dan menjadikannya Tubuh dan Darah pemberi hidup untuk memurnikan dan menguduskan kami.
Imam berlutut dengan kedua kaki, merentangkan tangan dan menyanyikan dalam bahasa Aram (A) atau bahasa lokal (B):
A
Imam: `A-neen mor-yo; `A-neen mor-yo; `A-neen mor-yo.
Ou-nee-teh mor roo-hokh ha-yo ou-qa-dee-sho
ou-na-gen `a-lyn ou-`al qur-bo-no-hono.
Atau:
B
Imam: Dengarkanlah kami Tuhan, dengarkanlah kami Tuhan, dengarkanlah kami Tuhan. Curahkanlah Roh-Mu yang kudus dan menghidupkan menaungi kami dan persembahan kami.
Umat: Kyrie eleison, Kyrie eleison, Kyrie eleison.
Atau
Tuhan kasihanilah kami, Tuhan kasihanilah kami, Tuhan kasihanilah kami
Imam: Berkat naungan-Nya, Roh menjadikan roti ini + Tubuh Kristus Allah kami.
Umat: Amin.
Imam: Dan menjadikan campuran dalam piala ini + Darah Kristus Allah kami.
Umat: Amin.
Imam: Semoga Misteri suci ini menjadi pengampunan dosa kami, penyembuhan jiwa dan raga kami, dan menguatkan hati nurani kami, sehingga tak satupun dari umat beriman-Mu yang akan musnah. Sebaliknya, semoga kami hidup oleh Roh-Mu, menjalani hidup yang murni, dan memuliakan-Mu, sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.
Doa Syafaat
Semua duduk. Imam berdoa:
Imam: Ya Tuhan Allah, kami mempersembahkan Kurban Ilahi ini bagi Gereja-Mu, terutama bagi Bapa Suci Benediktus (nama Paus), Boutros Nasrallah Sfeir (nama Patriarkh), Patriarkh kami, dan �(nama Uskup) Uskup kami dan semua Uskup yang mengakui iman yang benar. Semoga mereka hidup tidak bercela agar dengan kemurnian dan kekudusan mereka dapat menggembalakan kawanan-Mu dan menyampaikan kepada-Mu suatu umat yang diperbarui dalam Roh dan berkenan bagi kemuliaan nama-Mu.
Umat: Tuhan kasihanilah kami.
Diakon: Ingatlah, ya Tuhan, kawanan-Mu, terutama mereka yang telah menyampaikan persembahan ini. Berilah pengampunan kepada mereka yang berkumpul di sini di hadapan-Mu, semoga kami selalu hidup tak bercela di hadirat-Mu, dan menyadari rahmat yang telah Kau curahkan atas kami. Karena Engkau baik dan berbelas kasih, dan kami berdoa kepada-Mu Tuhan.
Umat: Tuhan kasihanilah kami.
Diakon: Ingatlah, ya Tuhan, para pemimpin negara kami, yang menjaga umat-Mu, kawanan yang diselamatkan oleh nama-Mu. Dalam belas kasihan-Mu ampunilah mereka, bantulah mereka, dan utuslah malaikat-Mu untuk menjaga mereka. Supaya dalam damai, keselarasan, dan dengan penuh kepercayaan kami akan memuliakan, bersyukur dan berdoa kepada-Mu.
Umat: Tuhan kasihanilah kami.
Diakon: Ingatlah, ya Tuhan, semua orang yang berkenan kepada-Mu sejak awal mula, terutama Maria, Bunda Allah yang terberkati, para Rasul, Nabi, Martir, Pengaku Iman, Yohanes Pembaptis, Stefanus diakon pertama, Santo/a..(pelindung Paroki), santo/a�(yang dipestakan), dan semua yang seperti mereka yang dikenal karena kesempurnaan hidup mereka dan perbuatan-perbuatannya. Semoga kami diingat dalam doa-doa mereka dan menjadi layak untuk bersukacita bersama mereka dalam kerajaan-Mu dan kami berdoa kepada-Mu, ya Tuhan.
Umat: Tuhan kasihanilah kami.
Diakon: Ingatlah, ya Tuhan, akan para leluhur dan guru kami yang mengimani iman sejati dan menjaga kebenaran-Mu, dan yang telah menanggung derita karena Gereja-Mu. Biarlah kami memelihara kebenaran yang mereka imani dengan bibir kami, agar kami mengikuti jejak mereka, berjalan dalam kepolosan dan kesederhanaan dalam jalan-Mu yang adil.
Umat: Tuhan kasihanilah kami.
Diakon: Ingatlah, ya Tuhan, orang beriman yang telah meninggal dunia. Terimalah persembahan ini untuk mereka. Mereka telah menaruh kepercayaan kepada belas kasih dan pengampunan-Mu dan menantikan rahmat-Mu, berilah mereka istirahat di pangkuan Abraham, dan panggilan mereka menjadi tamu dalam kerajaan-Mu. Berilah juga kepada kami, kematian yang penuh damai, dan hapuskanlah pelanggaran kami, karena tak ada satupun di bumi yang tak berdosa kecuali Putera-Mu yang Tunggal, yang melalui Dia kami berharap, agar bersama mereka kami menerima pengampunan dosa.
Umat: Berilah mereka istirahat, ya Tuhan, dan ampunilah semua dosa dan kejatuhan kami: dosa-dosa yang kami lakukan dengan sadar dan tanpa sadar.
Imam: Bebaskanlah kami semua, ya Tuhan, dari sengatan dosa, ampunilah pelanggaran kami, dan dalam belas kasih-Mu tebuslah kami, agar nama-M yang suci dapat dimuliakan, dipuji, dan dihormati dalam kami, untuk kami, dan karena kamim dengan nama Yesus Kristus Tuhan kami, dan Roh Kudus-Mu yang menghidupkan, sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Sebagaimana telah terjadi, sekarang terjadi, dan selamanya akan terjadi. Amin.
RITUS KOMUNI
Berkat
Imam: . Semoga berkat Allah + Bapa, dan Penyelamat kita Yesus Kristus dan persekutuan Roh Kudus bersamamu.
Umat: Dan bersama rohmu.
Pemecahan Roti, Penandaan, Pencelupan, Pencampuran dan Pengangkatan
Umat menyanyikan nyanyian yang cocok atau korozooto hari yang bersangkutan.
Pemecahan Roti
Imam: Kami telah percaya, dan telah mempersembahkan, dan sekarang kami memateraikan + dan memecahkan persembahan ini, Roti Surgawi, Tubuh sang Sabda, yang adalah Allah yang hidup.
Pencelupan
Imam: Kami menandai Piala Keselamatan dan Syukur ini dengan abu pemurnian yang mengalir bersama misteri surgawi dalam nama +Bapa, untuk semua yang hidup; dalam nama Putera + Tunggal-Nya untuk semua yang berasal dari-Nya, dan seperti Dia, yang hidup bagi semua yang hidup; dalam nama Roh + Kudus, yang adalah awal, akhir, dan kesempurnaan segala yang telah ada, ada, dan aka nada di surga dan bumi: Allah yang satu-tak terpisah, sejati, benar, terpuji, dan tertinggi, yang dari-Nya datang hidup abadi.
Penandaan
Imam: Darah Tuhan kita Yesus Kristus dipercikan atas Tubuh-Nya yang suci, dalam nama + Bapa, dan + Putera, dan Roh + Kudus.
Pencampuran
Imam: Ya Tuhan, Engkau telah menyatukan keilahian-Mu dengan kemanusian kami dan kemanusiaan kami dengan kehidupan ilahi-Mu dengan kefanaan kami dan kefanaan kami dengan hidup-Mu. Kau telah mengambil apa yang menjadi milik kami, dan memberikan kepada kami apa yang menjadi milik-Mu, untuk hidup dan keselamatan jiwa kami.. Bagi-Mu, ya Tuhan, kemuliaan selama-lamanya.
Pengangkatan
Umat berdiri. Imam mengangkat patena dengan Roti atas Piala dan mengangkat keduanya, sambil diam-diam berdoa:
Imam: Ya Tuhan Engkaulah persembahan yang berkenan kepada Bapa, yang telah dipersembahkan untuk kami; Engkaulah kurban penghapus salah, yang mempersembahkan diri-Mu untuk kami kepada Bapa-Mu. Engkaulah Anak Domba Kurban,dan juga Imam yang mempersembahkan diri-Mu sendiri untuk kami. Semoga doa-doa kami menjadi seperti dupa di mata-Mu seperti kami mempersembahkan-Nya melalui Engkau dan bersama Engkau kepada Bapa-Mu.
Bapa Kami
Imam: Allah yang maha pengasih dan pengampun, yang kami hormati diatas segalanya, berilah kami kemurnian dan kekudusan untuk berkata:
Imam dan umat merentangkan tangan dan berdoa:
SEMUA: Bapa kami, yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu..etc
Imam: Ya Tuhan, Pencinta segala sesuatu, jangan tinggalkan kami, jangan biarkan kami jatuh dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari si jahat dan jalannya yang menyesatkan, karena Kerajaan adalah milik-Mu, milik Putera Tunggal-Mu, dan milik Roh Kudus-Mu yang menghidupkan, sekarang dan selama-lamanya
Umat: Amin.
Ritus Tobat
Imam: Damai bersamamu.
Umat: Dan bersama rohmu.
Diakon: Tundukanlah kepalamu di hadapan Allah yang berbelas kasih, di hadapan Altar pengampunan-Nya, dan di hadapan Tubuh dan Darah Penyelamat kita, yang memberikan hidup kepada mereka yang ambil bagian dalam Dia, dan terimlahan berkat Tuhan.
Imam: Ya Tuhan, berkatilah umat-Mu yang tunduk di hadapan-Mu. Selamatkanlah kami dari segala bencana dan buatlah kami layak ambil bagian dalam Misteri Ilahi ini dengan kemurnian dan kekudusan, agar melaluinya kami diampuni dan dikuduskan. Dan kami akan memuliakan Dikau, sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.
Imam: Semoga rahmat Tritunggal + Mahakudus yang kekal dan setara dalam hakekat, bersamamu saudara dan saudariku.
Umat: Dan bersama rohmu.
Diakon: Marilah kita memandang Allah dengan kagum dan hormat dan memohon kepada-Nya belas kasih dan pengampunan.
Ajakan Komuni
Imam: Yang Kudus bagi yang kudus, dengan kesempurnaan, kemurnian dan kekudusan.
Umat: Satu Bapa yang Kudus, Satu Putera Tunggal, Satu Roh Kudus. Terpujilah nama Tuhan Dialah Yang Satu di surga dan bumi. Kemuliaan bagi Allah selama-lamanya.
Imam dan umat bersiap menerima Komuni. Semua merentangkan tangan dan berdoa:
SEMUA: Jadikanlah kami ya Tuhan Allah, untuk menguduskan tubuh kami dengan Tubuh Suci-Mu dan untuk memurnikan jiwa kami dengan Darah Pengampunan-Mu. Semoga Komuni kami menjadi pengampunan dosa kami dan mendatangkan hidup abadi.
Komuni Imam
Umat menyanyikan salah satu madah ini:
Melalui Kebangkitan Kristus Imam: Melalui Kebangkitan Kristus sang Raja, dengan iman yang benar, marilah memohon pengampunan dosa bagi jiwa kita. Marilah kita semua mewartakan Putera yang menebus kita dengan salib-Nya: �Terpujilah Juruselamat: Kuduslah Engkau, Kuduslah Engkau, Kuduslah Engkau.� Semoga kenangan akan Bunda Kristus, Para Kudus, dan semua orang beriman yang telah wafat, dihormati di seluruh dunia. Alleluia!
ATAU:
Bala tentara surga berdiri bersama kita di tempat kudus. Dalam perarakan mereka membawa Tubuh dan Darah Putera Allah, yang disembelih untuk kita. Marilah kita menghampiri Dia dan menerima-Nya untuk pengampunan dosa dan kesalahan kita. Alleluia! Semoga orang tua kami, saudara dan saudari, dan guru-guru yang kami kenangkan di Altar-Mu, ya Tuhan. Dapat berdiri di sisi kanan-Mu pada hari penghakiman, ya Kristus sang Raja, Alleluia! Terpujilah Tuhan yang memberi Tubuh dan Darah-Nya yang menghidupkan agar kami menemukan pengampunan didalamnya. Pujilah dan tinggikanlah Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Kemuliaan bagi-Nya selama-lamanya. Alleluia!
Sementara umat bernyanyi imam menyantap Tubuh Tuhan dengan diam-diam berdoa:
Imam: Tubuh Tuhan kita Yesus Kristus diberikan kepadaku untuk pengampunan dosa-dosaku dan untuk hidup kekal.
Imam meminum Darah Tuhan dengan diam-diam berdoa:
Imam: Darah Tuhan kita Yesus Kristus diberikan kepadaku untuk pengampunan dosa-dosaku dan untuk hidup kekal.
Para konselebran menyambut Komuni, dengan makan dan minum sendiri.
Komuni Umat
Sebelum Komuni dibagikan Imam mengangkat Patena dan semua bernyanyi:
Tuhan kita berkata: �Akulah Roti hidup. Siapapun yang memakan Aku dengan iman memiliki hidup.�
Imam: Inilah Piala yang disiapkan Tuhan kita di salib. Datanglah kalian, yang fana, dan minumlah untuk pengampunan dosa.
