Latest News

Friday, October 16, 2009

Bantulah Kami Melaksanakan Kehendak-Mu: Refleksi Berdasarkan Doa Pembukaan Minggu Biasa XXIX

Latin (Missale Romanum 2002):
Omnípotens sempitérne Deus, fac nos tibi semper et devótam gérere voluntátem, et maiestáti tuae sincéro corde servíre. Per Dóminum.

English (ICEL):
Almighty and ever-living God, our source of power and inspiration, give us strength and joy in serving you as followers of Christ.

Indonesia (Ibadat Harian):

Allah yang kekal dan kuasa, bantulah kami melaksanakan kehendak-Mu yang kudus serta mengabdi kepada-Mu dengan hati yang ikhlas. Demi Yesus Kristus.

Bagi saya doa ini sangat mengesan karena didalamnya tertuang pengakuan bahwa melakukan kehendak Allah tidak selalu mudah, bahkan seringkali tidak mudah. Melakukan yang benar itu kadang-kadang bertentangan dengan keinginan pribadi dan minat kita. Kita semua mengalami bahwa hati kita seringkali tidak selaras dengan kehendak Allah. Saya kira pengalaman ini adalah pengalaman kita semua, dan doa ini mewakili kerinduan hati kita semua yang sebenarnya ingin menaati Allah tetapi seringkali kesulitan melawan godaan-godaan yang datang.

Bacaan Epistel tahun B yang diambil dari Ibrani 4 memberikan dasar alkitabiah bagi doa ini: 'Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah Imam Besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu, marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.'(15-16)

Bacaan ini menyinggung Yesus yang ikut merasakan kelemahan-kelemahan kita namun tidak jatuh dalam dosa. Dan berdasarkan hal itu penulis surat Ibrani meminta kita untuk datang kepada-Nya tanpa malu-malu karena Yesus tahu persis dan telah mengalami sendiri segala kesulitan kita untuk tetap tinggal benar di hadapan Allah. Penulis surat Ibrani menyatakan bahwa hal itu adalah jaminan bahwa Yesus mampu dan mau menolong kita, karena Ia sudah mengalami sendiri semua kesulitan-kesulitan kita.

Terjemahan bahasa Inggris menambahkan kata 'our source of power and inspirations' pada diri Allah. Sementara kata ini tidak terdapat dalam teks asli bahasa Latin dan juga tidak muncul dalam bahasa Indonesia, saya kira teks ini cukup menarik. Sosok Yesus yang berani setia kepada Bapa sampai mati memang merupakan suatu kekuatan dan inspirasi bagi mereka yang hendak setia kepada Allah. Perkataan Yesus yang meminta kita 'tulus seperti merpati dan cerdik seperti ular' juga merupakan hal yang sangat penting, menaati kehendak Allah bukan berarti naif dan bego, tetapi juga perlu menggunakan otak.

Contoh yang paling jelas adalah dalam perintah Yesus untuk 'memberi pipi kiri jika pipi kanan ditampar, jika orang meminta jubahmu berikan bajumu, jika seorang meminta kamu berjalan dengannya sepanjang satu mil berjalanlah bersamanya sepanjang dua mil'. Yesus tidak menyuruh kita untuk pasrah begitu saja jika dianiaya, tetapi Ia memerintahkan kita untuk melawan kekerasan dan perlakuan tidak adil dengan cara yang kreatif. Sebuah kisah menarik berkaitan dengan kata-kata Yesus ini ditunjukkan oleh pendiri General Motors yang setelah mendengar bacaan ini dibacakan di gerejanya ia terinspirasi untuk mengadakan suatu layanan purna jual (zaman itu belum ada layanan semacam ini, analoginya adalah jika orang memintamu berjalan sepanjang satu mil/menampar pipi kananmu/meminta jubahmu= ingin membeli barang, maka berjalanlah bersamanya sepanjang dua mil/berikan pipi kirimu/berikan juga bajumu= layanilah pembeli juga setelah membeli barang, jadi disini sabda Yesus diartikan sebagai memberi melebihi yang diminta). Apakah usahanya bangkrut karena ia melaksanakan sabda Yesus? Tidak, malahan usahanya makin maju dan berkembang, dan kebangkrutan General Motors dalam krisis ekonomi belakangan ini juga bukan karena prinsip layanan purna jualnya (yang ditiru banyak pengusaha di banyak bidang) tapi karena kerakusan sejumlah pejabat pentingnya (ini memang menyederhanakan persoalannya). Kisah ini menekankan sisi inspiratif dan menguatkan yang datang dari Allah dan membantu kita untuk melaksanakan kehendak-Nya.

