Latest News

Showing posts with label News. Show all posts
Showing posts with label News. Show all posts

Sunday, February 3, 2008

+Ranjith minta Komuni di tangan dipertimbangkan!

Vatican, Feb. 1, 2008 (CWNews.com) - The secretary of the Congregation for Divine Worship has called for reconsideration of the practice of Communion in the hand.

Vatikan, Feb. 1, 2008 (CWNews.com) - Sekretaris Konggregasi untuk Ibadat Ilahi meminta pertimbangan kembali kebiasaan menerima Komuni di tangan.

In the preface to a new Italian-language book on the Eucharist, written by a bishop from Kazakhstan and released in January by the Vatican's official publishing house, Archbishop Albert Malcolm Ranjith Patabendige Don suggests that the reception of Communion in the hand has contributed to a general sense of "carelessness" about the Eucharist, as well as some flagrant abuses. The archbishop makes his remarks in the preface to Dominus Est, by Bishop Athanasisus Schneider.

Dalam kata pengantar untuk sebuah buku baru berbahasa Italia tentang Ekaristi, yang ditulis oleh seorang uskup dari Kazakhstan yang diluncurkan bulan Januari oleh penerbitan resmi Vatikan (Libreria Editrice Vaticana), Uskupagung Albert Malcolm Ranjith Patabaendige Don menyarankan bahwa penerimaan Komuni ditangan secara umum telah menimbulkan "ketidakpedulian" terhadap EKaristi, sebagaimana juga sejumlah pelanggaran yang mengejutkan. Uskupagung Ranjith memberi penekanan ini dalam kata pengantarnya bagi buku Dominus Est (Itu adalah Tuhan) oleh Uskup Athanasius Schneider.

The practice of receiving Communion in the hand was not mandated by Vatican II, nor was it introduced in response to calls from the laity, Archbishop Ranjith writes. Instead, he argues, an established practice of piety-- receiving the Eucharist kneeling, on the tongue-- was changed "improperly and hurriedly," and became widespread even before it was formally approved by the Vatican.

Penerimaan Komuni ditangan tidak diperintahkan oleh Konsili Vatikan II, juga ia tidak diperkenalkan untuk menanggapi permintaan kaum awam, tulis Uskupagung Ranjith. Sebaliknya, kata Ranjith, kebiasaan saleh yang telah mapan--menerima Komuni di lidah dengan berlutut-- telah diubah secara "sembrono dan tergesa-gesa, " dan menyebar kemana-mana bahkan sebelum diakui oleh Vatikan.

In light of a widespread lack of reverence for the Eucharist, the archbishop suggests that it is "high time to review" the policy. While he does not condemn the practice of Communion in the hand, the Vatican official praises Bishop Schneider for arguing in favor of the older practice, saying that it helps to foster a proper sense of reverence and piety.

Mengingat begitu luasnya sikap kurang horma terhadap Ekaristi, uskupagung Ranjith menyarankan bahwa inilah "saat yang tepat untuk meninjau kembali" kebijakan (penerimaan Komuni di tangan) itu. Sementara ia (Ranjith) tidak mengecam kebiasaan menerima Komuni di tangan, pejabat Vatikan ini memuji Uskup Scheider atas argumennya mendukung kebiasaan lama, dan mengatakan bahwa hal itu (menerima Komuni di lidah dengan berlutut) membantu untuk mendorong rasa hormat sepantasnya dan juga untuk kesalehan.

Saturday, October 27, 2007

Interview dengan Msgr. Guido Marini

CITTA' DEL VATICANO- Ia baru saja tiba di Vatikan: pria berusia 42 tahun dengan aksen Genoanya yang kental, dididik oleh Giuseppe Cardinal Siri dan rekan kerja yang akrab dari Uskupagung Dionigi Tettamanzi, Tarcisio Bertone dan Angelo Bagnasco, dialah Msgr. Guido Marini Ceremoniarius liturgi kepausan yang baru, pengganti dari Msgr. Piero Marini, berbicara pertama kasilnya sejak pengangkatan dirinya untuk tugas yang penting ini dan ia berbicara kepada Petrus (pewawancara yang asli).

Tuanku (Monsignor), pertama-tama selamat datang dan Saya berharap agar pekerjaan Anda berjalan lancar
GM: Terimakasih atas dukungannya, Saya benar-benar membutuhkan itu. Kamu tahu, bahwa Saya masih baru di Roma, dan Saya masih melihat-lihat keadaan, Saya terlibat didalamnya, dan juga ada dalam pikiran Saya bahwa disini ada banyak hal yang harus dikerjakan dan diperhatikan, percayalah.