Umat: Gereja mewartakan: �Datanglah, ya saudara dan saudari, ambilah Tubuh Putera, minumlah Darah-Nya dalam iman dan nyanyikanlah kemuliaan-Nya.
Ayat berikut juga dapat dinyanyikan:
Gereja mewartakan: �Kudus, kudus, kuduslah Engkau Tuhan; terpujilah Dia yang memberikan Tubuh dan Darah-Nya untuk keselamatanku.� Alleluia! Alleluia! Kemuliaan bagi Kristus, karena Dia memberikan Tubuh dan Darah-Nya yang menghidupkan untuk keselamatan kita. Semoga persembahan ini menolong kita di hari penghakiman, saat kita berdiri di hadapan Tahta Allah yang mengagumkan. Alleluia! Alleluia! Kemuliaan bagi Kristus, karena dari Piala-Nya Bunda Gereja dan putera-puterinya minum, dan menyanyikan pujian bagi-Nya.
Imam membagikan Komuni kepada para Diakon, sub-Diakon (Putera Altar) dan umat dengan mengatakan:
Imam: Tubuh dan Darah Tuhan kita Yesus Kristus diberikan kepadamu untuk pengampunan dosa dan kehidupan kekal.
Selama Komuni dinyanyikan Roti kehidupan atau Bapa Kebenaran atau madah dan mazmur yang cocok untuk Komuni. Juga dapat dinyanyikan madah tradisional Syria untuk mengenang orang yang telah meninggal:
Ya Tuhan yang berbelas kasih, terimalah persembahan ini dari para penyembah-Mu. Dalam kebaikan-Mu, berilah pengampunan bagi orang beriman yang sudah wafat. Pandanglah persembahan yang telah dipersembahkan dan jiwa yang telah ditebus. Berilah istirahat bagi jiwa yang untuknya Kurban ini dipersembahkan. Semoga persembahan ini, yang dipersembahkan oleh yang hidup untuk yang mati, memperoleh belas kasih bagi jiwa mereka dan pengampunan untuk kesalahan mereka. Semoga Tuhan, yang menghidupkan Lazarus dan anak si janda, merecikan belas kasih-Nya atas orang beriman yang telah meninggal. Ya Tuhan kami merayakan kenangan atas mereka yang untuknya Kurban ini kami persembahkan bersama Abraham, Ishak dan Yakub. Ya Raja Surgawi, terimalah persembahan hamba-Mu, dan rayakanlah kenangan mereka dalam Yerusalem surgawi-Mu. Di Yerusalem yang di atas, dan dalam Gereja di bumi juga, semoga mereka berada dalam kenangan terhormat pada Altar-Mu di surga. Ya Anak Domba Allah, ya Gembala yang mati untuk kawanan-Nya: dalam kebaikan-Mu, berilah istirahat kepada orang beriman yang telah meninggal. Jiwaku menantikan Tubuh-Mu, walaupun aku takut mendekat, karena aku gemetar karena dosa-dosaku. Dalam kebaikan-Mu Tuhan, berilah aku pengampunan. Semoga Tubuh dan Darah-Mu yang kami sambut menjadikan kami, pengantin-Mu, dan menjadikan kami dengan selamat melintas dari kegelapan kepada terang. Semoga makhluk surgawi bersukacita dan yang fana berharap, karena persembahan dari yang hidup untuk yang mati.
Pemberkatan Dengan Misteri
Sesudah Komuni Imam memberkati umat dengan Tubuh dan Darah Tuhan:
Imam: selalu memuliakan dan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, karena Engkau memberikan kepada kami Tubuh-Mu untuk dimakan dan Darah-Mu untuk diminum. Ya Pencinta segalanya, kasihanilah kami.
Umat: Ya Pencinta segala, kasihanilah kami.
Ucapan Syukur
Sementara imam membersihkan Patena dan Piala, umat duduk dan menyanyikan madah syukur misalnya: Ya Tuhan aku telah menyantap Tubuh-Mu, atau Mazmur 134. Dan sambil membersihkan Imam berdoa:
Imam: Kami bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan Allah, dan kami mohon agar Komuni Ilahi ini menjadi pengampunan dosa, dan kemuliaan bagi nama-Mu yang kudus, dan bagi Putera-Mu yang Tunggal, dan bagi Roh Kudus-Mu, sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.
Berkat Dan Pengutusan
Imam: Damai bersamamu.
Umat: Dan bersama rohmu.
Imam menumpangkan tangan kanannya atas umat dan menyanyikan:
Imam: Ya Tuhan Penyelamat kami, Engkau telah menjadi daging dan mengurbankan diri-Mu untuk kami Engkau telah menyelamatkan kami. Tebuslah kami sekarang dari hukuman abadi, jadikan kami Bait bagi nama-Mu yang kudus, karena kami adalah umat-Mu dan ahli waris-Mu. Bagi-Mu, Kristus, dan bagi Bapa-Mu, dan bagi Roh Kudus-Mu, kemuliaan, hormat, dan kuasa, sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.
Umat berdiri dan Imam melanjutkan:
Imam: Pergilah dalam damai, saudara-saudari terkasih, dengan ditemani oleh kekuatan dan rahmat yang kalian terima dari Altar pengampunan Tuhan. Semoga berkat dari Tritunggal Mahakudus tetap bersamamu: + Bapa dan + Putera dan Roh + Kudus, Allah yang Satu, bagi-Nya lah kemuliaan sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.
Imam mencium Altar dan diam-diam berdoa:
Imam: Tinggalah dalam damai, ya Altar Allah yang kudus, aku berharap dapat kembali kepadamu dengan damai. Semoga persembahan yang kuterima darimu mengampuni dosa-dosaku dan mempersiapkan aku berdiri tak bercela di hadapan Tahta Kristus. Aku tidak tahu apakah aku akan dapat kembali kepadamu lagi untuk mempersembahkan Kurban ini. Jagalah aku, ya Tuhan, dan lindungilah Gereja Kudus-Mu, semoga ia menjadi jalan keselamatan dan cahaya dunia. Amin.
Imam dan para pelayan meninggalkan panti imam dan tempat ibadat.
Doksologi
Umat berdiri. Imam membuat tanda salib:
Imam: Kemuliaan kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.
Doa Damai
Imam: Allah yang kudus dan berbelas kasih, melalui Putera-Mu yang Tunggal, Engkau telah mempersiapkan perjamuan rohani ini untuk kami. Berkenanlah atas persembahan Kurban yang tak berdarah ini, dan berilah kami anugerah Roh Kudus-Mu. Jadikanlah kami layak untuk menyampaikan salam damai satu sama lain dengan hati yang murni dan cinta kasih ilahi. Kemudian kami akan memuji Engkau, Putera Tunggal-Mu, dan Roh Kudus-Mu yang menghidupkan, sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.
Salam Damai
Imam mencium Altar, menempatkan tangannya di atas persembahan, dan kemudian menyampaikan damai:
Imam: Damai bagimu, ya Altar Allah yang kudus. Damai atas misteri-misteri yang ditempatkan atasmu.
Ajakan Salam Damai
Diakon: Marilah kita saling menyampaikan salam damai kepada sesama kita, dengan cinta kasih dan kesetiaan yang menyenangkan Tuhan kita.
Umat saling menyampaikan salam damai dengan tangan terkatup.
Madah Damai
Selama salam damai semua menyanyikan:
Semua: Saudara-saudari, damai, cinta kasih, dan iman dari Allah Bapa dan dari Tuhan Yesus Kristus. Semoga Allah, sang Damai, bersama kamu semua. Amin.
Doa Penumpangan Tangan
Imam: Kami membungkuk di hadapan-Mu, ya Raja segala raja dan Tuhan segala tuhan, dan memohon kepada-Mu pandanglah kami dengan murah hati. Buatlah kami layak menghampiri Altar kudus-Mu dengan hati murni dan jiwa raga yang kudus, dan kami akan menyampaikan kemuliaan dan syukur bagi-Mu, sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.
Doa Selubung
Imam: Ya Tuhan, semoga damai-Mu, kasih sejati dan rahmat kekal dan ilahi bersama kami dan tinggal di tengah kami sepanjang hidup kami, dan kami akan memuliakan Engkau dan bersyukur kepada-Mu, sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.
DOA SYUKUR AGUNG
Dialog
Imam: Semoga cinta kasih Allah + Bapa, rahmat Putera-Nya yang + Tunggal, dan persatuan serta persekutuan Roh + Kudus bersamamu selamanya.
Umat: Dan bersama rohmu.
Imam: Marilah mengangkat hati, pikiran, dan kehendak kita kepada Allah.
Umat: Sudah kami angkat kepada-Mu, ya Allah.
Imam: Marilah bersyukur kepada Allah dengan takut akan Dia dan menyembah-Nya dengan kerendahan hati.
Umat: Sudah layak dan sepantasnya.
Pujian dan Syukur
Imam: Sungguh kemuliaan dan pujian layak bagi-Mu, karena Engkaulah kudus, ya Allah Bapa kami, dan Engkaulah sang pemberi hidup. Terpujilah Engkau bersama Putera-Mu yang Tunggal dan Roh Kudus-Mu yang menghidupkan. Kau dikelilingi oleh kerubim dan seraphim, yang dengan suara murni dan melodi surgawi, menyanyikan pujian dan mewartakan kemuliaan-Mu dengan bernyanyi kudus, kudus, kudus:
Umat: . Kudus, kudus, kuduslah Tuhan yang berbala tentara. Surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu yang besar. Hosanna di tempat tinggi. Terpujilah Dia yang telah datang dan akan datang dalam nama Tuhan. Hosanna di tempat tinggi.
Imam: .Kudus, kudus, kuduslah Engkau, ya Allah yang penuh belas kasih. Kuduslah Putera-Mu yang Tunggal Yesus Kristus, Tuhan dan Allah kami. Kuduslah Roh Kudus-Mu yang memberi hidup. Engkaulah sumber segala kekudusan dan berkat. Bagi keselamatan kami, Putera-Mu yang Tunggal mengambil daging dari Perawam Maria yang murni, Bunda Allah, dan dengan rencana keselamatan ilahi-Nya Ia menebus dan menyelamatkan kami.
Kisah Institusi
Kisah Institusi selalu dinyanyikan dalam bahasa Aram
Imam: Byow-mo how daq-dom ha-sho-dee-leh ma'-bed hy-eh
nsa-bel-lah-mo be-dow qa-dee-sho-to.
Ou-ba-rekh
ou-qa-desh
waq-so
ou-ya-bel-tal-mee-dow kad o-mar:
Sab a-khool meh-neh kul-khoon:
Ho-no den ee-tow faghro deel
dah-lo-fy-koun wah-lof sagee-yeh
meh-teq-seh ou-meh-tee-heb
lhoo-so-yo dhow-beh wal-ha-yeh dal-'o-lam 'olmeen.
[Pada hari sebelum sengsara-Nya yang menghidupkan, Yesus mengambil roti dengan tangan-Nya. Ia memberkati dan menguduskan-Nya lalu memecah-mecahkannya, memberikan-Nya kepada para murid-Nya sambil berkata: Terimalah dan makanlah, hai kamu semua, karena inilah Tubuh-Ku yang dipecahkan dan diserahkan bagimu dan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa dan kehidupan kekal.]
Umat: Amin.
Imam: Ho-kha-no 'al ko-so dam-zeegh wo
men ham-ro ou-men ma-yo
ba-rekh
ouqa-desh
ou-ya-be-tal-me-dow kad o-mar:
Sab esh-tow meh-neh kul-khoon:
Ho-no den ee-tow dmo deel
dee-ya-tee-qee hda-to
dah-lo-fy-koon wah-lof sa-gee-yeh
meh-teh-shed ou-meh-tee-heb
lhoo-so-yo dhow-beh wal-ha-yeh dal-o'-lam 'ol-meen.
[Kemudian Ia mengambil piala berisi anggur bercampur air, memberkati dan menguduskannya, lalu memberikannya kepada para murid-Nya sambil berkata: Terimalah dan minumlah, hai kamu semua, karena inilah Piala Darah-Ku, Darah Perjanjian Baru, yang ditumpahkan dan diserahkan bagimu dan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa dan kehidupan kekal.]
Umat: Amen.
Anamnesis
Imam: Setiap kali kamu makan Roti ini dan minum dari Piala ini, kamu mengenangkan Aku sampai Aku datang kembali.
Umat: Ya Tuhan, kami kenangkan wafat-Mu, kami memberi kesaksian atas kebangkitan-Mu, kami menantikan kedatangan-Mu kedua kali, kami memohon belas kasih-Mu dan pengampunan dosa kami. Semoga belas kasih-Mu turun atas kami.
Imam: Ya Allah, sang Pencinta semua manusia, kami hamba-hamba-Mu yang berdosa ini mengenangkan rencana keselamatan-Mu dan kami memohon agar Engkau berbelas kasih kepada kami. Kasihanilah mereka yang menyembah-Mu dan selamatkanlah para ahli waris-Mu saat Engkau datang di akhir zaman untuk mengganjar semua orang dengan adil menurut perbuatannya. Melalui Engkau Gereja-Mu memohon kepada Bapa-Mu dan berdoa:
Umat: Kasihanilah kami, ya Bapa yang mahakuasa, kasihanilah kami.