Contoh sederhana tadi juga dikuatkan dengan Mazmur Tanggapan tahun B yang menyatakan bahwa 'sesungguhnya mata Tuhan tertuju kepada mereka yang takut akan DIa, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya, untuk melepaskan jiwa mereka daripada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan.'(Mzm 33: 18-19)

Nah bagi semua yang merasa sulit mengikuti kehendak Allah dalam hidupmu, datanglah pada-Nya. Ia mengerti kesulitanmu dan hendak membantumu memenuhi kehendak-Nya.

Peringatan St. Ignatius Dari Anthiokhia

St. Ignatius dari Antiokhia (+110) adalah murid dari Rasul Yohanes, menurut tradisi, ia adalah salah seorang anak kecil yang pernah diberkati oleh Yesus. Setelah dewasa ia menggabungkan diri dengan komunitas para Rasul, dan akhirnya menjadi Uskup di Antiokhia. Pada akhir hidupnya ia ditangkap oleh pemerintahan Romawi dan hendak dihukum mati di Roma. Sepanjang perjalanannya ia menulis surat kepada sejumlah jemaat Kristen dan dalam surat-suratnya ia menjelaskan berbagai hal yang dianggapnya perlu bagi perkembangan iman Kristen.
Dalam surat-suratnya Ignatius menekankan pentingnya untuk hidup selaras dengan kehendak Allah dan untuk mengasihi Allah dan sesama. Ia juga menekankan pentingnya kesetiaan kepada Uskup yang sah dan agar umat Kristen menjauhkan diri dari berbagai pengajaran sesat. Ignatius adalah orang pertama yang menggunakan nama �Gereja Katolik� untuk menyebut persekutuan murid-murid Yesus pertama kalinya, ia juga menegaskan peranan Uskup dan Sakramen Ekaristi dalam Gereja.

Dalam suratnya kepada Gereja Roma, Ignatius menyebut Gereja Roma mengajar Gereja lain, dan ia menolak memberi perintah (mengajar) Gereja Roma karena Rasul Petrus dan Paulus telah mengajar Gereja Roma. Mengenai Paulus memang jelas dari Kitab Suci bahwa ia menulis surat ke Roma dan dihukum mati di kota itu. Tetapi mengenai Petrus, Kitab Suci tidak secara eksplisit menunjukkan ia pergi ke Roma atau menulis suatu surat kepada Gereja itu. Maka, pernyataan Ignatius ini menunjukkan bahwa Tradisi mengenai Petrus tinggal di Roma dan menjadi Uskup di kota itu adalah tradisi yang berasal nyaris se-zaman dengan para Rasul.

Di bawah ini ada beberapa kutipan dari pengajaran St. Ignatios yang tentunya juga masih relevan untuk kehidupan Kristen kita pada zaman ini.

Saya tidak memberi perintah kepada kamu seolah-olah saya adalah orang besar. Tetapi, saya terikat karena nama Kristus, saya belum sempurna dalam Yesus Kristus. Sekarang saya mulai menjadi murid-Nya, dan saya berbicara kepadamu sebagai sesama murid Kristus. Iman saya sendiri pun pernah sungguh dikuatkan oleh kamu melalui nasehat, kesabaran, dan penderitaanmu. Tetapi cinta juga mendesak saya untuk tidak diam mengenai kamu, maka saya telah menggunakan kesempatan ini pertama-tama untuk menasehati kamu agar menjalankan segala sesuatunya selaras dengan kehendak Allah. Karena Yesus Kristus, yang tak terpisahkan dari hidup kita, adalah manifestasi dari kehendak Bapa. (Ad Ephesians, I)

Saya mendorong kalian untuk memiliki hanya satu iman, satu macam pewartaan, dan satu Ekaristi. Karena hanya ada satu daging Tuhan Yesus Kristus dan darah-Nya yang ditumpahkan-Nya bagi kita adalah satu; karena hanya satu roti yang dipecahkan bagi semua penerima Komuni, dan satu piala dibagikan bagi mereka semua, dan hanya ada satu Altar bagi seluruh Gereja, dan satu Uskup dengan para Penatua dan Diakonnya. JUga karena hanya ada satu Allah, Bapa yang kekal, dan satu Putera yang Tunggal, Allah, Firman dan manusia, dan satu Penghibur, roh Kebenaran; dan hanya ada satu pewartaan, satu iman, dan satu baptisan, dan satu Gereja yang didirikan oleh Para Rasul dari ujung-ujung bumi dengan Darah Kristus, dan dengan keringat dan usaha mereka sendiri; maka hendaknya kamu juga, sebagai orang yang dikhususkan, dan sebagai bangsa yang suci, lakukanlah segala sesuatu dengan keselarasan dalam Kristus. (Ad Philadelphian, IV)

Janganlah seorangpun melakukan apapun yang berkaitan dengan urusan Gereja tanpa Uskup�Di mana Uskup ada, hendaklah di sana kawanan berada sebagaimana, di mana Yesus Kristus ada, di situlah Gereja Katolik berada.
(Ep. ad Symraean, VIII)