Jadi kita beralih dari satu Marini kepada yang lainnya: apa yang ingin Anda katakan tentang Piero, pendahulu Anda?
GM: Saya berterimakasih kepadanya dari dalam hati saya. Dia telah melakukan banyak hal bagi Gereja, dia telah melayani dua Paus, dan Saya disini hanya pada permulaan pelayanan Saya.

Katanya tugas Anda itu berat.....
GM: Jelas..Kehidupan setiap ceremoniarius kepausan dipenuhi masalah. Kami ada dalam sorotan, dan kami disini tidak dapat memberikan kelonggaran untuk melakukan kesalahan mencolok.

Banyak yang memperkirakan bahwa Anda dipanggil karena dalam hal liturgi Anda lebih tradisional dan ketat daripada Uskupagung Piero Marini. Tapi apa sebenarnya konsep Anda tentang liturgi?
GM: Apa yang Gereja inginkan dan ajarkan, tidak lebih, tidak kurang. Saya bukan tipe orang yang mencari-cari sesuatu yang baru atau aneh. Mungkin Saya terdengar blak-blakan, tapi liturgi membutuhkan hormat terhadap aturan yang ditetapkan oleh Gereja, dan Saya tidak melihat alasan apapun mengapa Saya harus mengabaikan semua aturan itu.

Katanya di Genoa, dimana Anda bekerja sampai saat ini, liturgi sangat diperhatikan, meriah dan anggun, tanpa ada yang aneh-aneh
GM: Liturgi memang sudah begitu dari hakekatnya. Biarkan Saya mengulanginya: Tidak seorangpun dapat mengesampingkan norma-norma liturgi. Misa adalah pemberian, adalah rahmat, bukan pertunjukkan. Jadi, tidak ada ruang untuk kreatifitas dibuat-buat, tapi ketaatan mutlak kepada norma liturgi.

Paus Benediktus XVI, selain seorang teologian yang hebat, juga seorang liturgis yang baik. Dia memberi banyak sumbangan pemikiran terhadap liturgi, tanggapan Anda
GM: Bekerjasama dengan Bapa Suci akan menjadi rahmat bagi saya. Popularitas Paus memenuhi kepala setiap orang sebagaimana dia mewartakan kebenaran dan semangatnya. Sejauh mengenai liturgi, Saya sepenuhnya sejalan dengan pendapat Paus: Misa adalah kurban.

Menurut Anda, apakah liturgi telah sering dilanggar belakangan ini?
GM: Kamu tahu, Gereja itu besar. tapi sebagaimana Paus juga telah mengakui sendiri dalam suratnya yang menjelaskan Motu Proprio Summorum Pontificum, telah terjadi penyelewengan dan penafsiran keluar jalur dari liturgi. Yang bisa Saya katakan adalah Saya memastikan Saya tidak akan menjadi biang kerok dari penyimpangan apapun, dan Saya akan membatasi diri Saya untuk menerapkan secara sangat seksama aturan yang berlaku sekarang ini.

Dalam hal itu, apa pendapat Anda mengenai Motu Proprio yang memperluas penggunaan Misa Tridentine?
GM: Saya setuju 100% dengan Motu Proprio sebagai tindakan yang sesuai dengan akal sehat, keadilan, kebebasan, dan berpandangan luas.

Artikel ini diambil dari What Does The Prayer Really Say

Tuesday, September 25, 2007

Paus Gembira Atas Dibukannya Penyelidikan Untuk Beatifikasi Kardinal Asal Vietnam

Oleh Gerard O'Connell, Koresponden Khusus di Roma

ROMA (UCAN) -- Paus Benediktus XVI mengungkapkan "kegembiraan yang dalam" atas berita tentang dimulainya penyelidikan secara resmi untuk beatifikasi Francis Xavier Kardinal Nguyen Van Thuan asal Vietnam

Penyelidikan itu dimulai 16 September, peringatan lima tahun kematian kardinal itu, di Gereja Santa Maria della Scala, gereja di Roma tempat tugasnya ketika dia diangkat menjadi kardinal.

Kardinal Thuan delapan tahun terakhir dalam hidupnya di Roma dan bertugas sebagai ketua Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian dari tahun 1998 hingga kematiannya karena kanker di usia 74 tahun pada tahun 2002. Sebelumnya, dia menghabiskan 13 tahun dalam tahanan dengan kondisi yang sangat memilukan di tanah airnya, Vietnam.