Imam: Ya Tuhan, kami para hamba-Mu yang berdosa dan malang ini menyadari rahmat yang telah kami terima dari-Mu dan bersyukur kepada-Mu untuk dan karena rahmat itu.
Umat: Kami memuji-Mu, mengagungkan-Mu, menyembah-Mu, kami mengaku dan memohon kepada-Mu: kasihanilah kami, ya Tuhan, dan dengarkanlah kami.
Seruan Kepada Roh Kudus (Epiklesis)
Diakon: Betapa agung saat ini, ya kekasihku. Roh Kudus akan turun dari surga dan menaungi persembahan ini, yang disiapkan untuk pengudusan kita. Marilah kita berdiri dan berdoa dan tiga kali menyerukan:
Imam: Kasihanilah kami, ya Tuhan, kasihanilah kami. Utuslah Roh-Mu yang menghidupkan dari surga untuk menaungi persembahan ini dan menjadikannya Tubuh dan Darah pemberi hidup untuk memurnikan dan menguduskan kami.
Imam berlutut dengan kedua kaki, merentangkan tangan dan menyanyikan dalam bahasa Aram (A) atau bahasa lokal (B):
A
Imam: `A-neen mor-yo; `A-neen mor-yo; `A-neen mor-yo.
Ou-nee-teh mor roo-hokh ha-yo ou-qa-dee-sho
ou-na-gen `a-lyn ou-`al qur-bo-no-hono.
Atau:
B
Imam: Dengarkanlah kami Tuhan, dengarkanlah kami Tuhan, dengarkanlah kami Tuhan. Curahkanlah Roh-Mu yang kudus dan menghidupkan menaungi kami dan persembahan kami.
Umat: Kyrie eleison, Kyrie eleison, Kyrie eleison.
Atau
Tuhan kasihanilah kami, Tuhan kasihanilah kami, Tuhan kasihanilah kami
Imam: Berkat naungan-Nya, Roh menjadikan roti ini + Tubuh Kristus Allah kami.
Umat: Amin.
Imam: Dan menjadikan campuran dalam piala ini + Darah Kristus Allah kami.
Umat: Amin.
Imam: Semoga Misteri suci ini menjadi pengampunan dosa kami, penyembuhan jiwa dan raga kami, dan menguatkan hati nurani kami, sehingga tak satupun dari umat beriman-Mu yang akan musnah. Sebaliknya, semoga kami hidup oleh Roh-Mu, menjalani hidup yang murni, dan memuliakan-Mu, sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.
Doa Syafaat
Semua duduk. Imam berdoa:
Imam: Ya Tuhan Allah, kami mempersembahkan Kurban Ilahi ini bagi Gereja-Mu, terutama bagi Bapa Suci Benediktus (nama Paus), Boutros Nasrallah Sfeir (nama Patriarkh), Patriarkh kami, dan �(nama Uskup) Uskup kami dan semua Uskup yang mengakui iman yang benar. Semoga mereka hidup tidak bercela agar dengan kemurnian dan kekudusan mereka dapat menggembalakan kawanan-Mu dan menyampaikan kepada-Mu suatu umat yang diperbarui dalam Roh dan berkenan bagi kemuliaan nama-Mu.
Umat: Tuhan kasihanilah kami.
Diakon: Ingatlah, ya Tuhan, kawanan-Mu, terutama mereka yang telah menyampaikan persembahan ini. Berilah pengampunan kepada mereka yang berkumpul di sini di hadapan-Mu, semoga kami selalu hidup tak bercela di hadirat-Mu, dan menyadari rahmat yang telah Kau curahkan atas kami. Karena Engkau baik dan berbelas kasih, dan kami berdoa kepada-Mu Tuhan.
Umat: Tuhan kasihanilah kami.
Diakon: Ingatlah, ya Tuhan, para pemimpin negara kami, yang menjaga umat-Mu, kawanan yang diselamatkan oleh nama-Mu. Dalam belas kasihan-Mu ampunilah mereka, bantulah mereka, dan utuslah malaikat-Mu untuk menjaga mereka. Supaya dalam damai, keselarasan, dan dengan penuh kepercayaan kami akan memuliakan, bersyukur dan berdoa kepada-Mu.
Umat: Tuhan kasihanilah kami.
Diakon: Ingatlah, ya Tuhan, semua orang yang berkenan kepada-Mu sejak awal mula, terutama Maria, Bunda Allah yang terberkati, para Rasul, Nabi, Martir, Pengaku Iman, Yohanes Pembaptis, Stefanus diakon pertama, Santo/a..(pelindung Paroki), santo/a�(yang dipestakan), dan semua yang seperti mereka yang dikenal karena kesempurnaan hidup mereka dan perbuatan-perbuatannya. Semoga kami diingat dalam doa-doa mereka dan menjadi layak untuk bersukacita bersama mereka dalam kerajaan-Mu dan kami berdoa kepada-Mu, ya Tuhan.
Umat: Tuhan kasihanilah kami.
Diakon: Ingatlah, ya Tuhan, akan para leluhur dan guru kami yang mengimani iman sejati dan menjaga kebenaran-Mu, dan yang telah menanggung derita karena Gereja-Mu. Biarlah kami memelihara kebenaran yang mereka imani dengan bibir kami, agar kami mengikuti jejak mereka, berjalan dalam kepolosan dan kesederhanaan dalam jalan-Mu yang adil.
Umat: Tuhan kasihanilah kami.
Diakon: Ingatlah, ya Tuhan, orang beriman yang telah meninggal dunia. Terimalah persembahan ini untuk mereka. Mereka telah menaruh kepercayaan kepada belas kasih dan pengampunan-Mu dan menantikan rahmat-Mu, berilah mereka istirahat di pangkuan Abraham, dan panggilan mereka menjadi tamu dalam kerajaan-Mu. Berilah juga kepada kami, kematian yang penuh damai, dan hapuskanlah pelanggaran kami, karena tak ada satupun di bumi yang tak berdosa kecuali Putera-Mu yang Tunggal, yang melalui Dia kami berharap, agar bersama mereka kami menerima pengampunan dosa.
Umat: Berilah mereka istirahat, ya Tuhan, dan ampunilah semua dosa dan kejatuhan kami: dosa-dosa yang kami lakukan dengan sadar dan tanpa sadar.
Imam: Bebaskanlah kami semua, ya Tuhan, dari sengatan dosa, ampunilah pelanggaran kami, dan dalam belas kasih-Mu tebuslah kami, agar nama-M yang suci dapat dimuliakan, dipuji, dan dihormati dalam kami, untuk kami, dan karena kamim dengan nama Yesus Kristus Tuhan kami, dan Roh Kudus-Mu yang menghidupkan, sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Sebagaimana telah terjadi, sekarang terjadi, dan selamanya akan terjadi. Amin.
RITUS KOMUNI
Berkat
Imam: . Semoga berkat Allah + Bapa, dan Penyelamat kita Yesus Kristus dan persekutuan Roh Kudus bersamamu.
Umat: Dan bersama rohmu.
Pemecahan Roti, Penandaan, Pencelupan, Pencampuran dan Pengangkatan
Umat menyanyikan nyanyian yang cocok atau korozooto hari yang bersangkutan.
Pemecahan Roti
Imam: Kami telah percaya, dan telah mempersembahkan, dan sekarang kami memateraikan + dan memecahkan persembahan ini, Roti Surgawi, Tubuh sang Sabda, yang adalah Allah yang hidup.
Pencelupan
Imam: Kami menandai Piala Keselamatan dan Syukur ini dengan abu pemurnian yang mengalir bersama misteri surgawi dalam nama +Bapa, untuk semua yang hidup; dalam nama Putera + Tunggal-Nya untuk semua yang berasal dari-Nya, dan seperti Dia, yang hidup bagi semua yang hidup; dalam nama Roh + Kudus, yang adalah awal, akhir, dan kesempurnaan segala yang telah ada, ada, dan aka nada di surga dan bumi: Allah yang satu-tak terpisah, sejati, benar, terpuji, dan tertinggi, yang dari-Nya datang hidup abadi.
Penandaan
Imam: Darah Tuhan kita Yesus Kristus dipercikan atas Tubuh-Nya yang suci, dalam nama + Bapa, dan + Putera, dan Roh + Kudus.
Pencampuran
Imam: Ya Tuhan, Engkau telah menyatukan keilahian-Mu dengan kemanusian kami dan kemanusiaan kami dengan kehidupan ilahi-Mu dengan kefanaan kami dan kefanaan kami dengan hidup-Mu. Kau telah mengambil apa yang menjadi milik kami, dan memberikan kepada kami apa yang menjadi milik-Mu, untuk hidup dan keselamatan jiwa kami.. Bagi-Mu, ya Tuhan, kemuliaan selama-lamanya.
Pengangkatan
Umat berdiri. Imam mengangkat patena dengan Roti atas Piala dan mengangkat keduanya, sambil diam-diam berdoa:
Imam: Ya Tuhan Engkaulah persembahan yang berkenan kepada Bapa, yang telah dipersembahkan untuk kami; Engkaulah kurban penghapus salah, yang mempersembahkan diri-Mu untuk kami kepada Bapa-Mu. Engkaulah Anak Domba Kurban,dan juga Imam yang mempersembahkan diri-Mu sendiri untuk kami. Semoga doa-doa kami menjadi seperti dupa di mata-Mu seperti kami mempersembahkan-Nya melalui Engkau dan bersama Engkau kepada Bapa-Mu.
Bapa Kami
Imam: Allah yang maha pengasih dan pengampun, yang kami hormati diatas segalanya, berilah kami kemurnian dan kekudusan untuk berkata:
Imam dan umat merentangkan tangan dan berdoa:
SEMUA: Bapa kami, yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu..etc
Imam: Ya Tuhan, Pencinta segala sesuatu, jangan tinggalkan kami, jangan biarkan kami jatuh dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari si jahat dan jalannya yang menyesatkan, karena Kerajaan adalah milik-Mu, milik Putera Tunggal-Mu, dan milik Roh Kudus-Mu yang menghidupkan, sekarang dan selama-lamanya
Umat: Amin.
Ritus Tobat
Imam: Damai bersamamu.
Umat: Dan bersama rohmu.
Diakon: Tundukanlah kepalamu di hadapan Allah yang berbelas kasih, di hadapan Altar pengampunan-Nya, dan di hadapan Tubuh dan Darah Penyelamat kita, yang memberikan hidup kepada mereka yang ambil bagian dalam Dia, dan terimlahan berkat Tuhan.
Imam: Ya Tuhan, berkatilah umat-Mu yang tunduk di hadapan-Mu. Selamatkanlah kami dari segala bencana dan buatlah kami layak ambil bagian dalam Misteri Ilahi ini dengan kemurnian dan kekudusan, agar melaluinya kami diampuni dan dikuduskan. Dan kami akan memuliakan Dikau, sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.
Imam: Semoga rahmat Tritunggal + Mahakudus yang kekal dan setara dalam hakekat, bersamamu saudara dan saudariku.
Umat: Dan bersama rohmu.
Diakon: Marilah kita memandang Allah dengan kagum dan hormat dan memohon kepada-Nya belas kasih dan pengampunan.
Ajakan Komuni
Imam: Yang Kudus bagi yang kudus, dengan kesempurnaan, kemurnian dan kekudusan.
Umat: Satu Bapa yang Kudus, Satu Putera Tunggal, Satu Roh Kudus. Terpujilah nama Tuhan Dialah Yang Satu di surga dan bumi. Kemuliaan bagi Allah selama-lamanya.
Imam dan umat bersiap menerima Komuni. Semua merentangkan tangan dan berdoa:
SEMUA: Jadikanlah kami ya Tuhan Allah, untuk menguduskan tubuh kami dengan Tubuh Suci-Mu dan untuk memurnikan jiwa kami dengan Darah Pengampunan-Mu. Semoga Komuni kami menjadi pengampunan dosa kami dan mendatangkan hidup abadi.
Komuni Imam
Umat menyanyikan salah satu madah ini:
Melalui Kebangkitan Kristus Imam: Melalui Kebangkitan Kristus sang Raja, dengan iman yang benar, marilah memohon pengampunan dosa bagi jiwa kita. Marilah kita semua mewartakan Putera yang menebus kita dengan salib-Nya: �Terpujilah Juruselamat: Kuduslah Engkau, Kuduslah Engkau, Kuduslah Engkau.� Semoga kenangan akan Bunda Kristus, Para Kudus, dan semua orang beriman yang telah wafat, dihormati di seluruh dunia. Alleluia!
ATAU:
Bala tentara surga berdiri bersama kita di tempat kudus. Dalam perarakan mereka membawa Tubuh dan Darah Putera Allah, yang disembelih untuk kita. Marilah kita menghampiri Dia dan menerima-Nya untuk pengampunan dosa dan kesalahan kita. Alleluia! Semoga orang tua kami, saudara dan saudari, dan guru-guru yang kami kenangkan di Altar-Mu, ya Tuhan. Dapat berdiri di sisi kanan-Mu pada hari penghakiman, ya Kristus sang Raja, Alleluia! Terpujilah Tuhan yang memberi Tubuh dan Darah-Nya yang menghidupkan agar kami menemukan pengampunan didalamnya. Pujilah dan tinggikanlah Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Kemuliaan bagi-Nya selama-lamanya. Alleluia!