Kalian tidak pernah memusuhi siapapun, kalian telah mengajar yang lain. Sekarang saya ingin agar hal-hal itu, melalui kelakukanmu, dipersatukan dalam pengajaran kalian. Hanya satu permintaanku dari jiwa dan ragaku, yaitu semoga aku tidak hanya berbicara, tetapi sungguh-sungguh mengendakinya, sehingga aku tidak hanya disebut Kristen, tetapi sungguh ditemukan Tuhan sebagai orang Kristen�.Aku tidak menyampaikan perintah bagimu, sebagaimana Petrus dan Paulus telah menyampaikannya bagimu. Mereka itu Rasul-rasul, dan aku ini orang terkutuk; mereka bebas, sementara aku sampai saat ini adalah hamba. Tetapi, saat aku menderita aku akan menjadi manusia bebas bagi Yesus, dan akan bangkit bersama Dia. Dan sekarang, sebagai seorang tahanan, aku belajar untuk tidak menginginkan yang duniawi dan fana. (Ad Roman III,IV)

Doa Syafaat

Secara sederhana doa syafaat (intercessory prayer) adalah berdoa bagi orang lain. Dalam Kitab Suci ada begitu banyak contoh doa semacam ini, mulai Abraham bagi Sodom dan Gomora, Musa bagi Israel, Perawan Maria bagi tuan rumah pesta perkawinan di Kana dan terutama adalah Yesus bagi semua yang percaya kepada-Nya. Tradisi Katolik menjunjung tinggi kebiasaan berdoa syafaat karena melalui doa semacam ini kita menyatukan diri dengan Yesus Kristus yang menjadi Pengantara bagi kita di hadapan Bapa. Maka dalam semua liturgi Katolik doa syafaat selalu menjadi bagian yang penting, kita orang Latin mengenal oratio fidelium (doa orang beriman, atau terjemahan Indonesia doa umat) dalam Misa, sementara dalam Liturgi Byzantine dikenal Litani Doa Yang Mendesak (Litany of pervent supplication). Nah, masalahnya adalah seringkali kita mengalami sedikit kebingungan mengenai apa yang harus kita doakan dalam doa syafaat. Berikut ini adalah contoh doa syafaat dari tradisi Timur, yang banyak bagian teksnya saya ubah sehingga menurut saya lebih cocok digunakan dalam situasi kebanyakan kita. Akhirnya, selamat berdoa.


* Kebiasaan yang umum dilakukan dalam mendoakan doa ini, adalah membungkuk setiap selesai satu permohonan atau satu alinea

Ingatlah, ya Tuhan Yesus Kristus, Allah kami, akan belasihkasih dan kebaikan-Mu yang berasal dari keabadian, dan yang melaluinya Engkau menjadi manusia dan berkehendak menderita penyaliban dan kematian bagi mereka yang sungguh benar percaya kepada-Mu, dan Engkau telah bangkit dari kematian dan naik ke surga, dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa dan mengakui semua yang dengan rendah hati datang menghampiri-Mu dengan segenap hati mereka; bukalah telinga-Mu, dan dengarkanlah doa-doa sederhana hamba-Mu yang tidak pantas ini, sebagai dupa rohani yang harum, yang kupersembahkan bagi semua orang. Pertama-tama ingatlah akan Gereja-Mu yang Katolik dan Apostolik, yang telah Kau dirikan dengan Darah-Mu yang berharga. Teguhkanlah, kuatkanlah, luaskanlah, dan kembangkanlah dia, dan peliharalah ia dalam damai, agar selamanya ia teguh menentang kuasa-kuasa neraka. Redakanlah perselisihan dalam Gereja dan tekanan dari tanaman kuasa kegelapan, enyahkanlah prasangka di antara bangsa-bangsa, dan dengan segera singkirkanlah dan buanglah akar-akar ajaran sesat, dan hancurkanlah mereka dengan kuasa Roh Kudus.

Selamatkanlah dan berbelaskasihanlah, ya Tuhan, presiden kami dan semua otoritas pemerintahan di seluruh dunia, para panglima angkatan bersenjata, para gubernur dan walikota, dan kekuatan keamanan yang mencintai Kristus; lindungilah kekuatan mereka dengan damai, dan rendahkanlah setiap musuh dan lawan mereka pada kaki mereka; dan wartakanlah damai dan berkat dalam hati mereka bagi Gereja Kudus-Mu, dan bagi semua umat-Mu, dan berilah agar dalam ketenangan mereka kami pun dibawa kepada hidup yang damai dan tenteram dalam iman sejati, dalam semua kesalehan dan kejujuran.

Selamatkanlah dan berbelaskasihlah, ya Tuhan, kepada para Patriarkh Gereja Katolik, teristimewa bagi Patriarkh Oikumene kami Benediktus yang juga adalah Patriarkh Gereja Latin kami, dan bagi semua Metropolitan, Uskup Agung, Uskup, Imam dan Diakon, dan semua yang melayani dalam Gereja, dan yang telah Engkau tahbiskan untuk memberi makanan bagi kawanan rohani-Mu.