Renato Kardinal Martino, ketua dewan kepausan itu sekarang ini, memimpin dan berkotbah dalam Misa 16 September yang dihadiri oleh para uskup, klerus, religius, dan umat awam asal Vietnam. Kardinal Martino menunjuk seorang perempuan pakar hukum kanonik, Silvia Monica Correale, sebagai postulator untuk penyelidikan itu agar mendiang prelatus itu akhirnya bisa dinyatakan sebagai beato dan kemudian santo.

Paus Benediktus XVI, yang mengenal baik Kardinal Thuan di Vatikan, memuji kardinal asal Vietnam itu sebagai seorang "nabi pengharapan Kristen satu-satunya" ketika paus menerima para anggota dewan kepausan itu di Castel Gandolfo, tempat kediaman musim panas paus, pada 16 September.

Para anggota dari Cardinal Van Thuan International Observatory untuk penyebarluasan ajaran sosial Gereja juga hadir dalam audiensi itu, bersama dengan keluarga dan sahabat mendiang kardinal itu.

Paus bercerita tentang �kehangatan hati yang terbuka dan sederhana,� �kemampuan untuk dialog dan akrab dengan setiap orang,� dan �komitmennya yang berkobar-kobar untuk menyebarkan ajaran sosial Gereja di antara orang miskin dunia� dari Kardinal Van Thuan, demikian sebuah siaran pers Vatikan.

Paus berbicara tentang �visi-visi agung, penuh pengharapan� dari prelatus Vietnam itu, dan �kerinduannya untuk mewartakan Injil di benua asalnya, Asia� serta "keterampilannya dalam mengorganisasi kegiatan-kegiatan cinta kasih dan peningkatan kemanusiaan yang dia prakarsai dan dukung di banyak tempat yang jauh di muka bumi ini.�

Kardinal Van Thuan "hidup dalam pengharapan, dan dia menyebar hal itu kepada siapapun yang ditemuinya," kata Paus Benediktus. "Pengharapan itulah yang menyelamatkannya ketika dia sebagai uskup diasingkan selama 13 tahun dari umat keuskupannya; pengharapan itulah membantunya untuk melihat, dalam absurditas berbagai peristiwa yang menimpanya (dia tak pernah diajukan ke pengadilan selama dipenjarakan sedemikian lama), suatu rencana penyelenggaraan Ilahi dari Allah."

Dilahirkan di Hue, ibukota imperial Vietnam, pada 17 April 1928, dia masuk seminari menengah An Ninh tahun 1941 dan ditahbiskan imam 1953. Setelah enam tahun melanjutkan studi di Roma, tahun 1959 dia menjadi staf pengajar dan kemudian rektor seminari menengah Hoan Thien di Keuskupan Agung Hue, dan serempak bertugas sebagai vikaris jenderal keuskupan agung itu. Menurut data Gereja lokal, dia memegang jabatan ganda itu sampai tahun 1967, ketika Paus Paulus VI mengangkatnya sebagai uskup Nha Trang.

Tujuh hari sebelum Vietnam Selatan jatuh ke tangan komunis dari Vietnam Utara pada 30 April 1975, ia dijadikan uskup agung koajutor untuk Keuskupan Agung Saigon. Pamannya yaitu Uskup Agung Ngo Dinh Thuc pernah memimpin Keuskupan Agung Hue. Paman itu adalah saudara dari Presiden Vietnam Selatan Ngo Dinh Diem. Pembunuhan pamannya tahun 1963 itu membuat Amerika Serikat mengintensifkan keterlibatannya dalam Perang Vietnam.

Pemerintah komunis menolak pengangkatannya itu dan memenjarakannya selama 13 tahun. Dalam masa itu, sembilan tahun dia disekap dalam kamar tersendiri. Tahun 1988 dia dibebaskan dan diijinkan pergi ke luar negeri tahun 1991. Ketika berada di luar negeri, dia dilarang untuk kembali ke Vietnam.

Tahun 1994, Paus Yohanes Paulus II memanggilnya ke Roma. Mendiang paus itu sangat menghormatinya. Selain mempromosikan dia sebagai prelatus Vietnam pertama yang memangku jabatan tinggi di Vatikan, paus juga memintanya untuk memberi retret Prapaskah untuk Kuria Roma tahun 2000. Pada 21 Februari 2001, Paus Yohanes Paulus menjadikannya seorang kardinal.