Sementara umat bernyanyi imam menyantap Tubuh Tuhan dengan diam-diam berdoa:
Imam: Tubuh Tuhan kita Yesus Kristus diberikan kepadaku untuk pengampunan dosa-dosaku dan untuk hidup kekal.
Imam meminum Darah Tuhan dengan diam-diam berdoa:
Imam: Darah Tuhan kita Yesus Kristus diberikan kepadaku untuk pengampunan dosa-dosaku dan untuk hidup kekal.
Para konselebran menyambut Komuni, dengan makan dan minum sendiri.
Komuni Umat
Sebelum Komuni dibagikan Imam mengangkat Patena dan semua bernyanyi:
Tuhan kita berkata: �Akulah Roti hidup. Siapapun yang memakan Aku dengan iman memiliki hidup.�
Imam: Inilah Piala yang disiapkan Tuhan kita di salib. Datanglah kalian, yang fana, dan minumlah untuk pengampunan dosa.
Umat: Gereja mewartakan: �Datanglah, ya saudara dan saudari, ambilah Tubuh Putera, minumlah Darah-Nya dalam iman dan nyanyikanlah kemuliaan-Nya.
Ayat berikut juga dapat dinyanyikan:
Gereja mewartakan: �Kudus, kudus, kuduslah Engkau Tuhan; terpujilah Dia yang memberikan Tubuh dan Darah-Nya untuk keselamatanku.� Alleluia! Alleluia! Kemuliaan bagi Kristus, karena Dia memberikan Tubuh dan Darah-Nya yang menghidupkan untuk keselamatan kita. Semoga persembahan ini menolong kita di hari penghakiman, saat kita berdiri di hadapan Tahta Allah yang mengagumkan. Alleluia! Alleluia! Kemuliaan bagi Kristus, karena dari Piala-Nya Bunda Gereja dan putera-puterinya minum, dan menyanyikan pujian bagi-Nya.
Imam membagikan Komuni kepada para Diakon, sub-Diakon (Putera Altar) dan umat dengan mengatakan:
Imam: Tubuh dan Darah Tuhan kita Yesus Kristus diberikan kepadamu untuk pengampunan dosa dan kehidupan kekal.
Selama Komuni dinyanyikan Roti kehidupan atau Bapa Kebenaran atau madah dan mazmur yang cocok untuk Komuni. Juga dapat dinyanyikan madah tradisional Syria untuk mengenang orang yang telah meninggal:
Ya Tuhan yang berbelas kasih, terimalah persembahan ini dari para penyembah-Mu. Dalam kebaikan-Mu, berilah pengampunan bagi orang beriman yang sudah wafat. Pandanglah persembahan yang telah dipersembahkan dan jiwa yang telah ditebus. Berilah istirahat bagi jiwa yang untuknya Kurban ini dipersembahkan. Semoga persembahan ini, yang dipersembahkan oleh yang hidup untuk yang mati, memperoleh belas kasih bagi jiwa mereka dan pengampunan untuk kesalahan mereka. Semoga Tuhan, yang menghidupkan Lazarus dan anak si janda, merecikan belas kasih-Nya atas orang beriman yang telah meninggal. Ya Tuhan kami merayakan kenangan atas mereka yang untuknya Kurban ini kami persembahkan bersama Abraham, Ishak dan Yakub. Ya Raja Surgawi, terimalah persembahan hamba-Mu, dan rayakanlah kenangan mereka dalam Yerusalem surgawi-Mu. Di Yerusalem yang di atas, dan dalam Gereja di bumi juga, semoga mereka berada dalam kenangan terhormat pada Altar-Mu di surga. Ya Anak Domba Allah, ya Gembala yang mati untuk kawanan-Nya: dalam kebaikan-Mu, berilah istirahat kepada orang beriman yang telah meninggal. Jiwaku menantikan Tubuh-Mu, walaupun aku takut mendekat, karena aku gemetar karena dosa-dosaku. Dalam kebaikan-Mu Tuhan, berilah aku pengampunan. Semoga Tubuh dan Darah-Mu yang kami sambut menjadikan kami, pengantin-Mu, dan menjadikan kami dengan selamat melintas dari kegelapan kepada terang. Semoga makhluk surgawi bersukacita dan yang fana berharap, karena persembahan dari yang hidup untuk yang mati.
Pemberkatan Dengan Misteri
Sesudah Komuni Imam memberkati umat dengan Tubuh dan Darah Tuhan:
Imam: selalu memuliakan dan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, karena Engkau memberikan kepada kami Tubuh-Mu untuk dimakan dan Darah-Mu untuk diminum. Ya Pencinta segalanya, kasihanilah kami.
Umat: Ya Pencinta segala, kasihanilah kami.
Ucapan Syukur
Sementara imam membersihkan Patena dan Piala, umat duduk dan menyanyikan madah syukur misalnya: Ya Tuhan aku telah menyantap Tubuh-Mu, atau Mazmur 134. Dan sambil membersihkan Imam berdoa:
Imam: Kami bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan Allah, dan kami mohon agar Komuni Ilahi ini menjadi pengampunan dosa, dan kemuliaan bagi nama-Mu yang kudus, dan bagi Putera-Mu yang Tunggal, dan bagi Roh Kudus-Mu, sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.
Berkat Dan Pengutusan
Imam: Damai bersamamu.
Umat: Dan bersama rohmu.
Imam menumpangkan tangan kanannya atas umat dan menyanyikan:
Imam: Ya Tuhan Penyelamat kami, Engkau telah menjadi daging dan mengurbankan diri-Mu untuk kami Engkau telah menyelamatkan kami. Tebuslah kami sekarang dari hukuman abadi, jadikan kami Bait bagi nama-Mu yang kudus, karena kami adalah umat-Mu dan ahli waris-Mu. Bagi-Mu, Kristus, dan bagi Bapa-Mu, dan bagi Roh Kudus-Mu, kemuliaan, hormat, dan kuasa, sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.
Umat berdiri dan Imam melanjutkan:
Imam: Pergilah dalam damai, saudara-saudari terkasih, dengan ditemani oleh kekuatan dan rahmat yang kalian terima dari Altar pengampunan Tuhan. Semoga berkat dari Tritunggal Mahakudus tetap bersamamu: + Bapa dan + Putera dan Roh + Kudus, Allah yang Satu, bagi-Nya lah kemuliaan sekarang dan selama-lamanya.
Umat: Amin.
Imam mencium Altar dan diam-diam berdoa:
Imam: Tinggalah dalam damai, ya Altar Allah yang kudus, aku berharap dapat kembali kepadamu dengan damai. Semoga persembahan yang kuterima darimu mengampuni dosa-dosaku dan mempersiapkan aku berdiri tak bercela di hadapan Tahta Kristus. Aku tidak tahu apakah aku akan dapat kembali kepadamu lagi untuk mempersembahkan Kurban ini. Jagalah aku, ya Tuhan, dan lindungilah Gereja Kudus-Mu, semoga ia menjadi jalan keselamatan dan cahaya dunia. Amin.
Imam dan para pelayan meninggalkan panti imam dan tempat ibadat.
15 Oktober: St. Theresia dari Avila, Pelindung Blog ini
Berikut ini adalah teks dari bacaan pertama dan bacaan kedua Ibadat Bacaan pada Pesta St. Theresia Avila menurut buku Ibadat Harian Ordo ketiga OCD (walaupun saya bukan anggotanya, tetapi hanya merekalah yang menyediakan buku ibadat harian dan misa dalam bahasa inggris secara online dan gratisan walaupun di-protect)
Pengetahuan Akan Kristus Melampaui Segala Sesuatu
Dari Surat Santo Paulus Kepada Gereja Filipi (3:8-21)
Aku menganggap segala sesuatu rugi karena pengenalanku akan Kristus Yesus Tuhanku, yang lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan. Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dengan penderitaan-Nya, di mana aku menajdi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.
Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengenjarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah ada di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.
Karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian. Dan jikalau lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu. Tetapi baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita lanjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh.
Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu. Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan keapdamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara-perkara duniawi. Karena kewargaan kita adalah di dalam surga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.
Respons
V. Hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus dalam Allah.
R. Saat Kristus yang adalah hidupmu menyatakan diri kelak, kamu pun akan
menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.
V. Baik maut ataupun hidup, ataupun sesuatu makhluk lain tidak dapat memisahkan
kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus Tuhan kita.
R. Saat Kristus yang adalah hidupmu menyatakan diri kelak, kamu pun akan
menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.
Kami Selalu Mengingat Cinta Kristus
Dari Autobiografi St. Teresa dari Avila ( Bab 22:6-7,14)
Siapapun yang hidup dalam hadirat sahabat yang begitu baik dan pemimpin yang sempurna, yang pergi mendahului kita untuk menjadi yang pertama menderita, akan dapat menanggung segalanya. Tuhan menolong kita, menguatkan kita, dan tidak pernah gagal; Ia adalah sahabat sejati. Dan aku melihat dengan jelas dan aku melihat kedepan, bahwa Allah mengehendaki bahwa jika kita hendak menyenangkan Dia dan menerima banyak rahmat-Nya, kita harus melakukannya melalui kemanusiaan Kristus yang teramat suci, yang didalam-Nya Bapa bersukacita. Banyak dan banyak kali aku menerima hal ini melalui pengalamanku. Tuhan telah mengatakannya kepadaku. Saya telah melihat dengan pasti bahwa kita harus memasuki gerbang ini jika kita ingin agar Kemuliaan-Nya yang Kuasa menunjukkan kepada kita rahasia-rahasia besar.
Jadi Yang Terhormat dan Yang Mulia harus tidak menginginkan jalan lain, bahkan jika kalian berada di puncak kontemplasi; di jalan ini kalian berjalan dengan aman. Tuhan kita ini adalah satu-satunya yang melaluinya semua berkat datang kepada kita. Dia akan mengajar kita hal-hal ini. Dalam menanggung hidup ini, kita menemukan Ia adalah teladan terbaik. Apakah yang lebih kita inginkan selain memiliki seorang sahabat yang baik di sisi kita, yang tidak akan meninggalkan kita dalam pekerjaan dan kesulitan, sebagaimana sahabat-sahabat duniawi melakukannya? Terberkatilah ia yang sungguh mencintai-Nya dan selalu membawa-Nya di sisinya! Marilah kita mengingat Santo Paulus: kelihatannya tidak ada nama lain yang meluncur dari bibirnya selain nama Yesus, seperti seorang yang selalu membawa Tuhan dekat dengan hatinya. Sekali saya memahami kebenaran ini, saya dengan hati-hati menimbang kehidupan para kudus, para kontemplatif besar, dan menemukan bahwa mereka tidak mengambil jalan lain: Santo Fransiskus dengan stigmata, Santo Antonius dari Padua dengan Kanak-kanak Yesus; Santo Bernards menemukan sukacitanya dalam Kemanusiaan Kristus; Santa Catharina dari Siena- dan banyak lagi yang tentunya Yang Terhormat lebih tahu daripada saya.
Doa
Allah yang bersemayam di istana mulia, atas dorongan Roh Kudus santa Teresia telah menunjukkan kepada umat-Mu jalan menuju kesempurnaan. Semoga budi kami selalu dibimbing oleh ajarannya yang luhur, dan hati kami dikobarkan oleh keinginan akan kesucian sejati. Demi Yesus Kristus, Putera-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.
Santa Theresia dari Avila, doakanlah kami!
Pengetahuan Akan Kristus Melampaui Segala Sesuatu
Dari Surat Santo Paulus Kepada Gereja Filipi (3:8-21)
Aku menganggap segala sesuatu rugi karena pengenalanku akan Kristus Yesus Tuhanku, yang lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan. Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dengan penderitaan-Nya, di mana aku menajdi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.
Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengenjarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah ada di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.
Karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian. Dan jikalau lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu. Tetapi baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita lanjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh.
Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu. Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan keapdamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara-perkara duniawi. Karena kewargaan kita adalah di dalam surga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.
Respons
V. Hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus dalam Allah.
R. Saat Kristus yang adalah hidupmu menyatakan diri kelak, kamu pun akan
menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.
V. Baik maut ataupun hidup, ataupun sesuatu makhluk lain tidak dapat memisahkan
kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus Tuhan kita.
R. Saat Kristus yang adalah hidupmu menyatakan diri kelak, kamu pun akan
menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.
Kami Selalu Mengingat Cinta Kristus
Dari Autobiografi St. Teresa dari Avila ( Bab 22:6-7,14)
Siapapun yang hidup dalam hadirat sahabat yang begitu baik dan pemimpin yang sempurna, yang pergi mendahului kita untuk menjadi yang pertama menderita, akan dapat menanggung segalanya. Tuhan menolong kita, menguatkan kita, dan tidak pernah gagal; Ia adalah sahabat sejati. Dan aku melihat dengan jelas dan aku melihat kedepan, bahwa Allah mengehendaki bahwa jika kita hendak menyenangkan Dia dan menerima banyak rahmat-Nya, kita harus melakukannya melalui kemanusiaan Kristus yang teramat suci, yang didalam-Nya Bapa bersukacita. Banyak dan banyak kali aku menerima hal ini melalui pengalamanku. Tuhan telah mengatakannya kepadaku. Saya telah melihat dengan pasti bahwa kita harus memasuki gerbang ini jika kita ingin agar Kemuliaan-Nya yang Kuasa menunjukkan kepada kita rahasia-rahasia besar.