Selamatkanlah dan berbelaskasihlah, ya Tuhan, bagi para bapa kami (sebutkan nama Pastor Paroki atau Abbas dari sebuah biara), dan semua saudaranya dalam Kristus, dan karena doa-doa mereka kasihanilah aku, karena betapa celanya diriku ini.

Selamatkanlah dan berbelaskasihlah, ya Tuhan, Bapa Rohaniku (sebutkan nama pembimbing rohani atau bapa pengakuan) dan karena doa-doanya ampunilah dosaku.

Selamatkanlah dan berbelaskasihlah, ya Tuhan, atas semua pekerja di masyarakat kami, yang bekerja untuk mencari nafkahnya. Penuhilah kebutuhan jasmani mereka, agar mereka pun dapat memuji Engkau dengan gembira.

Selamatkanlah dan berbelaskasihlah, ya Tuhan, akan orang tuaku (nama orang tua), dan saudara-saudariku dan semua kerabatku, serta semua tetanggaku, dan teman-temanku- dan berilah mereka rahmat jasmani dan rohani.

Selamatkanlah dan berbelaskasihlah, ya Tuhan, menurut besarnya belaskasih-Mu, atas semua Imam, Biarawan dan Biarawati, dan semua yang hidup dalam keperawanan, doa, dan puasa, di biara-biara, di padang gurun, di gua-gua, di gunung-gunung, di tebing-tebing, di pertapaan, di batu-batu karang, dengan iman yang benar di semua tempat kekuasaan-Mu, dan yang dengan penuh kasih dan kesetiaan melayani Engkau, dan berdoa kepada-Mu. Ringankanlah beban mereka, hiburlah mereka dalam kesusahan, dan berilah mereka kekuatan, kuasa, dan pemeliharaan-Mu dalam setiap perjuangan hidup, dan karena doa-doa mereka berilah kepadaku pengampunan dosa.

Selamatkanlah dan berbelaskasihlah, ya Tuhan, dan kasihanilah mereka yang tua dan yang muda, yang miskin dan tertindas, para janda dan yatim piatu, mereka yang menderita sakit dan kesedihan, kemalangan dan kesulitan, yang ditawan dan dibuang, teristimewa mereka yang dianiaya karena nama-Mu dan karena iman Katolik mereka oleh orang-orang kafir, murtad, dan bidat, dengan kuasa-Mu bersegeralah menyelamatkan mereka, berilah mereka kebebasan dan kelepasan.

Selamatkanlah dan berbelaskasihlah, ya Tuhan, kepada semua orang yang berbuat baik kepada kami, memberi derma kepada kami, yang telah menggaji kami atau menjadi mitra usaha kami, atau yang bekerja kepada kami, kepada mereka yang membeli dagangan kami dan yang menjual barang-barang kebutuhan kami, kami yang hina ini tidak cukup layak untuk mendoakan mereka; berilah mereka semua damai-Mu, dan kabulkanlah permohonan mereka yang mengamankan jalan mereka kepada keselamatan, dan semoga mereka memperoleh sukacita kekal.

Selamatkanlah dan berbelaskasihlah, ya Tuhan, kepada semua orang Katolik yang diutus dan menjadi misionaris dalam pelayanan kepada-Mu, serta semua orang yang karena pekerjaan atau liburan sedang berada dalam perjalanan.

Selamatkanlah dan berbelaskasihanlah, ya Tuhan, kepada semua orang telah ku sakiti atau yang tersakiti oleh rasa marah dan kelalaianku, dan yang karena pikiran, perkataan, dan perbuatanku telah berpaling dari jalan keselamatan, dan yang telah kuarahkan kepada kejahatan dan perbuatan merugikan.

Selamatkanlah dan berbelaskasihanlah, ya Tuhan, kepada mereka yang membenci dan menyakiti diriku, yang telah merugikan aku, dan semoga mereka tidak mengalami suatu kerugian apapun dan tidak mengalami kebinasaan abadi karena aku orang berdosa ini.

Terngilah dengan cahaya rahmat-Mu semua orang yang telah berpaling dari iman Katolik, dan mereka yang terbutakan oleh berbagai ajaran sesat, tariklah mereka kepada-Mu dan satukanlah mereka kepada Gereja-Mu yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik.

Karena bagi-Mu lah kuasa, kemuliaan, dan kerajaan, bersama Bapa-Mu dan Roh Kudus yang memberi hidup, sekarang dan selama-lamanya, dari masa ke masa. Amin

Forum Diskusi Katolik: Byzantine Catholic Forum

Ada banyak forum diskusi Katolik di internet dan kali ini saya ingin memperkenalkan forum yang secara rutin saya baca belakangan ini yaitu Forum Diskusi Byzantine Katolik.