Umat Katolik Vietnam di Roma sangat bersukacita ketika proses beatifikasi itu dibuka. Salah satu dari mereka yang mengenal kardinal itu dengan baik adalah Pastor Joseph Doan Nguyen Cong, provinsial Yesuit di Vietnam dari April 1975 sampai 1981, ketika dia dipenjarakan selama 9 tahun. �Semua orang bahagia, bahkan paus, yang mengenalnya dengan baik sekali. Saya sangat bangga akan hal ini, seperti halnya umat Katolik Vietnam lainnya," kata imam itu kepada UCA News di Roma.

"Bila proses itu berakhir, dia akan dibeatifikasi dan dikanonisasi," kata Pastor Doan, "kemudian sebagai tambahan untuk banyak martir kita, kita juga akan memiliki pengaku iman pertama asal Vietnam."


Diambil dari Mirifica


Aku sangat senang mendengar berita ini. Aku pernah membaca dua publikasi dari beliau yang satu merupakan kumpulan catatan pendek surat pastoralnya yang ditulis bagi umat keuskupan beliau semasa ia berada dalam tahanan (The Road of Hope), dan satu lagi berupa kumpulan meditasi yang ditulisnya saat ia membimbing retret untuk para anggota Kuria Roma (Testimony of Hope). Kedua buku ini merupakan salah satu buku rohani terbaik yang pernah kubaca, dan kedua buku ini juga tersedia dalam bahasa indonesia dengan judul "Jalan Pengharapan" dan "Kesaksian Pengharapan" (dan yang aku baca adalah terjemahan indonesianya). Bagaimanapun kedua buku, dan aku rasa berlaku untuk karya beliau yang lain termasuk kategori patut dibaca

Friday, August 17, 2007

Vatican No. 2


Orang yang dimaksud sebagai Vatican No. 2 (dan yang fotonya muncul di gambar sebagai model utama) adalah Kardinal Tarcisio Bertone, Sekretaris Negara Vatikan dan termasuk orang dekat Paus karena dulu mereka bersama-sama "menjitaki" kepala para teolog nakal saat masih bertugas di Konggregasi untuk Ajaran Iman.

Beberapa bulan lalu Bertone lah yang menjadi "biang gosip" bahwa Vatikan akan mendanai sebuah tim untuk berkompetisi di Serie-A, namun kemudian Bertone meralat perkataannya dan mengatakan bahwa ia tidak serius saat mengatakan itu.

Bertone sendiri adalah fans berat Juventini.

Orang yang dimaksud dalam sebagai "calon santo" disini adalah Rm. Michael McGivney, pendiri dari Knight of Colombus sebuah komunitas untuk pria Katolik.

Hey..gambar Fr. Z juga muncul disitu, "What Does the Motu Proprio Really Say"

Sunday, August 12, 2007

Episcopal Bishop Return to Catholic Church

Dari CWN

Seorang Uskup Emeritus Gereja Episkopal telah kembali ke dalam Gereja Katolik, meninggalkan Keuskupan Episkopal Forth Worth, texas, untuk kedua kalinya, sebagaimana dilaporkan Episcopal News Service. Uskup Clarence Pope sebelumnya telah mengundurkan diri dari posisinya di Texas tahun 1995, dan menunjukkan keinginannya untuk menjadi Imam Katolik. Tapi ia meninggalkan rencana itu, dan kembali ke dalam Gereja Episkopal pada akhir tahun yang sama. Kini pada usia 76 tahun Uskup Pope kembali memasuki Gereja Katolik bersama dengan istrinya. "Kami mengharapkan yang baik baginya", kata Uskup Jack Iker, yang merupakan Uskup yang sekarang ini memimpin Gereja Episkopal di Forth Worth. Tahun 1995 Uskup Pope diterima dalam Gereja Katolik oleh Kardinal Bernard Law

Waktu itu, mereka berdua dilaporkan mencari persetujuan Vatikan untuk pendirian Prelatur Personal bagi para Anglikan yang memasuki Gereja Katolik dimana Uskup Pope akan menjadi kepalanya. Namun rencana ini gagal, dan Pope meninggalkan Gereja Katolik. Tahun 1995, saat ia kembali menjadi Episkopal, Uskup Pope mengatakan bahwa dia merasa kesulitan dengan persyaratan yang diajukan agar ia dapat ditahbiskan menjadi Imam Katolik, yaitu ia diminta untuk menyangkal ke-valid-an tahbisannya sebagai klerus Gereja Episkopal. Dalam mengumumkan kepindahan Uskup Pope ke dalam Gereja Katolik, Episcopal News Service tidak menyebutkan rencana Uskup Pope untuk menjadi Imam Katolik.

Well, with the name Pope ...