Jadi Yang Terhormat dan Yang Mulia harus tidak menginginkan jalan lain, bahkan jika kalian berada di puncak kontemplasi; di jalan ini kalian berjalan dengan aman. Tuhan kita ini adalah satu-satunya yang melaluinya semua berkat datang kepada kita. Dia akan mengajar kita hal-hal ini. Dalam menanggung hidup ini, kita menemukan Ia adalah teladan terbaik. Apakah yang lebih kita inginkan selain memiliki seorang sahabat yang baik di sisi kita, yang tidak akan meninggalkan kita dalam pekerjaan dan kesulitan, sebagaimana sahabat-sahabat duniawi melakukannya? Terberkatilah ia yang sungguh mencintai-Nya dan selalu membawa-Nya di sisinya! Marilah kita mengingat Santo Paulus: kelihatannya tidak ada nama lain yang meluncur dari bibirnya selain nama Yesus, seperti seorang yang selalu membawa Tuhan dekat dengan hatinya. Sekali saya memahami kebenaran ini, saya dengan hati-hati menimbang kehidupan para kudus, para kontemplatif besar, dan menemukan bahwa mereka tidak mengambil jalan lain: Santo Fransiskus dengan stigmata, Santo Antonius dari Padua dengan Kanak-kanak Yesus; Santo Bernards menemukan sukacitanya dalam Kemanusiaan Kristus; Santa Catharina dari Siena- dan banyak lagi yang tentunya Yang Terhormat lebih tahu daripada saya.
Doa
Allah yang bersemayam di istana mulia, atas dorongan Roh Kudus santa Teresia telah menunjukkan kepada umat-Mu jalan menuju kesempurnaan. Semoga budi kami selalu dibimbing oleh ajarannya yang luhur, dan hati kami dikobarkan oleh keinginan akan kesucian sejati. Demi Yesus Kristus, Putera-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.
Santa Theresia dari Avila, doakanlah kami!
Sunday, October 11, 2009
Tata Perayaan Ekaristi Ritus Maronite: Qurbono (Part 3- Pra Anafora)
Naik Ke Altar
Sambil berjalan naik ke Altar selebran menyanyikan atau berdoa
I : Aku hendak melangkah ke Altar Allah, kepada Allah yang
menggembirakan masa mudaku. Dalam kelimpahan kebaikan-Mu, aku
hendak masuk ke rumah- Mu, ya Tuhan, dan menyembah-Mu di Bait-Mu.
U : Bimbinglah aku Tuhan, dalam rasa takut akan Engkau dan ajarlah
aku keadilan-Mu.
I : Berdoalah pada Tuhan untukku.
U : Semoga Tuhan menerima persembahanmu dan berbelaskasihan pada
kita karena doa-doamu.
Kemudian ia menghampiri Altar dan menciumnya pada bagian tengah
Pemindahan Persembahan dan Persembahannya
Madah (Qolo)
Mengiringi pemindahan persembahan jemaat bernyanyi
Tuhan bertahta dengan berpakaian kemuliaan. Alleluia! Akulah Roti Hidup sabda Tuhan kita; dari tempat tinggi Aku datang ke bumi, agar semua dapat hidup dalam Aku. Sebagai Sabda murni tanpa daging Aku diutus oleh Bapa. Rahim Maria menerima Aku seperti sejumput gandum yang baik dari bumi. Lihatlah! Imam mengangkat Aku di Altar. Alleluia! Terimalah persembahan kami.
Penerimaan Persembahan
Sambil menerima bahan-bahan persembahan dari umat Imam berdoa
Allah yang mahakuasa, sebagaimana Engkau menerima persembahan orang-orang benar Perjanjian Lama, kini kami meminta Dikau untuk menerima persembahan ini, yang disampaikan kepada-Mu oleh umat beriman-Mu sebagai ungkapan cinta mereka akan Dikau dan akan nama-Mu yang kudus. Siramilah mereka dengan berkat-berkat rohani-Mu, dan sebagai ganti persembahan mereka yang dapat musnah ini, berikanlah kepada mereka kehidupan kekal dan agar mereka dapat masuk ke dalam kerajaan-Mu.
Dan jemaat menjawab �Amin�.
Komemorasi (Peringatan)
Marilah kita mengenang Tuhan Allah dan Penyelamat kita Yesus Kristus dan rencana keselamatan-Nya bagi kita. Melalui persembahan yang kini ditempatkan di hadapan kita, marilah kita mengingat semua yang berkenan kepada Allah dari Adam sampai zaman sekarang, teristimewa Santa Perawan Maria, Bunda Allah, dan Santo/a ... [nama pelindung gereja], dan Santo/a �[yang dipesatakan pada hari yang bersangkutan]. Ya Tuhan. ingatlah akan saudara-saudari kami, yang masih hidup dan yang telah meninggal, putera-puteri Bunda Gereja Kudus, khususnya baginya kami mempersembahkan kurban ini � (disebutkan nama-nama orang yang meminta intensi Misa).
Pendupaan dan Madah
Sementara Imam mendupai bahan-bahan persembahan, jemaat menyanyikan madah ini.
Alleluia! Kami mengenang Maria, Bunda Allah, para Nabi, para Rasul, para Martir, para Kudus, para Imam, dan semua putera-puteri Gereja, dari satu generasi ke yang lainnya, sampai akhir zaman. Amin.
Sambil berjalan naik ke Altar selebran menyanyikan atau berdoa
I : Aku hendak melangkah ke Altar Allah, kepada Allah yang
menggembirakan masa mudaku. Dalam kelimpahan kebaikan-Mu, aku
hendak masuk ke rumah- Mu, ya Tuhan, dan menyembah-Mu di Bait-Mu.
U : Bimbinglah aku Tuhan, dalam rasa takut akan Engkau dan ajarlah
aku keadilan-Mu.
I : Berdoalah pada Tuhan untukku.
U : Semoga Tuhan menerima persembahanmu dan berbelaskasihan pada
kita karena doa-doamu.
Kemudian ia menghampiri Altar dan menciumnya pada bagian tengah
Pemindahan Persembahan dan Persembahannya
Madah (Qolo)
Mengiringi pemindahan persembahan jemaat bernyanyi
Tuhan bertahta dengan berpakaian kemuliaan. Alleluia! Akulah Roti Hidup sabda Tuhan kita; dari tempat tinggi Aku datang ke bumi, agar semua dapat hidup dalam Aku. Sebagai Sabda murni tanpa daging Aku diutus oleh Bapa. Rahim Maria menerima Aku seperti sejumput gandum yang baik dari bumi. Lihatlah! Imam mengangkat Aku di Altar. Alleluia! Terimalah persembahan kami.
Penerimaan Persembahan
Sambil menerima bahan-bahan persembahan dari umat Imam berdoa
Allah yang mahakuasa, sebagaimana Engkau menerima persembahan orang-orang benar Perjanjian Lama, kini kami meminta Dikau untuk menerima persembahan ini, yang disampaikan kepada-Mu oleh umat beriman-Mu sebagai ungkapan cinta mereka akan Dikau dan akan nama-Mu yang kudus. Siramilah mereka dengan berkat-berkat rohani-Mu, dan sebagai ganti persembahan mereka yang dapat musnah ini, berikanlah kepada mereka kehidupan kekal dan agar mereka dapat masuk ke dalam kerajaan-Mu.
Dan jemaat menjawab �Amin�.
Komemorasi (Peringatan)
Marilah kita mengenang Tuhan Allah dan Penyelamat kita Yesus Kristus dan rencana keselamatan-Nya bagi kita. Melalui persembahan yang kini ditempatkan di hadapan kita, marilah kita mengingat semua yang berkenan kepada Allah dari Adam sampai zaman sekarang, teristimewa Santa Perawan Maria, Bunda Allah, dan Santo/a ... [nama pelindung gereja], dan Santo/a �[yang dipesatakan pada hari yang bersangkutan]. Ya Tuhan. ingatlah akan saudara-saudari kami, yang masih hidup dan yang telah meninggal, putera-puteri Bunda Gereja Kudus, khususnya baginya kami mempersembahkan kurban ini � (disebutkan nama-nama orang yang meminta intensi Misa).
Pendupaan dan Madah
Sementara Imam mendupai bahan-bahan persembahan, jemaat menyanyikan madah ini.
Alleluia! Kami mengenang Maria, Bunda Allah, para Nabi, para Rasul, para Martir, para Kudus, para Imam, dan semua putera-puteri Gereja, dari satu generasi ke yang lainnya, sampai akhir zaman. Amin.
Friday, October 9, 2009
Penjelasan Qurbono (Part 4)
PENJELASAN TIAP RITUS QURBONO
Judulnya
Judul dituliskan dalam bahasa Syriac dan Arab. Kata Syriac, Qurbono, diterjemahan menjadi kata Arab Quddas, walaupun terjemahan ini tidaklah literal. Dua kata ini dipertahankan karena penggunaannya yang sudah umum dalam kedua bahasa itu. Untuk melengkapi judul ini, ditambahkanlah sub-judul: �Menurut Ritus Gereja Maronite Syriac Antiokhia�. Gereja Maronite, pada kenyataannya bukanlah suatu kelompok gerejani yang berdiri sendiri, melainkan termasuk ke dalam Gereja Antiokhia dalam tradisi Syriac. Penerbitan buku ini oleh �Bkerke� (Tahta Patriarkal) memiliki keistimewaan tersendiri: selain buklet �Ritus Sederhana� tahun 1973, ini adalah satu-satunya buku Qurbono yang secara resmi diterbitkan oleh Kepatriarkan Maronite). Selain itu, tahun 1992 memiliki arti tersendiri: hal itu mengingatkan kita bahwa tepat 400 tahun sebelumnya, edisi pertama Buku Qurbono diterbitkan di Roma (1592-1594). Edisi pertama ini kemudian ditolak karena mengubah sejumlah tradisi Gereja Syriac Antiokhia Maronite (kenyataannya, judul dari edisi ini adlaah: Buku Qurbono Chaldean). Setelah 400 tahun, edisi kita yang sekarang ini, telah membuat koreksi yang diperlukan dan membawa kembali Ibadat Qurbono ke tradisi Maronite yang otentik.
Persiapan Persembahan
Pada masa sekarang ini, ritus ini hanya tindakan rutin tanpa arti liturgis apapun. Roti ditempatkan di atas patena, lalu diselubungi; anggur dan air dicampur ke dalam piala lalu ditutup, dan menunggu dibawa ke Altar untuk dikonsekrasi. Pada masa yang lebih awal, ketika persembahan terdiri dari pengumpulan persembahan dari umat yang dikumpulkan oleh jemaat kepada Diakon, ritus ini memiliki banyak makna. Diakon kemudian akan memisahkan persembahan menjadi duga bagian, satu dikhususkan untuk konsekrasi, dan yang lainnya dibagikan kepada umat diakhir Qurbono. Bagian yang dikhususkan untuk konsekrasi disebut Furshono dalam bahasa Syriac (begitu juga kata dalam bahasa Arab Burshan) yang berarti: yang dipisahkan untuk dikuduskan.
Dalam ritus sederhana ini, kami menyisakan unsur-unsur yang mendasar; untuk menyertai tiap tindakan kami menyediakan ayat-ayat yang menyertainya, satu ayat untuk roti, ayat lain untuk penutupan dengan selubung, dst. Kami menyerahkan ritus ini kepada Diakon menurut tradisi yang lebih awal sebagaimana terlihat dalam Buku Bimbingan (Kitab al-Hoda - abad 11). Karena itu, kami mendorong kehadiran seorang Diakon di setiap paroki untuk mendampingi selebran dalam ritus ini. Jika tidak ada Diakon, maka seorang pelayan dengan tahbisan rendah dapat menggantikannya. Ritus ini berlangsung di Altar samping atau di sisi kanan Altar utama (sisi kanan selebran jika ia berdiri di Altar). Pada hari-hari biasa, persiapan persembahan dapat berlangsung di Altar utama, yaitu di sisi kanan Altar. Hal ini menampilkan perubahan praktis untuk hari-hari biasa karena sekarang ini Qurbono dirayakan setiap hari.
Pengenaan Pakaian Liturgis
Selebran mengenakan pakaian yang khusus sesuai tradisi Maronite Syriac, sebagaimana hal itu dinyatakan dalam dokumen-dokumen Maronite yang kuno. Untuk kembali kepada tradisi itu merupakan suatu hal yang perlu untuk memelihara identitas Maronite dari semua unsur asing (Latin dan non-Latin). Pakaian ini akan menunjukkan jejak Maronite Syriac �Timur�/ Doa-doa dan mazmur-mazmur yang menyertai penggenaan pakaian ini bersifat optional. Mereka sudah dikenal baik dalam buku-buku liturgi kita. Doa �Ya Tuhan, buatlah aku layak�� yang diucapkan di kaki Altar sebelum memulai Qurbono adalah hal baru dalam tradisi kita yan dipinjam dari ritus Ortodoks Syriac Barat.