Silakan melihat-lihat di
Byzantine Catholic Forum (klik)

Forum ini memiliki banyak sub-forum, dan sebagai orang Katolik Latin, sub-forum yang paling saya gemari dan sering saya kunjungi adalah sub-forum East-n-West (klik) yang membahas hubungan antara ritus Latin dan ritus-ritus Timur. Sebagai orang Katolik Latin saya menerima banyak informasi yang berharga seputar teologi, liturgi dan spiritualitas Timur. Kesimpulannya adalah forum ini sangat membantu saya untuk memahami ke-katolik-an yang sebenarnya dimana menjadi Katolik berarti menerima seluruh ajaran Kristus sesuai yang diajarkan oleh Para Rasul.

Harap jangan mengelirukan saudara-saudara Katolik Timur ini dengan saudara-saudara Ortodoks Timur. Katolik Timur adalah bagian dari Gereja Katolik, bersatu dengan Paus yang adalah pengganti Rasul Petrus sebagaimana semua Rasul lainnya bersatu dengan Rasul Petrus. Memang dalam hal tradisi (kebiasaan) mereka lebih dekat dengan Gereja-gereja Ortodoks Timur, perbedaannya hanya satu namun mendasar yaitu Gereja-gereja Katolik Timur berada dalam persatuan dengan Uskup Roma.

Catatan lain yang perlu disampaikan adalah, walaupun namanya Byzantine dan memang nuansa Byzantine lebih kental di forum ini, namun forum ini tidaklah semata-mata menampilkan tradisi Byzantine. Ada beberapa member aktif, dan diantaranya banyak yang sungguh berpengetahuan berasal dari tradisi-tradisi Timur non-Byzantine salah satunya adalah member mardukm yang berasal dari tradisi Koptik.

Bagi kita, dan saya, yang adalah orang Latin membaca forum ini juga efektif untuk membantu saya menghargai tradisi (kebiasaan) Latin sendiri. Akhirnya tradisi Latin dan tradisi-tradisi Timur ini, semuanya merupakan ungkapan otentik dari Tradisi (T besar) yaitu ajaran yang berasal dari Tuhan Yesus sendiri ( 2Tes 2:15; Yud 3). Dan tentu saja kita akan mendapatkan banyak bantuan untuk meneguhkan iman akan Kristus dan Gereja-Nya dan untuk menghayatinya lebih baik dan lebih setia.

Untuk info lebih jauh tentang Gereja-gereja Timur Anda bisa membaca artikel di blog ini yang merupakan terjemahan dari atikel Colin B. Donovan, STL yang berjudul Ritus dan Gereja-gereja Otonom (Sui-iuris). Saya kira artikel ini cukup bagus dan lengkap sebagai pemahaman awal mengenal saudara-saudara Timur kita.

Thursday, October 15, 2009

Surat Dari Biara St. Maron Kepada Paus Hormisdas

Pada tahun 517 AD, sejumlah besar biarawan meninggalkan biara St. Maron, dan pergi ke Biara St. Simon sang Stylite murid St. Maron dekat Alepo. Dalam perjalanan menuju biara itu mereka diangkap oleh sejumlah tentara pendukung bidaah �satu kodrat� Kristus. Tiga ratus lima puluh biarawan dibunuh. Hanya sedikit yang selamat dan terluka dan berhasil melarikan diri. Kemudian Alexander pemimpin biara St. Maron dan pemimpin biara-biara di sekitarnya menulis kepada Paus Hormisdas dan memberitakan kepada Paus mengenai pembantaian oleh kaum Monofisit ini. Mereka juga mengatakan bahwa banyak biara dibakar dan meyakinkan Paus bahwa para biarawan tetap setia kepada Gereja Katolik dan tidak takut menderita kematian karena iman mereka. Surat Alexander ini sedikit banyak menunjukkan kepada otoritas yang dimiliki Paus dalam Gereja-gereja Timur, di masa ketika Gereja Antiokhia sedang berada dalam krisis besar otoritas Paus sebagai Patriarkh Gereja Universal nampak semakin jelas. Para biarawan dari St. Maron inilah yang kemudian berkembang menjadi suatu tradisi tersendiri yang kita kenal sebagai Gereja Maronite, satu-satunya Gereja Timur yang tidak memiliki badan Ortodoks yang terpisah dari Roma.

Kepada Yang Tersuci dengan kekudusan yang mendalam, Hormisdas, Patriarkh Universal, yang duduk di Tahta Petrus, Pangeran Para Rasul. Kami menyampaikan permintaan penuh doa dari hamba yang hina pemimpin biara-biara di wilayah Syria II dan semua biarawannya.