Penerangan Gereja
Tindakan liturgis pertama yang dapat di-indera adalah penyalaan. Kristus adalah terang kita; cahaya melambangkan diri-Nya. Maka, penerangan gereja (lilin dan lampu) berlangsung sebelum selebran masuk, sementara lilin-lilin dinyalakan jemaat menyanyikan madah kepada Kristus sang Terang yang menerangi kita semua.
Perarakan Masuk
Perarakan masuk menandai perarakan selebran dan para pelayan pembantunya. Seorang pembawa salib memimpin perarakan diikuti oleh pembawa lilin, pembawa dupa, dan pembawa buku-buku yang diperlukan untuk perayaan. Perarakan dimulai dari sakristi, atau lebih baik lagi dari pintu masuk utama gereja. Perarakan diiringi dengan sebuah madah atau mazmur yang cocok dengan peristiwa liturgis, dan menempatkan semua dalam suasana yang cocok berdasarkan liturgi hari itu. Perarakan masuk berakhir di muka panti imam: semua beridri di hadapan Altar, membungkuk di hadapannya, dan menyanyikan madah, �Aku memasuki Bait-Mu, ya Tuhan..� dalam bahasa Syriac. Madah ini harus dinyanyikan dalam bahasa Syriac di seluruh gereja-gereja Maronite di seluruh dunia. Orang Maronite, di manapun mereka berada, akan dapat mendengar madah yang sama, dengan melodi yang sama, dan dalam bahasa yang sama di semua gereja-gereja mereka.
Dengan persetujuan dari otoritas gerejani yang berwenang, kami memutuskan untuk mewajibkan penggunaan bahasa Syriac dalam menyanyikan tiga madah berikut ini; dialgo pembukaan pada permulaan ibadat (dan saat naik ke Altar pada permulaan anaphora), Qadeeshat Aloho, dan narasi kisah penetapan Ekaristi.
Ibadat
�Ibadat� (dalam bahasa Arab Khidmat) adalah terjemahan dari kata Syriac teshmesto. Ibadat ini adalah ritus khusus untuk tindakan liturgis yang khusus. Kenyataannya, dalam tradisi Maronite kita, nama Teshmeshto diberikan kepada buku yang memuat doa-doa Gereja untuk berbagai pesta. Khidmat (ibadat) juga berarti buku yang memuat bagian-bagian jemaat dan Diakon. Saat kami mengatakan Buku Ibadat, kami mengacu kepada buku yang memuat tugas pelayanan Diakon dalam Qurbono.
Dalam kaitannya dengan Qurbono, �Ibadat� berarti doa-doa untuk hari pesta sepanjang seluruh masa liturgi. Ibadat adalah unsur dalam Qurbono yang berubah hampir setiap minggu. Dalam bingkai masa-masa liturgi, Ibadat menampilkan kedalaman dan keindahan liturgi. Karena itu, orang yang melayani �Ibadat Pesta� harus menyadari aturan dasar tahun liturgi dan pergantian pesta-pesta dan hari-hari biasa.
Tahun Liturgi Maronite
Tahun liturgi dimulai pada minggu pertama bulan November dan berakhir pada minggu terakhir bulan Oktober. Tahun liturgi berpusat pada misteri Tuhan Yesus mulai dari kelahiran-Nya, pembaptisan-Nya, ajaran-Nya yang menyelamatkan, sampai kepada kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya serta turun-Nya Roh Kudus atas para murid-Nya, dan penantian akan kedatangan-Nya yang kedua. Semua perayaan Tuhan ini dianggap sebagai batu penjuru yang penting dalam tahun liturgi dan disebut sebagai �masa liturgi�. Masa-masa liturgi itu adalah: Kelahiran Tuhan, Epifani, Prapaskah, Sengsara, Kebangkitan, Pentakosta, dan Salib Suci. Masa-masa liturgi ini penuh makna dan mengandung banyak berkat, dihayati oleh umat Gereja dari minggu ke minggu, sebagai persiapan dari pesta tertentu atau sebagai bagian dari kelanjutannya. Keseluruhan masa ini dikenal sebagai tahun liturgi atau lingkaran liturgi. Dalam Buku Qurbono yang baru ini, kami memuat serangkaian doa-doa dan madah-mada, yang disebar kesemua pekan sepanjang tahun menyertai semua pesta-pesta Tuhan. Keseluruhan ini membentuk �Ritus Ibadat� yang membentuk bagian Qurbono. Dalam Buku Qurbono disediakan sekitar 50 Ibadat, sama seperti jumlah pekan sepanjang tahun. Ibadat ini memungkinkan komunitas untuk menghayati �peristiwa besar� Tuhan Yesus dan misteri keselamatan-Nya.
Siklus ini mencerminkan suatu hal yang baru dan unik dalam Qurbono Gereja Maronite. Pada saat yang sama, ia menampilkan suatu gerakan kembali kepada kekayaan warisan Syriac Maronite kita, yang memasukkan sejumlah besar �Ibadat�, terutama diantara masa liturgi antara Pentakosta dan dua pesta Rasul-rasul (Santo Petrus dan Paulus, dan Para Rasul secara umum), dalam Pesta Maria diangkat ke surga, dan peringaan-peringatan mingguan, bagi para kudus secara umum. Umat beriman sebagai individu dan komunitas dapat mengalami setiap minggu dalam tahun, dan lebih lagi, setiap hari dalam pekan, sebagai suatu peristiwa istimewa yang berhubungan dengan kehidupan Tuhan Yesus. Dengan cara ini liturgi menjadi peristiwa yang hidup, bukan pengulangan doa-doa yang sama dan madah yang secara rutin diucapkan setiap hari, minggu, dan tahun. Setiap individu beriman dan seluruh komunitas patut bersyukur atas ritus baru yang hidup ini, dengan menghayati suatu hidup yang baru dan menciptakan suatu gerakan yang terberkati dalam pembaruan iman dan hidup Kristen mereka.
Teks dari berbagai Ibadat ini diambil dari berbagai buku liturgi Syriac Maronite. Referensinya dicatat secara detail dalam penelitian-penelitian yang menyertai proyek Qurbono baru.
Susunan Ibadat Baru
Doa-doa, madah dan tindakan dari tiap ibadat mengikuti suatu urutan yang berlaku untuk semua ibadat:
� Doksologi (Kemuliaan kepada Bapa)
� Doa Pembukaan (Pujian dan Kemuliaan)
� Madah Malaikat (Kemuliaan kepada Allah di tempat mahatinggi)
� Doa Mohon Belaskasih (Hoosoyo)
� Proemion (Pengantar Doksologi)
� Sedro (Susunan Doa)
� Qolo (Madah)
� Etro (Doa Pendupaan)
Susunan ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok. Pertama, adalah bagian yang dikhususkan untuk memuji dan memuliakan Allah pada awal Ibadat. Kedua, adalah permohonan pengampunan melalui pengenangan akan tindakan Allah yang menyelamatkan yang dikenangkan dalam ibadat hari yang bersangkutan. Dalam kelompok kedua ini, sedro memiliki unsur yang dominan: pada dasarnya sedro adalah pengenangan akan tindakan Allah yang menyelamatkan dimasa lalu dan juga sebagai meditasi teologis dari peristiwa yang sama dalam kaitannya dengan zaman sekarang yang diikuti dengan rangkaian permohonan yang diilhami oleh peristiwa itu sendiri dan oleh kebutuhan komunitas. Doa mohon belaskasihan disertai dengan pembakaran dupa dan pendupaan.
Makna Dupa
Liturgi menggunakan dupa untuk berbagai makna.Tiga yang paling penting adalah sebagai berikut:
� Persembahan �kurban dupa� yang terbakar kepada Allah untuk dosa-dosa kita,
memohon agar Dia berkenan dengan persembahan kita dan mengasihani kita;
� Pemurnian dari dosa dan pengusiran roh jahat yang menyebabkan dosa. Maka
selebran mendupai komunitas dan tempat sekitarnya, untuk memurnikan mereka
dan mempersiapkan mereka menyambut Tuhan Allah segala kemuliaan;
� Untuk menghormati Allah yang bagi-Nya dupa dipersembahkan dan menghormati
orang-orang benar dan suci yang merupakan Bait Roh Kudus.
Ritus pembakaran dupa dan pendupaan sendiri adalah bagian dari ritus kuno dalam liturgi Maronite kita. Pendupaan secara umum memberikan karakteristik yang membedakan dalam ritus-ritus Timur. Karakteristik ini sebenarnya lahir dalam liturgi yang dipahami sebagai gerakan simbolik dan menyentuh selain perasaan kagum yang mendalam dan penghormatan. Ritus ini harus dipelihara. Semua yang ambil bagian dalam ritus itu memiliki peranannya sendiri-sendiri: selebran membakar dupa, Diakon melakukan pendupaan, seorang konselebran mengucapkan proemion dan sedro, serta komunitas ambil bagian dengan berdoa dan memohon belaskasihan. Para Putera Altar sendiri memiliki peranan mereka: mereka membawa pendupaan dan menyerahkannya kepada selebran. Ketika selebran merayakan Qurbono sendirian, ia sendiri membakar dupa, mendupai, dan mengucapkan hoosoyo. Dia dapat menyerahkannya kepada orang lain untuk menyanyikannya dengan suara yang merdu dan melodi yang indah; bagaimanapun, ia harus mengkhususkan bagi dirinya sendiri proemion dan sedro.
Qadeeshat Aloho
Ini adalah madah Trisagion yang umum untuk semua ritus dalam Qurbono dan dalam ritus-ritus liturgis lain. Dalam Gereja Byzantine dan Gereja-gereja Syriac Timur, madah ini ditujukan kepada Tritunggal Mahakudus. Namun, dalam Gereja-gereja Syriac Barat, termasuk Gereja Maronite, dalam dalam Gereja-gereja Armenian, Koptik, dan Ethiopia (Geez), madah ini hanya ditujukan kepada Tuhan Yesus. Gereja Latin, secara teologis menganggap madah ini bersifat Trinitarian; namun, dari sudut pandang liturgis, yaitu dalam ritus penghormatan salib pada Jumat Agung, madah ini ditujukan hanya kepada Tuhan Yesus.
Menurut tradisi yang cukup dihormati, diceritakan bahwa Yusuf dari Arimatea adalah orang pertama yang mengucapkan madah ini di kaki Kristus saat ia memindahkan-Nya dari salib dan menguburkannya. Tanggapan umum terhadap seruan Qadeeshat Aloho adalah �Kasihanilah kami�. Namun, dalam pesta-pesta besar dan masa liturgi yang mengikutinya, bait-bait khusus ditambahkan kepada tanggapan ini, seperti: �yang lahir dari puteri Daud�kasihanilah kami� (Kelahiran Tuhan), �yang dibaptis oleh Yohanes�kasihanilah kami� (Epifani), �yang disalibkan bagi kami�.kasihanilah kami (Minggu Sengsara), �yang bangkit dari kematian�.kasihanilah kami� (Kebangkitan). Kebiasaan berakar dalam tradisi Syriac Maronite kita. Kami mempertahankan variasi ini walaupun ada yang menentangnya dan menuduh penggunaannya sebagai berbau bidaah karena mereka menganggap madah ini sebagai bersifat Trinitarian dan meyakini bahwa saat kita menyanyikan �yang disalibkan untuk kita� dalam madah ini berarti kita mengenakan penyaliban kepada ketiga pribadi Tritunggal Mahakudus, dan bukan hanya kepada Tuhan Yesus. Kami memilih untuk tetap mempertahankan berbagai tanggapan ini sesuai dengan masa-masa liturgi karena mereka menambah kekayaan ritus dan memperdalam iman kita.
Madah ini beserta tanggapannya harus selalu dinyanyikan dalam bahasa Syriac di seluruh gereja-gereja Maronite di seluruh dunia, sebagai tanda kesatuan diantara semua Maronite.
Doa Sesudah Qadeeshat
Doa ini adalah doa tradisional khusus Maronite dalam semua ritual mereka. Kami memilih teksnya sebagai titik peralihan antara penutupan Qadeeshat Aloho dan persiapan mendengarkan Sabda Tuhan melalui pembacaan Kitab-kitab Suci yang akan segera dilangsungkan.
Bacaan-bacaan Kitab Suci
Pembacaan Kitab Suci, Sabda Tuhan, menampilkan jantung dari bagian pertama Qurbono ini. Yang mendahuluinya adalah persiapan kepada Sabda yang hidup ini: untuk mewartakannya, mendengarkannya, dan menghidupinya. Gereja menunjukkan pentingnya hal ini dengan menyertainya dengan madah, pengajaran, dan prosesi untuk menunjukkan kepenuhan maknyanya. Teks-teks bacaan Kitab Suci bervariasi sesuai perayaan dan masa liturgi. Kami sedang memeprsiapkan buku yang detail dan lengkap untuk bacaan-bacaan, termasuk teks-teks dari Perjanjian Lama sebagaimana Perjanjian Baru. Untuk sekarang ini kami membatasi bacaan hanya dua saja: Surat-surat Paulus dan Injil untuk hari minggu dan pesta, serta Surat-Surat Paulus dan Surat-Surat lain untuk hari-hari biasa. Sebentar lagi pilihan akan menjadi lebih luas dan kita akan memiliki daftar yang lebih menyeluruh yang mencakup semua buku Kitab Suci.
Mazmoroo
Mazmur disini adalah suatu madah khusus dalam tradisi Maronite. Sekarang ini, Mazmur ini terdiri dari tiga bait puitis yang dilagukan menurut melodi Ephremic. Madah ini menggabungkan ayat dari kitab Mazmur dengan ayat-ayat madah yang diinspirasi oleh peristiwa keselamatan yang menandai tema pesta ini. Struktur khusus ini merupakan bagian kuno dari tradisi Antiokhia. Dalam ritus lain, Mazmooro ini serupa dengan menyanyikan ayat-ayat mazmur sebelum Epistel atau bacaan dari buku lain dalam Kitab Suci, dengan pengecualian bacaan Injil.
Seperti sudah kami sampaikan sebelumnya, dimasa datang kami akan memilih bacaan dari semua buku-buku dalam Kitab Suci. Setiap bacaan akan didahului dengan penjelasan singkat untuk pemahaman yang lebih baik akan bacaan Kitab Suci. Pemilihan bacaan akan sulit dan memakan waktu. Pada saat ini, para pakar dari Komisi Liturgi dan Komisi Kitab Suci sedang menggabungkan usaha untuk tujuan itu. Mereka akan menetapkan teks Kitab Suci yang cocok untuk setiap hari menurut pesta dan masa liturgi.
Prosesi Injil
Sebelum pewartaan Injil, dilangsungkan suatu prosesi di Panti Imam untuk menghormati Sabda Allah. Menurut Patriarkh Duwaihy, pada zaman dulu prosesi dilangsungkan di tengah jemaat. Sekarang ini, kami membatasinya hanya di Panti Imam. Prosesi diawali dan diakhiri di tempat Kitab Injil diletakkan, dengan ini kami memelihara ritus prosesi dan disisi lain menyingkat perayaan liturgi. Sebagai tambahan, kami juga mempertahankan pembakaran dupa sebelum Injil, untuk menghormati Sabda Allah dan juga sebagai undangan bagi jemaat untuk berdiri. Peringatan Diakon seperti �Tetaplah tenang��, mengarahkan jemaat kepada suasana keagamaan yang cocok.
Pewartaan Injil
Pembacaan Injil bukan sekedar pembacaan yang asal-asalan; tetapi merupakan pewartaan indah yang dilakukan tidak dengan terburu-buru; di sejumlah gereja dan dalam beberapa kesempatan, pembacaan ini berubah menjadi menyanyikan teks. Sebelumnya, teks Injil bahasa Syriac akan dinyanyikan dalam melodi sederhana, dan kemudian disusul terjemahan bahasa Arab. Menyanyikan Injil dalam perayaan meriah memiliki banyak manfaat. Kami ingin kembali kepada kebiasaan itu. Kami juga tidak perlu mengulang bahwa pembacaan Injil berpusat pada tema pesta, yaitu peristiwa keselamatan.
Teks liturgi harus cukup sederhana dan mudah dimengerti. Tradisi Maronite kita memilih versi bahasa Syriac yang disebut Peshitta. Ini adalah teks Alkitab kuno yang dekat dengan bahasa Aram yang digunakan oleh Tuhan kita dan juga para Rasul-Nya untuk mewartakan kabar baik pada mulanya.
Pewartaan (Korozooto)
Pewartaan ini dikenal sebagai �yang sederhana�. Yang merupakan satu dari tiga pewartaan dalam Ibadat Qurbono. Pewartaan ini diucapkan setelah homili dengan partisipasi jemaat. Diilhami oleh tema pesta, pewartaan ini dianggap sebagai meditasi teologis dan puitis dari pewartaan. Kompilasi dari pewartaan ini dimuat dalam buku yang khusus bagi para Diakon. Mereka sekarang sedang dipersiapkan dan ditambahkan ke dalam daftar seluruh buku untuk Qurbono (daftar seluruhnya ini termasuk buku untuk selebran, asisten, pembaca, dan jemaat).
Dengan pewartaan ini, bagian pertama Qurbono ditutup. Pada zaman dulu mereka yang akan dibaptis atau katekumen diperbolehkan ambil bagian didalamnya dan setelahnya mereka dipersilakan pulang. Kemudian bagian kedua, yang dikhususkan bagi umat berimana akan dimulai. Bagian kedua ini adalah bagian ekaristis, didahului dengan penyerahan persembahan, persembahannya, dan penempatannya di Altar.
Judulnya
Judul dituliskan dalam bahasa Syriac dan Arab. Kata Syriac, Qurbono, diterjemahan menjadi kata Arab Quddas, walaupun terjemahan ini tidaklah literal. Dua kata ini dipertahankan karena penggunaannya yang sudah umum dalam kedua bahasa itu. Untuk melengkapi judul ini, ditambahkanlah sub-judul: �Menurut Ritus Gereja Maronite Syriac Antiokhia�. Gereja Maronite, pada kenyataannya bukanlah suatu kelompok gerejani yang berdiri sendiri, melainkan termasuk ke dalam Gereja Antiokhia dalam tradisi Syriac. Penerbitan buku ini oleh �Bkerke� (Tahta Patriarkal) memiliki keistimewaan tersendiri: selain buklet �Ritus Sederhana� tahun 1973, ini adalah satu-satunya buku Qurbono yang secara resmi diterbitkan oleh Kepatriarkan Maronite). Selain itu, tahun 1992 memiliki arti tersendiri: hal itu mengingatkan kita bahwa tepat 400 tahun sebelumnya, edisi pertama Buku Qurbono diterbitkan di Roma (1592-1594). Edisi pertama ini kemudian ditolak karena mengubah sejumlah tradisi Gereja Syriac Antiokhia Maronite (kenyataannya, judul dari edisi ini adlaah: Buku Qurbono Chaldean). Setelah 400 tahun, edisi kita yang sekarang ini, telah membuat koreksi yang diperlukan dan membawa kembali Ibadat Qurbono ke tradisi Maronite yang otentik.
Persiapan Persembahan
Pada masa sekarang ini, ritus ini hanya tindakan rutin tanpa arti liturgis apapun. Roti ditempatkan di atas patena, lalu diselubungi; anggur dan air dicampur ke dalam piala lalu ditutup, dan menunggu dibawa ke Altar untuk dikonsekrasi. Pada masa yang lebih awal, ketika persembahan terdiri dari pengumpulan persembahan dari umat yang dikumpulkan oleh jemaat kepada Diakon, ritus ini memiliki banyak makna. Diakon kemudian akan memisahkan persembahan menjadi duga bagian, satu dikhususkan untuk konsekrasi, dan yang lainnya dibagikan kepada umat diakhir Qurbono. Bagian yang dikhususkan untuk konsekrasi disebut Furshono dalam bahasa Syriac (begitu juga kata dalam bahasa Arab Burshan) yang berarti: yang dipisahkan untuk dikuduskan.
Dalam ritus sederhana ini, kami menyisakan unsur-unsur yang mendasar; untuk menyertai tiap tindakan kami menyediakan ayat-ayat yang menyertainya, satu ayat untuk roti, ayat lain untuk penutupan dengan selubung, dst. Kami menyerahkan ritus ini kepada Diakon menurut tradisi yang lebih awal sebagaimana terlihat dalam Buku Bimbingan (Kitab al-Hoda - abad 11). Karena itu, kami mendorong kehadiran seorang Diakon di setiap paroki untuk mendampingi selebran dalam ritus ini. Jika tidak ada Diakon, maka seorang pelayan dengan tahbisan rendah dapat menggantikannya. Ritus ini berlangsung di Altar samping atau di sisi kanan Altar utama (sisi kanan selebran jika ia berdiri di Altar). Pada hari-hari biasa, persiapan persembahan dapat berlangsung di Altar utama, yaitu di sisi kanan Altar. Hal ini menampilkan perubahan praktis untuk hari-hari biasa karena sekarang ini Qurbono dirayakan setiap hari.
Pengenaan Pakaian Liturgis
Selebran mengenakan pakaian yang khusus sesuai tradisi Maronite Syriac, sebagaimana hal itu dinyatakan dalam dokumen-dokumen Maronite yang kuno. Untuk kembali kepada tradisi itu merupakan suatu hal yang perlu untuk memelihara identitas Maronite dari semua unsur asing (Latin dan non-Latin). Pakaian ini akan menunjukkan jejak Maronite Syriac �Timur�/ Doa-doa dan mazmur-mazmur yang menyertai penggenaan pakaian ini bersifat optional. Mereka sudah dikenal baik dalam buku-buku liturgi kita. Doa �Ya Tuhan, buatlah aku layak�� yang diucapkan di kaki Altar sebelum memulai Qurbono adalah hal baru dalam tradisi kita yan dipinjam dari ritus Ortodoks Syriac Barat.
Penerangan Gereja
Tindakan liturgis pertama yang dapat di-indera adalah penyalaan. Kristus adalah terang kita; cahaya melambangkan diri-Nya. Maka, penerangan gereja (lilin dan lampu) berlangsung sebelum selebran masuk, sementara lilin-lilin dinyalakan jemaat menyanyikan madah kepada Kristus sang Terang yang menerangi kita semua.
Perarakan Masuk
Perarakan masuk menandai perarakan selebran dan para pelayan pembantunya. Seorang pembawa salib memimpin perarakan diikuti oleh pembawa lilin, pembawa dupa, dan pembawa buku-buku yang diperlukan untuk perayaan. Perarakan dimulai dari sakristi, atau lebih baik lagi dari pintu masuk utama gereja. Perarakan diiringi dengan sebuah madah atau mazmur yang cocok dengan peristiwa liturgis, dan menempatkan semua dalam suasana yang cocok berdasarkan liturgi hari itu. Perarakan masuk berakhir di muka panti imam: semua beridri di hadapan Altar, membungkuk di hadapannya, dan menyanyikan madah, �Aku memasuki Bait-Mu, ya Tuhan..� dalam bahasa Syriac. Madah ini harus dinyanyikan dalam bahasa Syriac di seluruh gereja-gereja Maronite di seluruh dunia. Orang Maronite, di manapun mereka berada, akan dapat mendengar madah yang sama, dengan melodi yang sama, dan dalam bahasa yang sama di semua gereja-gereja mereka.
Dengan persetujuan dari otoritas gerejani yang berwenang, kami memutuskan untuk mewajibkan penggunaan bahasa Syriac dalam menyanyikan tiga madah berikut ini; dialgo pembukaan pada permulaan ibadat (dan saat naik ke Altar pada permulaan anaphora), Qadeeshat Aloho, dan narasi kisah penetapan Ekaristi.
Ibadat
�Ibadat� (dalam bahasa Arab Khidmat) adalah terjemahan dari kata Syriac teshmesto. Ibadat ini adalah ritus khusus untuk tindakan liturgis yang khusus. Kenyataannya, dalam tradisi Maronite kita, nama Teshmeshto diberikan kepada buku yang memuat doa-doa Gereja untuk berbagai pesta. Khidmat (ibadat) juga berarti buku yang memuat bagian-bagian jemaat dan Diakon. Saat kami mengatakan Buku Ibadat, kami mengacu kepada buku yang memuat tugas pelayanan Diakon dalam Qurbono.
Dalam kaitannya dengan Qurbono, �Ibadat� berarti doa-doa untuk hari pesta sepanjang seluruh masa liturgi. Ibadat adalah unsur dalam Qurbono yang berubah hampir setiap minggu. Dalam bingkai masa-masa liturgi, Ibadat menampilkan kedalaman dan keindahan liturgi. Karena itu, orang yang melayani �Ibadat Pesta� harus menyadari aturan dasar tahun liturgi dan pergantian pesta-pesta dan hari-hari biasa.
Tahun Liturgi Maronite
Tahun liturgi dimulai pada minggu pertama bulan November dan berakhir pada minggu terakhir bulan Oktober. Tahun liturgi berpusat pada misteri Tuhan Yesus mulai dari kelahiran-Nya, pembaptisan-Nya, ajaran-Nya yang menyelamatkan, sampai kepada kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya serta turun-Nya Roh Kudus atas para murid-Nya, dan penantian akan kedatangan-Nya yang kedua. Semua perayaan Tuhan ini dianggap sebagai batu penjuru yang penting dalam tahun liturgi dan disebut sebagai �masa liturgi�. Masa-masa liturgi itu adalah: Kelahiran Tuhan, Epifani, Prapaskah, Sengsara, Kebangkitan, Pentakosta, dan Salib Suci. Masa-masa liturgi ini penuh makna dan mengandung banyak berkat, dihayati oleh umat Gereja dari minggu ke minggu, sebagai persiapan dari pesta tertentu atau sebagai bagian dari kelanjutannya. Keseluruhan masa ini dikenal sebagai tahun liturgi atau lingkaran liturgi. Dalam Buku Qurbono yang baru ini, kami memuat serangkaian doa-doa dan madah-mada, yang disebar kesemua pekan sepanjang tahun menyertai semua pesta-pesta Tuhan. Keseluruhan ini membentuk �Ritus Ibadat� yang membentuk bagian Qurbono. Dalam Buku Qurbono disediakan sekitar 50 Ibadat, sama seperti jumlah pekan sepanjang tahun. Ibadat ini memungkinkan komunitas untuk menghayati �peristiwa besar� Tuhan Yesus dan misteri keselamatan-Nya.