Karena rahmat Kristus, Penyelamat kita, mendorong kami berlari kepadamu Yang Terberkati [sapaan khas Gereja-gereja Timur kepada seorang Uskup], seperti orang yang berlindung dari hujan badai di pelabuhan yang aman, kami percaya, bahwa engkau adalah perlindungan kami, walaupun kami menderita kesusahan yang teramat berat, kami menanggungnya dengan sukacita, karena kami percaya, bahwa penderitaan dunia ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kemuliaan abadi yang akan disingkapkan bagi kami.

Karena Kristus, Allah kita, telah menetapkan engkau sebagai Pemimpin dan Gembala dan Tabib bagi jiwa-jiwa, adalah tugas kami untuk menyampaikan kepadamu penganiayaan yang telah kami derita, agar engkau menyadari bahwa ada serigala yang tanpa belas kasih, yang memecah belah kawanan domba Kristus dan kami memohon kepadamu agar engkau dengan tongkatmu mengusir para serigala ini dari kawanan domva, dan untuk menyembuhkan jiwa dengan pengajaran Sabda Tuhan, dan rawatlah mereka dengan doa-doamu� baik Severus [Patriarkh Antiokhia] dan Petrus [Uskup Apamea]�karena mereka berusaha memaksa kami untuk menolak ajaran yang benar dari Konsili Chalcedon.

Saat kami sedang dalam perjalanan menuju Biara St. Simon untuk kepentingan Gereja, kami diserang oleh orang-orang jahat yang membunuh 350 orang dari antara kami dan melukai banyak lainnya. Bahkan ada diantara kami yang melarikan diri ke gereja-gereja untuk berlindung, tetap dibunuh di hadapan Altar. Maka kami memohon kepadamu Bapa Suci bangkitlah dengan kekuatan dan ketekunan dan berbelaskasihlah atas tubuh kami yang terluka ini; karena engkau adalah kepala dari semua�karena engkau adalah gembala sejati dan tabib yang merawat domba-domba dan keselamatan mereka: �Aku mengenal domba-domba-Ku, dan domba-dombaku mengenal Aku..�[Yoh10:14-16]. Jadi janganlah mengabaikan kami Yang Tersuci, karena setiap hari kami berhadapan dengan luka-luka yang mematikan.

Tertanda
Saya, Alexander, karena rahmat Allah, Imam, Pimpinan Biara St. Maron.
[Menyusul tanda tangan semua biarawan di Biara itu dan para Imam lainnya]


Sumber: Dau, B 1984. History of the Maronites- Religious, Cultural and Political. London: Lebanese Maronite Order. p.172-175

Surat ini sedikit banyak mengingatkan kita kepada Konsili Chalcedon sendiri dimana surat Paus Leo dibacakan dan para Bapa Konsili berseru:
�Inilah iman para bapa, inilah iman Para Rasul. Kami semua mempercayainya, inilah kepercayaan ortodoks. Terkutuklah mereka yang menolaknya. Petrus telah berbicara melalui Leo. Begitulah ajaran Para Rasul. Dengan saleh dan benar Leo mengajarkannya, begitu juga Cyril. Kenangan abadi akan Cyril. Leo dan Cyril mengajarkan hal yang sama, terkutuklah mereka yang tidak mempercayainya. Inilah iman yang benar. Kami yang ortodoks mempercayainya. Inilah iman para bapa.� (Ekstrak dari Akta sesudah pembacaan surat St. Leo)

Patriarkh Maximos IV: Katolisisme Tidak Sama Dengan Latinisme


�Kita harus berjuang untuk memastikan bahwa Latinisme dan Katolisisme tidak lagi bersifat sinonim, bahwa Kekatolikan harus terbuka kepada setiap kebudayaan, setiap semangat, dan setiap bentuk organisasi yang selaras dengan kesatuan iman dan cinta kasih. Pada saat yang sama, dengan teladan kita sendiri, kita harus mendesak Gereja Ortodoks untuk mengakui bahwa persatuan [�] dengan Tahta Petrus dapat dicapai tanpa membuat mereka meninggalkan Ortodoksi-

Yang Terberkati Maximos IV
Patriarkh Antiokhia, Alexandria dan Yerusalem untuk Gereja Katolik Melkite

Beberapa bulan ini saya telah membaca buku �Gereja Melkite Dalam Konsili Vatikan II� yang berisi berbagai pidato, intervensi, dan catatan Patriarkh Maximos sejak masa persiapan Konsili sampai pada penutupannya. Dalam masa-masa itu Maximos menunjukkan visinya yang tegas bahwa Katolisisme harus universal, Gereja Katolik tidak identik dengan Gereja Latin.

Memang benar bahwa dari 1,1 Milyar umat Katolik, hampir seluruhnya adalah anggota Gereja Latin, dan Pengganti St. Petrus menggembalakan sebuah keuskupan ritus Latin dan pada umumnya ia menggunakan ritus Latin untuk merayakan Liturgi Suci yang dipimpinnya. Tetapi ini samasekali tidak berarti bahwa ritus Latin adalah ritus utama Gereja, hal itu juga tidak berarti bahwa Gereja Latin adalah �Gereja utama� dalam Gereja Katolik. Sebaliknya, yang benar ialah Gereja Latin adalah satu dari 22 Gereja sui-iuris (otonom) yang membentuk Gereja Katolik dengan Uskup Roma sebagai kepala persekutuan.