Siklus ini mencerminkan suatu hal yang baru dan unik dalam Qurbono Gereja Maronite. Pada saat yang sama, ia menampilkan suatu gerakan kembali kepada kekayaan warisan Syriac Maronite kita, yang memasukkan sejumlah besar �Ibadat�, terutama diantara masa liturgi antara Pentakosta dan dua pesta Rasul-rasul (Santo Petrus dan Paulus, dan Para Rasul secara umum), dalam Pesta Maria diangkat ke surga, dan peringaan-peringatan mingguan, bagi para kudus secara umum. Umat beriman sebagai individu dan komunitas dapat mengalami setiap minggu dalam tahun, dan lebih lagi, setiap hari dalam pekan, sebagai suatu peristiwa istimewa yang berhubungan dengan kehidupan Tuhan Yesus. Dengan cara ini liturgi menjadi peristiwa yang hidup, bukan pengulangan doa-doa yang sama dan madah yang secara rutin diucapkan setiap hari, minggu, dan tahun. Setiap individu beriman dan seluruh komunitas patut bersyukur atas ritus baru yang hidup ini, dengan menghayati suatu hidup yang baru dan menciptakan suatu gerakan yang terberkati dalam pembaruan iman dan hidup Kristen mereka.
Teks dari berbagai Ibadat ini diambil dari berbagai buku liturgi Syriac Maronite. Referensinya dicatat secara detail dalam penelitian-penelitian yang menyertai proyek Qurbono baru.
Susunan Ibadat Baru
Doa-doa, madah dan tindakan dari tiap ibadat mengikuti suatu urutan yang berlaku untuk semua ibadat:
� Doksologi (Kemuliaan kepada Bapa)
� Doa Pembukaan (Pujian dan Kemuliaan)
� Madah Malaikat (Kemuliaan kepada Allah di tempat mahatinggi)
� Doa Mohon Belaskasih (Hoosoyo)
� Proemion (Pengantar Doksologi)
� Sedro (Susunan Doa)
� Qolo (Madah)
� Etro (Doa Pendupaan)
Susunan ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok. Pertama, adalah bagian yang dikhususkan untuk memuji dan memuliakan Allah pada awal Ibadat. Kedua, adalah permohonan pengampunan melalui pengenangan akan tindakan Allah yang menyelamatkan yang dikenangkan dalam ibadat hari yang bersangkutan. Dalam kelompok kedua ini, sedro memiliki unsur yang dominan: pada dasarnya sedro adalah pengenangan akan tindakan Allah yang menyelamatkan dimasa lalu dan juga sebagai meditasi teologis dari peristiwa yang sama dalam kaitannya dengan zaman sekarang yang diikuti dengan rangkaian permohonan yang diilhami oleh peristiwa itu sendiri dan oleh kebutuhan komunitas. Doa mohon belaskasihan disertai dengan pembakaran dupa dan pendupaan.
Makna Dupa
Liturgi menggunakan dupa untuk berbagai makna.Tiga yang paling penting adalah sebagai berikut:
� Persembahan �kurban dupa� yang terbakar kepada Allah untuk dosa-dosa kita,
memohon agar Dia berkenan dengan persembahan kita dan mengasihani kita;
� Pemurnian dari dosa dan pengusiran roh jahat yang menyebabkan dosa. Maka
selebran mendupai komunitas dan tempat sekitarnya, untuk memurnikan mereka
dan mempersiapkan mereka menyambut Tuhan Allah segala kemuliaan;
� Untuk menghormati Allah yang bagi-Nya dupa dipersembahkan dan menghormati
orang-orang benar dan suci yang merupakan Bait Roh Kudus.
Ritus pembakaran dupa dan pendupaan sendiri adalah bagian dari ritus kuno dalam liturgi Maronite kita. Pendupaan secara umum memberikan karakteristik yang membedakan dalam ritus-ritus Timur. Karakteristik ini sebenarnya lahir dalam liturgi yang dipahami sebagai gerakan simbolik dan menyentuh selain perasaan kagum yang mendalam dan penghormatan. Ritus ini harus dipelihara. Semua yang ambil bagian dalam ritus itu memiliki peranannya sendiri-sendiri: selebran membakar dupa, Diakon melakukan pendupaan, seorang konselebran mengucapkan proemion dan sedro, serta komunitas ambil bagian dengan berdoa dan memohon belaskasihan. Para Putera Altar sendiri memiliki peranan mereka: mereka membawa pendupaan dan menyerahkannya kepada selebran. Ketika selebran merayakan Qurbono sendirian, ia sendiri membakar dupa, mendupai, dan mengucapkan hoosoyo. Dia dapat menyerahkannya kepada orang lain untuk menyanyikannya dengan suara yang merdu dan melodi yang indah; bagaimanapun, ia harus mengkhususkan bagi dirinya sendiri proemion dan sedro.
Qadeeshat Aloho
Ini adalah madah Trisagion yang umum untuk semua ritus dalam Qurbono dan dalam ritus-ritus liturgis lain. Dalam Gereja Byzantine dan Gereja-gereja Syriac Timur, madah ini ditujukan kepada Tritunggal Mahakudus. Namun, dalam Gereja-gereja Syriac Barat, termasuk Gereja Maronite, dalam dalam Gereja-gereja Armenian, Koptik, dan Ethiopia (Geez), madah ini hanya ditujukan kepada Tuhan Yesus. Gereja Latin, secara teologis menganggap madah ini bersifat Trinitarian; namun, dari sudut pandang liturgis, yaitu dalam ritus penghormatan salib pada Jumat Agung, madah ini ditujukan hanya kepada Tuhan Yesus.
Menurut tradisi yang cukup dihormati, diceritakan bahwa Yusuf dari Arimatea adalah orang pertama yang mengucapkan madah ini di kaki Kristus saat ia memindahkan-Nya dari salib dan menguburkannya. Tanggapan umum terhadap seruan Qadeeshat Aloho adalah �Kasihanilah kami�. Namun, dalam pesta-pesta besar dan masa liturgi yang mengikutinya, bait-bait khusus ditambahkan kepada tanggapan ini, seperti: �yang lahir dari puteri Daud�kasihanilah kami� (Kelahiran Tuhan), �yang dibaptis oleh Yohanes�kasihanilah kami� (Epifani), �yang disalibkan bagi kami�.kasihanilah kami (Minggu Sengsara), �yang bangkit dari kematian�.kasihanilah kami� (Kebangkitan). Kebiasaan berakar dalam tradisi Syriac Maronite kita. Kami mempertahankan variasi ini walaupun ada yang menentangnya dan menuduh penggunaannya sebagai berbau bidaah karena mereka menganggap madah ini sebagai bersifat Trinitarian dan meyakini bahwa saat kita menyanyikan �yang disalibkan untuk kita� dalam madah ini berarti kita mengenakan penyaliban kepada ketiga pribadi Tritunggal Mahakudus, dan bukan hanya kepada Tuhan Yesus. Kami memilih untuk tetap mempertahankan berbagai tanggapan ini sesuai dengan masa-masa liturgi karena mereka menambah kekayaan ritus dan memperdalam iman kita.
Madah ini beserta tanggapannya harus selalu dinyanyikan dalam bahasa Syriac di seluruh gereja-gereja Maronite di seluruh dunia, sebagai tanda kesatuan diantara semua Maronite.
Doa Sesudah Qadeeshat
Doa ini adalah doa tradisional khusus Maronite dalam semua ritual mereka. Kami memilih teksnya sebagai titik peralihan antara penutupan Qadeeshat Aloho dan persiapan mendengarkan Sabda Tuhan melalui pembacaan Kitab-kitab Suci yang akan segera dilangsungkan.
Bacaan-bacaan Kitab Suci
Pembacaan Kitab Suci, Sabda Tuhan, menampilkan jantung dari bagian pertama Qurbono ini. Yang mendahuluinya adalah persiapan kepada Sabda yang hidup ini: untuk mewartakannya, mendengarkannya, dan menghidupinya. Gereja menunjukkan pentingnya hal ini dengan menyertainya dengan madah, pengajaran, dan prosesi untuk menunjukkan kepenuhan maknyanya. Teks-teks bacaan Kitab Suci bervariasi sesuai perayaan dan masa liturgi. Kami sedang memeprsiapkan buku yang detail dan lengkap untuk bacaan-bacaan, termasuk teks-teks dari Perjanjian Lama sebagaimana Perjanjian Baru. Untuk sekarang ini kami membatasi bacaan hanya dua saja: Surat-surat Paulus dan Injil untuk hari minggu dan pesta, serta Surat-Surat Paulus dan Surat-Surat lain untuk hari-hari biasa. Sebentar lagi pilihan akan menjadi lebih luas dan kita akan memiliki daftar yang lebih menyeluruh yang mencakup semua buku Kitab Suci.
Mazmoroo
Mazmur disini adalah suatu madah khusus dalam tradisi Maronite. Sekarang ini, Mazmur ini terdiri dari tiga bait puitis yang dilagukan menurut melodi Ephremic. Madah ini menggabungkan ayat dari kitab Mazmur dengan ayat-ayat madah yang diinspirasi oleh peristiwa keselamatan yang menandai tema pesta ini. Struktur khusus ini merupakan bagian kuno dari tradisi Antiokhia. Dalam ritus lain, Mazmooro ini serupa dengan menyanyikan ayat-ayat mazmur sebelum Epistel atau bacaan dari buku lain dalam Kitab Suci, dengan pengecualian bacaan Injil.
Seperti sudah kami sampaikan sebelumnya, dimasa datang kami akan memilih bacaan dari semua buku-buku dalam Kitab Suci. Setiap bacaan akan didahului dengan penjelasan singkat untuk pemahaman yang lebih baik akan bacaan Kitab Suci. Pemilihan bacaan akan sulit dan memakan waktu. Pada saat ini, para pakar dari Komisi Liturgi dan Komisi Kitab Suci sedang menggabungkan usaha untuk tujuan itu. Mereka akan menetapkan teks Kitab Suci yang cocok untuk setiap hari menurut pesta dan masa liturgi.
Prosesi Injil
Sebelum pewartaan Injil, dilangsungkan suatu prosesi di Panti Imam untuk menghormati Sabda Allah. Menurut Patriarkh Duwaihy, pada zaman dulu prosesi dilangsungkan di tengah jemaat. Sekarang ini, kami membatasinya hanya di Panti Imam. Prosesi diawali dan diakhiri di tempat Kitab Injil diletakkan, dengan ini kami memelihara ritus prosesi dan disisi lain menyingkat perayaan liturgi. Sebagai tambahan, kami juga mempertahankan pembakaran dupa sebelum Injil, untuk menghormati Sabda Allah dan juga sebagai undangan bagi jemaat untuk berdiri. Peringatan Diakon seperti �Tetaplah tenang��, mengarahkan jemaat kepada suasana keagamaan yang cocok.
Pewartaan Injil
Pembacaan Injil bukan sekedar pembacaan yang asal-asalan; tetapi merupakan pewartaan indah yang dilakukan tidak dengan terburu-buru; di sejumlah gereja dan dalam beberapa kesempatan, pembacaan ini berubah menjadi menyanyikan teks. Sebelumnya, teks Injil bahasa Syriac akan dinyanyikan dalam melodi sederhana, dan kemudian disusul terjemahan bahasa Arab. Menyanyikan Injil dalam perayaan meriah memiliki banyak manfaat. Kami ingin kembali kepada kebiasaan itu. Kami juga tidak perlu mengulang bahwa pembacaan Injil berpusat pada tema pesta, yaitu peristiwa keselamatan.
Teks liturgi harus cukup sederhana dan mudah dimengerti. Tradisi Maronite kita memilih versi bahasa Syriac yang disebut Peshitta. Ini adalah teks Alkitab kuno yang dekat dengan bahasa Aram yang digunakan oleh Tuhan kita dan juga para Rasul-Nya untuk mewartakan kabar baik pada mulanya.
Pewartaan (Korozooto)
Pewartaan ini dikenal sebagai �yang sederhana�. Yang merupakan satu dari tiga pewartaan dalam Ibadat Qurbono. Pewartaan ini diucapkan setelah homili dengan partisipasi jemaat. Diilhami oleh tema pesta, pewartaan ini dianggap sebagai meditasi teologis dan puitis dari pewartaan. Kompilasi dari pewartaan ini dimuat dalam buku yang khusus bagi para Diakon. Mereka sekarang sedang dipersiapkan dan ditambahkan ke dalam daftar seluruh buku untuk Qurbono (daftar seluruhnya ini termasuk buku untuk selebran, asisten, pembaca, dan jemaat).
Dengan pewartaan ini, bagian pertama Qurbono ditutup. Pada zaman dulu mereka yang akan dibaptis atau katekumen diperbolehkan ambil bagian didalamnya dan setelahnya mereka dipersilakan pulang. Kemudian bagian kedua, yang dikhususkan bagi umat berimana akan dimulai. Bagian kedua ini adalah bagian ekaristis, didahului dengan penyerahan persembahan, persembahannya, dan penempatannya di Altar.