Sejak berakhirnya Konsili Fireze (Florence) telah terjadi ketidakadilan dalam Gereja Katolik yang dimulai dengan penempatan para Kardinal Romawi secara lebih terhormat daripada para Patriarkh dalam Konsili-konsili dan dalam upacara-upacara resmi Gereja Katolik (pada Konsili Firence sendiri para Patriarkh masih diberi kehormatan lebih tinggi, namun sesudahnya barulah kekacauan itu dimulai). Kekacauan ini kemudian merambat dari atas ke bawah dan berakhir pada Latinisasi besar-besaran terhadap Gereja-gereja Timur yang bersekutu dengan Roma. Seringkali Latinisasi ini terjadi karena sebagian Uskup dan Imam yang menjadi misionaris di daerah-daerah Timur secara salah menganggap bahwa Katolisisme identik dengan Latinisme dan mencurigai apa saja yang berbau Timur.

Kita bersyukur bahwa Roh Kudus tidak tinggal diam, perlahan-lahan para Paus bertindak menghentikan Latinisasi. Saat yang paling menentukan adalah Paus Leo XIII dengan ensiklik Orientalium Dignitas yang menjadi awal titik balik yang mencapai puncaknya pada Konsili Vatikan II yang memberi mandat kepada Gereja-gereja Timur untuk kembali kepada tradisinya yang asli dan memeliharanya. Semua Paus pasca-Vatikan II menunjukkan penghormatan dan pengakuan terhadap tradisi-tradisi Timur; Paulus VI mengizinkan untuk tidak menggunakan �filiouqe� (dan Putera) pada Pengakuan Iman Nicaea-Konstantinopel yang dinyanyikan di Gereja-gereja Timur, Yohanes Paulus II menulis ensiklik Orientale Lumen yang mengakui kekayaan warisan rohani Gereja-gereja Timur dimana sebagai orang Polandia ia cukup dekat dengan Gereja-gereja Katolik ritus Byzantine yang ada di negaranya.

Kembali ke Konsili Vatikan II, pada masa Konsili itu para Patriarkh Timur masih juga ditempatkan dalam urutan kehormatan sesudah para Kardinal Romawi. Patriarkh Maximos menentang urutan ini dan meminta agar tatanan kehormatan yang tradisional dan kuno dikembalikan. Sejumlah Uskup Latin menentangnya dan mengatakan bahwa Gereja Katolik Timur adalah �buatan� Paus dan karenanya para Patriarkhnya tidak layak diperlakukan seperti yang diatur dalam Konsili-konsili kuno. Patriarkh Maximos menjawab mereka (dengan perkataan yang merupakan perkataan favorit saya):

�5. Akhirnya, keberatan yang diajukan adalah saat yang wajar untuk mengakui keutamaan para Patriarkh Timur sebagaimana mereka miliki sebelum skisma adalah saat para Patriarkh �sejati� yaitu para Patriarkh Ortodoks menyetujui untuk membicarakan persatuan. Tetapi para Patriarkh Timur yang sekarang hadir di Konsili ini adalah buatan baru dari Tahta Suci, dan karenanya memberikan tingkatan dan kuasa itu tidaklah tepat.

- Konsep ini, yang menyangkal bahwa para Patriarkh Katolik Timur adalah pengganti yang legitim dari para pendahulu mereka di tahta masing-masing, adalah senjata baru para �latinis� yang digunakan untuk menentang para Katolik dari Ritus-ritus Timur. Malang bagi mereka, karena walaupun konsep ini mungkin akan diterima oleh para Ortodoks yang terpisah dari Roma, namun tidak dapat diterima oleh orang Katolik dan secara mutlak bertentangan dengan pemikiran para Paus sendiri.

Karena kami tidak dapat menyajikan begitu banyak teks-teks kepausan yang mendukung pandangan kami, kami hanya membatasi dengan mengajukan teks-teks yang berkaitan dengan Kepatriarkhan Antiokhia kami sendiri, yang saat dijabat oleh Cyril VI Tanas menyatakan persatuan dengan Roma tahun 1724. Saat utusan Paus menahtakannya pada tanggal 25 April 1730, utusan Paus mengakui dia sebagai �Patriarkh Antiokhia yang legitim.� (Masi, Vol 46. col, 189) Sementara itu Paus Benediktus XIV, dalam pidatonya pada konsistori 3 februari 1744, mengakui Cyril VI sebagai satu-satunya pejabat Tahta Ortodoks yang sejati di Antiokhia, dan mengatakan tentang Patriarkh tandingganya Sylvester �ia telah merampas tahta patriarchal� dan megatakan kepada para Melkite bahwa didalam mereka �sisa-sia terhormat dari Gereja Antiokhia, yang sebelumnya terkubur, telah bangkit kembali kepada kehidupan� (Ibid., col. 340)

Dalam surat tanggal 29 Februari 1744, yang ditujukan juga kepada Patriarkh Cyril, Benediktus XIV mengungkapkan dirinya dengan cara ini: �Sementara kami mengakui bahwa Gerea Antiokhia Yunani yang terhormat, telah terpisah dari tahta Roma untuk waktu yang lama karena sksma yang mengerikan dan dikendalikan oleh para Patariakh yang terjangkit wabah skisma, sekarang akhirnya telah diserahkan kepadamu hai saudara, untuk kau jaga sebagai gembalanya yang sah.� (Ibid. col. 341) Dan Paus melanjutkan dengan menyatakan bahwa ia sungguh bergembira karena ia kini dapat sekali lagi memasukkan nama Patriarkh Antiokhia ke dalam diptychs Gereja Roma. Dari semua ini, jelaslah bahwa, bagi para Paus, Kepatriarkan Katolik Melkite Yunani adalah kelanjutan yang sah dari suksesi Tahta Antiokhia. Karenanya hak dan keistimewaan yang sama adalah hak bagi para Patriarkhnya sebagaimana para pendahulu kuno mereka.

Keberatan lain dapat diajukan, dan akan mudah untuk menjawabnya. Jantung utama dari permasalahan ini adalah: haruskah Gereja Katolik pada masa kita secara murni dan sederhana mengakui perkembangan yang hanya terjadi dalam lingkungan Latin Barat yang memunculkan Kekardinalan, atau harusnya sekali lagi diadakan penyelarasan berbagai institusi modern Barat dengan institusi yang lebih kuno di Timur? Dengan kata lain, apakah Katolisisme adalah perluasan Latinisme yang bersifat menaklukkan? Ataukah Katolisime adalah institusi ilahi, supra-regional, supra-nasional dimana tradisi Timur dan Barat memiliki hak yang pada dasarnya sama? Masalah tingkatan para Patriarkh Timur bukanlah masalah keutamaan dan kemuliaan kosong. Tetapi, menunjukkan suatu pengembalian kepada konsep eklesiologi yang lebih otentik dan apostolik.


Dalam sesi-sesi Konsili selanjutnya urutan kehormatan para Patriarkh dipulihkan dan terjadi perkembangan yang positif. Namun, sesudah Vatikan II terjadilah suatu perkembangan yang sangat negatif yaitu diangkatnya para Patriarkh Timur menjadi Kardinal. Pengangkatan ini pada umumnya disambut dengan ketidakpuasan dan kekecewaan di kalangan Timur, walaupun jalan tengah dapat diambil yaitu para Kardinal Patriakh tidak menerima gelar berupa dekanat, Paroki, atau Keuskupan di sekitar Roma.

Secara tradisional para Kardinal adalah pembantu Paus sebagai Patriarkh Gereja Latin. Dewan Kardinal terdiri terutama dari 6 orang Uskup yang menangani keuskupan-keuskupan pinggiran kota Roma yang pada awal abad pertengahan memiliki banyak penduduk dan para Uskupnya memiliki peranan penting namun pada masa ini enam keuskupan itu hanya menjadi daerah pinggiran yang sepi dan secara nyata tidak memiliki peran apa-apa. Selebihnya para Kardinal terdiri dari para Pastor di Paroki-paroki besar di kota Roma, dan para Diakon yang memimpin diskateri-diskateri (komisi-komisi) Keuskupan. Sementara saya tidak keberatan seorang Patriarkh Timur mengikuti konklaf (sementara beberapa orang Katolik Timur merasa aneh jika Patriarkh mereka harus terlibat dalam pemilihan Patriarkh Gereja Roma) dan bahkan merasa sangat perlu para Patriarkh Timur mengikuti konklaf, sangatlah tidak tepat jika mereka diangkat menjadi Kardinal Romawi. Tampaknya jauh lebih tepat dan lebih baik jika aturan konklaf (pemilihan Paus) diubah menjadi konklaf diikuti oleh para Kardinal Romawi dan semua kepala Gereja-gereja sui iuris dalam Gereja Katolik. Dibalik persoalan Kardinal ini, masalah sebenarnya adalah sama seperti yang diungkapkan Patriarkh Maximos yaitu eklesiologi yang terlalu berorientasi kepada Gereja Latin.

Pidato Maximos IV dan pengangkatan para Patriarkh sebagai Kardinal menunjukkan bahwa kesetaraan antara Gereja Latin dan Gereja-gereja Timur sebagai sesama Gereja otonom dalam persekutuan Gereja Katolik belum dicapai sepenuhnya.